Rania turun dari mobil setelah ia sampai pada tujuan. Ia menatap bingung bangunan didepan sana. Benarkah ini tempatnya? Apa sopir rumah tidak salah tempat?
Ia mengira Gisella akan mengajaknya makan malam di restoran, tapi ini hotel. Untuk apa Gisella membawanya kemari jika hanya untuk makan malam bersama? Atau tempatnya di restoran hotel?
Tak ingin berpikir lebih lagi, Rania melangkah masuk ke dalam bangunan besar bertingkat itu. Pandangannya mengitari seluruh penjuru hotel, mencari keberadaan sang mertua.
"Maaf, apa Anda yang bernama Rania Inara?" seorang pegawai wanita menghampiri Rania.
"Iya, saya sendiri" balas Rania.
"Selamat malam Nyonya. Mari saya antarkan Anda ke tempat yang sudah dipesan atas nama Anda." Persilahkan pegawai wanita itu dengan ramah.
Rania segera mengikuti dibelakang pegawai yang memandunya untuk ke tempat tujuan. Tapi selama perjalanan, Rania dibuat bingung karena mereka melewati lorong.
Apa benar ini jalannya?
Hingga mereka berhenti didepan sebuah pintu coklat membuat kerutan kening Rania semakin dalam. Ditatapnya pegawai wanita itu.
"Maaf, apa benar ini tempat?" tanya Rania.
"Iya, Nyonya"
"Tapi ini kamar, bukan restoran hotel"
"Saya diminta untuk mengantarkan Anda ke sini karena Nyonya Gisella meminta anda untuk menunggu karena beliau harus menyelesaikan urusan berliau terlebih dahulu. Selagi Anda menunggu, Anda bisa beristirahat disini sejenak. Seperti itu pesan yang saya terima." Jelas pegawai itu.
Rania terdiam. Entahlah, apa dia harus melakukan ini?
"Baiklah. Terimakasih" ucap Rania. Ingin bagaimana lagi? Jika ibu mertuanya meminta seperti ini, maka ia lakukan.
"Baik. Jika Nyonya Gisella telah, pegawai kami akan memanggil Anda. Saya permisi"
Selepas perginya pegawai hotel itu, Rania membuka pintu tersebut dan masuk ke dalam. Mendudukan dirinya ditepi ranjang.
Setelah 15 menit menunggu, Rania mendengar suara pintu yang terbuka membuat wanita itu menoleh.
Rania yang mengira jika itu pegawai hotel akan membuka suara namun terurung karena justru kini dilihatnya seorang lelaki dengan pakaian formal masuk ke dalam.
"Anda siapa?" tanya Rania.
Tidak ada jawaban. Pria itu justru mengunci pintu dan berjalan menghampiri Rania. Seketika perasaan tidak nyaman dan takut menghampiri Rania secara bersamaan. Siapa pria ini? Kenapa bisa masuk ke dalam sini?
"Anda siapa?!" tanya Rania dengan sedikit lebih lantang.
"Nyonya, saya mohon jangan takut. Saya tidak akan melakukan apapun." ujar pria itu yang tak lain adalah Jaka membuat Rania semakin takut.
"Tidak. Saya tidak mengenal anda. Pergi dari sini!" usir Rania.
Jaka menggelengkan kepalanya, "Saya tidak bisa Nyonya. Saya tidak akan melakukan apapun pada Anda. Sungguh"
Sungguh, sebenarnya Jaka tidak ingin melakukan hal ini. Dia tidak ingin merusak kebahagian orang lain. Jaka tidak mengerti apa yang ada dipikiran wanita tua itu sehingga meminta dia melakukan hal ini.
Menurutnya, Rania adalah wanita baik-baik meski ia baru pertama kali melihatnya. Tidak ada yang salah dengan wanita muda ini. Ia menjadi tak tega melakukan hal seperti ini.
Tapi ia juga tak punya pilihan lain. Ibunya sudah bisa dioperasi karena Gisella. Jika ia menolak maka ia harus mengembalikan uang itu di hari itu juga, wanita tua itu bahkan mengancamnya jika keluarganya yang akan terkena akibatnya apabila ia tidak menerima permintaan Gisella.
KAMU SEDANG MEMBACA
17 Years [Terbit E-Book]✓
General Fiction[E-Book sudah tersedia dia PlayBooks atau klik link di bio^^] Versi e-Book BERBEDA dengan versi Wattpad. ***** 17 tahun mereka saling menyimpan luka dan rindu yang tak pernah terucap. Liam Denandra harus berpisah dengan istrinya karena menemukan per...