"Perkenalkan Kyai, saya Aryo ini istri saya santi, dan mereka berdua anak saya Ravi dan Reva."
Aryo mebuka suara kala mereka sudah di persilahkan duduk.
Sang kayi tersenyum dan mengangguk, "Salam kenal juga Pak Aryo."
Mereka berbincang-bincang panjang, mengenai kedatangannya kepesantren, menitipkan salah satu anaknya untuk mengikuti kegiatan di pesantren.
"Dan Putri Saya Reva yang akan kami masukan kepesantren," setelah panjang lebar ia menujukan mana yang akan di tinggalkan di pesantren.
"Kami mohon bimbing anak saya, titip anak saya untuk menutut ilmu di pesantrn ini."
"Pasti, kami semua akan membantu membimbing anak kalian, dan ustadz dan ustadazah disini pun akan turut membantu membimbing anak kalian.
"Terima kasih banyak kyai, semoga anak kami bisa berubah, dan menjadi lebih baik."
"Aamiin."
***
"Kalian bener mau tinggain Reva disini, kenapa kalian tega tinggalin Reva disini?"
"Sayang, ini yang terbaik buat kamu, kami ingin kamu berubah."
Reva menggeleng, matanya berkaca-kaca menahan tangis."
"Reva gak mau Yah, Bun."
Orang tuanya mengeleng, memgelus kepala anaknya yang berbalut jilbab.
"Kamu hati-hati di sini ya, jangan bandel, ikuti peraturan disini," ucap nisa pada anaknya.
Nisa memekuk anaknya, sebenarnya dia tidak tega, tapi ia harus melakukan ini.
"Ayah berharap kamu bisa berubah ya."
Orang tuanya meninggalkan Reva, sang kakak masih berada di tempat.
"Reva, jaga dirikamu baik-baik ya."
"Bang," panggilnya dengan lirih.
"Jangan nangis."
"Mau ikut pulang aja."
Ravi mengeleng. "Gak bisa, kamu belajar dulu ya."
"Bang Ravi," Reva menangis, sang kakak memeluknya dan mengelus kepalanya dan menciumnya. "Udah ya jangn nangis, ini yang terbaik buat kamu."
Ravi melepas pelukanya. "Abang pulang ya, kasian Ayah bunda nungguin di mobil."
Ravi tersenyum dan memabilkan badanya, dia ikut meneteskan air matanya, tidak tega meninggalkan sang adik kesayangnya, tapi dia didak bisa buat apa-apa.
"Berharap kamu cepat berubah lebih baik ya dek," gumamnya.
Reva masih memandang kakanya yang mulai menjauh dan sampai tidak terlihat membuat Reva sesegukan.
Seseorang menghampirinya untuk menenangkan. "Udag jangan nangis, kita kemara, sebekum itu kita ambil koper kamu dulu di dalem,"
Reva hanya diam tidak menjawab. "Nanti kamu terbiasa tinggal di sini kok, dulu aja aku sama kaya kamu nangis masuk pesantren."
Reva langsung menatap orang di sampinya, dan dia tersenyum. "Namaku Lilis, kita akan sekamar."
"Yuk, jangan lama-lama disini, nanti bayak yang liatin kan malu."
Reva diam, tapi ia berjalan untuk mengambil kopernya.
Lilis banyak berbicara, tapi Reva hanya diam, tapi Lilis tak mepermasalhkan itu semua.
"Aku yakin, lama-lama kamu betah tinggal di sini, oya setiap kamar ada 5 atau 6 orang, nanti aku kenalin sama temen-temen kamar kita ya."
Tidak ada jawaban dari Reva, dia tetap diam.
"Pokoknya kamu jangan takut ada aku yang bakal bantu kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTANYA GUS TAMPAN
RomansaIni bakal berubah semua alurnya, yang pernah baca pasti tau yaa Di sebuah pesantren ada seseorang Gus yang tampan Idaman para kaum hawa, banyak sekli yang mendekti tetapi begitu banyak yang mendekti tidak ada satupun yang bisa menaklukan hati Gus ta...