Reva sudah berada di temapat dimana ia akan keluar, seperi kemarin lewat samping pesantren, dan tak lupa temanya yang mengantar.
"Kamu bisa naiknya?" Kata Lili.
"Bisa kok."
"Hati-hati loh, itu tinggi." Kata Lilis
"Iya, tenang aja."
Reva sudah berada di atas, dan tersenyum pada temanya.
"Makasih ya, udah batu aku."
Mereka mengangguk. "Hati-hati di jalan," kata Ayu, Reva mengangguk dan melambaikan tanganya.
**
"Aku pikir kamu gak akan datang." Kata Satria yang menjemput Reva."Iya, tadi sempet berpikir, kalu sekitar 10 menit gak datang kita bakal pergi," kata Santi.
"Iya, sorry, tadi aku harus hati-hati biar gak ketahuan."
Mereka mennagguk, seperti bisa Reva menaiki jok belakang motor Satria Karena Santi bersama Rani.
"Sat, keadaan Yasa gak papa kan?" Tanya Reva dengan suara keras.
"Keadaanya keritis, nanti lo bisa lihat sendiri."
"Orang tuanya gimana?"
"Lo tau sendiri kan, gimana hubungan mereka, gak akur."
"Jadi orang tua Yasa gak perduli?"
Satria mengangguk, Reva benar-benar tidak tau terbuat dari apa hati mereka.
"Bahan kita hubungin orang tuanya dan ngasih tau keadaanya gak perduli."
"Bi**b!" Marah Reva, tanganya yang ada diatas oaha mengepal.
Yasa, cowok yang bisa di bilag kejam kalau belum mengenal, jika sudah Yasa tidak seburuk itu, mungkin sikap yang suka marah-marah karena keadaan keluarganya.
Orang tuanya yang bercerai, dan menikah lagi dengan pasanganya, na.un tergadang mereka mengambil uang milik Yasa dengan paksa dan Yasa hanya diam saja.
"Kamu tau kan, terkadang Yasa kurang tidur gara-gara kerja sepulang sekolah."
"Kenapa Yasa gak pakai uang balapan kita, kenapa harus kerja banting tulang!"
Yasa sama sekali tidak mau memakai uang saat gengnya menang balapan, dengan Alasan itu milik bersama-sama, dan dia tidak mau merepotkan, padahal sama sekali tidak merepotkan.
"Yasa bilag biar dia memberikan uang pada orang tuanya dengan keringat sendiri, sebagai balas budi pernah merawatnya."
"Tapi emang tugas orang tuanya!"
"Ya gue tau Rev, tapi lo ta lah orang tua Yasa gimana."
Reva terdiam, dan tidak ada suara lagi hanya terdengar suara motor.
Reva berdoa semoga Yasa akan segera sembuh, dan baik-baik saja.Reva memejamkan matanya dan meneteskan air matanya.
"Lo gak papa kan Rev?" Tanya satria yang tidak mendengar suara Reva Lagi.
"Gue gak papa," jawabnya dengan suara serak."
"Lo nangis?"
Hening
"Rev?"
"Gue takut Yasa kenapa-napa."
Hening tidak ada tanggapan dari satria.
"Lo tau kan, sesekat apa gue sama Yasa, bahakn Yasa begitu baik sama gue."
"Kita semua sama Rev, bahkan Yasa udah kita anggap seperti kakak kita sendiri."
**
"Gimana Keadaan Yasa." Tanya Reva yang sudah berada di depan ruan yang di tempati Yasa."Gak tau, tiba-tiba tadi Yasa kesakitan." Jawab salah satu teman mereka.
"T-tadi Yasa kejang-kejang dan tadi juga Yasa cari lo, dia mua bicara sama lo."
Reva terdiam, apa yang ingin di bicarakan Yasa padanya, apakah hal penting?
Dia dan yang lain menunggu dengan gelisah, takut rerjadi apa-apa dengan Yasa, mereka rerus berdoa untuk kesembuhan Yasa.
"Kenapa dokter lama banget!"
Satria mengela napas. "Sabar Rev, pasti yasa baik-baik saja."
"Gue khawatir sat." Satria menganguk mengerti.
"Tenang ya Rev," kata Santi mencoba menenangkan Reva.
"Sebenarnya apa yang membuat Yasa berada disini?"
"Yasa, kecelakaan, dan kita belum tau siapa dalagnya." Kata Rani.
"Tapi gue curiga, orang tua Yasa dibalik semua ini," kata Satria membuat semua orang mematung.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTANYA GUS TAMPAN
RomantizmIni bakal berubah semua alurnya, yang pernah baca pasti tau yaa Di sebuah pesantren ada seseorang Gus yang tampan Idaman para kaum hawa, banyak sekli yang mendekti tetapi begitu banyak yang mendekti tidak ada satupun yang bisa menaklukan hati Gus ta...