10

5K 320 1
                                    

Satria tengan menatap fotonya dengan Sang pujaan hatinya, ia lalu menjadikan walpaper di Hp-nya.

Mereka sudah kembali kerumah masing-masing setelah mereka menyelesaikan makan malam mereka, tentu dengan mengantar bergantian.

"Apa gue bisa bersatu dengan lo Rev," gumanya memandang foto yang ia ambil diam-diam.

"Tapi tuhan kita beda."

Gue gak bisa ninggalin tuhan lo, begitu juga lo,l." Satria mengelus foto dalam Reva yang tertawa.

"Apa gue cuma bisa diam-diam mencintai lo, dan tidak bisa untuk di miliki?"

**

Reva yang saat ini sedang berada di ruang keluarga hanya menghela napas, ia tau apa yang akan di bicarakan orang tuanya.

"Besok kamu berangkat ke Pesantrn!"

Reva diam mau membantahpun percuma.

"Ya," singkatnya.

"Tumben gak membantah?"

Reva menatap Ayahnya. "Membantahpun percuma."

"Reva belum menyiapkan semuanya."

"Semua udah siapin sama Bunda kamu, jadi besok kita tinggal berangkat, untuk baju-baju kamu cuma beberapa yang dibawa."

"Kenapa?"

"Kenapa kamu bilang?" Ayahnya balik bertanya. "Baju kamu banyak yang sobek, dan gak pantas di pakai di pesantren."

"Terus Reva pakai apa?"

"Bunda kamu udah nyiapin semua, jadi kamu tinggal terima beres."

"Bunda sama Bang Ravi mana?"

"Mereka lagi keluar, mungkin bentar lagi pulang."

Reva hanya kengangguk dengan jawabanya.

"Kamu udah makan?"

"Udah tadi."

Ayahnya mengangguk untuk jawabnnya.

**
Reva sangat malas menuruni tangga, ia berjalan menuju ruang makan, ia sudah rapih begitupun orang tuanya dan Ravi.

Begitu pun barang-barang yang akan di bawa, sudah berada di mobil, ini benar-benar sudah di siapkan matang-matang oleh orang tuanya.

"Ayo, makan terus kita langsung jalan."

Ravi menatap adiknya yang diam, dia bisa merasakan adiknya itu pasti sedih, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa, apa lagi ini yang terbaik buat adiknya.

"Dek, jagan sedih gitu dong."

Hanya gumaman yang di Jawab Reva, ia sedang malas bicara.

"Nanati kalu disana jangan bikin ulah," lagi-lagi hanya gimamn yang di jawab Reva.

Sang Ayah ingin membuka suara namun sentuhan tangan istrinya dan gelengan tanganya membuat ia mengurungkan niatnya berbicara.

Dan sekarang hanya keheningan di meja makan, tidak seperti biasanya ada sedikit candaan setelah mereka selesai makan.

Reva langsung berdiri setelah selesai makan, namun ia hanya dian tidak beramitan.

Orang tuanya tidak bisa melakukan apa-apa, biarlah karena mereka ingin yang terbaik buat anaknya.

"Yah, apa gak di undur saja?"

"Tidak Rav, lebih cepat lebih baik, ayah gak mau menunda-nunda, sekarang udah semua kan, kita berangkat semarang."

Mereka betdiri dan berjalan keluar, namun sebelum itu ia meminta ART untu membereska  meja makan.

Mereka melihat anaknya yang duduk di teras dengan memainkan Hp-nya

"Kita berangkat sekarang."

Reva berdiri dan berjalan menuju mobil tanpa mengucap satu katapun

CINTANYA GUS TAMPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang