30

3.8K 254 32
                                    

Semenjak tadi Reva terus terdiam tidak membuka suara, bahkan saat kajian tadi tak seperti biasanya Reva terus melamun.

"Kamu kenapa Rev, apa lagi ada masalah?"

Reva terdiam, di tanganya ada sebuah surat, ia ingat betul tadi ada titipan surat buat Reva, setelah Reva pulang dari Madrasah Reva mendapatkan surat, dan setelah itu sifa Reva tiba-tiba berubah.

"Rev, kamu anggap kita teman kan?" Tanya Lili.

"Rev, kamu gak percaya sama kita?" Tanya ayu yang melihat Reva sama sekali tidak menjawab.

"Rev, jawab?! Kesal Lilis.

"Memang kalian bisa bantu?"

Ketiganya menggamguk, selagi bisa mereka memantu mereka akan bantu.

"Bantu aku keluar dari sini."

"Apa!" Mereka syok dengan permintaan Reva, mana mumgkin mereka batu kalau gitu.

"Kamu mau kabur? Mau keluar dari pesantren?" Tanya Lili.

"Kamu belum betah disini?" Tanya Lilis.

"Aku cuma mau lihat sahabat aku," lirihnya menunduk meremas kertas di tanganya.

"Emang ada apa?"

"Sahabat aku kecelakaan, dan keadaanya keritis, aku mau menjenguknya."

"Mereka orang terpenting buat aku, mereka yang selalu ada buat aku dan bantu aku."

"Bakan mereka pernah bantu aku saat perusahaan milik orang tuaku di ujung tanduk."

Mereka mendengarkan cerita Reva tampa menyela sedikitpun.

"Bahkan, mereka membantu dari Dana yang cukup merugikan perusahaan, mereka bersusah payah mencari dana buat bantu aku."

Hening

Reva sudah tidak membuka suara lagi.

"Orang tuamu tau?"

Reva mengeleng "Mereka tidak tau."

"Termasuk kakak kamu?" Tanya Lili.

"Bang Ravi ya? Em ... entahlah."

Jawaban Reva membuat mereka bingung.

"Kenapa?"

"Soalnya Tiba-tiba aja, pandangan Bang Ravi pada mereka berubah."

"Berubah gimana?" Tanya Ayu.

"Dulu bang Ravi begitu gak suka, tapi tiba-tiba rasa tidak suka itu entah kemana, hanya saja masih tidak suka kalu aku ikut kumpul dan ikut balapan."

"Bukanya gak ada yang tau kamu masuk geng?"

"Abang aku taunya cuma sekedar anak-anak nakal yang bikin rusuh, bikin gaduh, bukan Anak Geng."

Mereka menangguk paham dengan makdud Reva.

"Kemungkinan Abang aku tau teman-teman aku yang bantu."

"Abang aku aja mencoba buat menyelidiki Dan mencari dana hampir dua bulan tidak bisa, faktor pesaing-pesaing juga."

"Dan, kemumgkinan Abang aku tau kalau ada yang memabmtu, karena tiba-tiba perusahaan balik dengan normal begitu cepat."

"Mungkin Abang kamu menyelidiki siapa yang memantu." Kata Lili.

Reva mengangguk, ia ingat setelah semua setabil Ravi sibuk menyelidiki sesuatu, yang Reva tidak tau, tapi apa kemungkinan Menyelidiki yang mebantu, yang setelah tau siapa Ravi mengubah panangan buruk pada temanya berubah.

"Jadi kamu ingin jenguk teman kamu di rumah sakit?" Tanya Lilis.

Reva menganggu, ia emang ingin mejenguk orang yang sudah di anggap sahabatnya.

"Tapi apa bisa Reva keluar dari sini?" Tanya Ayu.

Tidak ada jawaban. "Bisa, kalau nanti jam 11 malam harus ada di pesantren." Kata Lili

"Tapi aku pengin jagain sahabat aku, seenganya satu hari.

Hening tidak ada jawaban, itu tidak mungkin kan.

"Tapi kamu besok ada setoran Hafalan sama Gus Alvi kan," kaya Lilis

Reva terdiam, entah apa yang harus dia lakukan.

"Gak mungkin kan kamu menghindar," tambah Lilis.

"Aku gak ada niat menghinda," kata Reva. "Apa gak bisa di undur," lirihnya.

Lili, Ayu dan Lilis saling pandang, bingung apa yang harus mereka lakukan buat membantu Reva.

Mereka terdiam, hingga keheningan yang ada di kamar itu.

"Kita akan bantu kamu Rev," kata Lili membuka suara yang sedari tadi begitu hening.

Ayu dan Lilis saking tatap, mereka bahan sama sekali tidak ada ide

"Untuk alasannya besok kita atur, sekarang siap-siap apa yang mau kamu bawa."

CINTANYA GUS TAMPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang