Langit telah menunjukkan senja yang indah menandakan bahwa hari akan segela menggelap. Seorang gadis keluar dari kedai coffee tempat ia bekerja. Merapatkan cardigan rajutnya saat merasakan udara dingin sore hari.
"Alpha dimana? Apa dia belum pulang?" gumam Luna dengan pandangan melihat ke sekitar.
Setiap pulang bekerja, Alpha yang pulang lebih dahulu darinya selalu menunggunya di depan kedai untuk pulang bersama.
Tapi hari ini ia tidak menemukan kakaknya yang menunggu. "Apa dia lembur?" gumam Luna lagi.
Meski ini bukan kali pertama, jika Alpha lembur lelaki itu akan mengabarinya. Tapi hari ini ia tidak dapat kabar apapun dari sang kembaran. Apa dia lupa? Atau hanya pergi ke sesuatu tempat sebentar?
"Lebih baik aku telpon saja" meronggoh saku cardigan untuk mengeluarkan ponsel keluaran lama miliknya untuk menghubungi sang kakak. Menunggu beberapa saat hingga panggilan terjawab.
"Halo"
"Halo, Alpha. Kamu dimana?"
"Ah.. Aku minta maaf, Luna. Aku lupa memberitahumu jika aku sekarang harus lembur karena banyak paket yang harus diantar"
"Oh.. Begitu ya? Bagaimana jika aku menunggumu saja disana?"
"Tidak perlu. Hari sudah mulai gelap, Bunda akan sendirian jika kamu menungguku. Lebih baik kamu pulang. Kamu bisa kan pulang tanpa aku?"
"Baiklah, aku akan pulang sendiri."
"Jika ada apa-apa segera hubungi aku. Sekali lagi maafkan aku, Luna"
"Iya, tidak apa-apa. Ya sudah, aku pulang, kamu jangan pulang larut malam ya?"
"Iya adikku sayang. Hati-hati ya"
Setelah itu Luna mengakhiri panggilan. Menghela napas berat. Lagi-lagi ia harus pulang sendiri. Ia mengerti jika Alpha mengusahakan agar pulang cepat demi pulang bersamanya.
Bukan tanpa alasan mereka selalu pulang bersama. Pernah dulu saat itu Luna pulang seorang diri malam-malam tanpa adanya Alpha. Dia diganggu oleh seorang pria tua bangka hidup belang.
Pria tua yang dalam keadan mabuk saat itu tiba-tiba mencegat jalannya. Ia hampir saja dilecehkan oleh pria tua itu jika saja Alpha tidak datang tepat waktu untuk menolongnya.
Sejak saat itu Alpha terus menemaninya setelah pulang bekerja agar bisa melindungi saudara kembar dari hal tersebut agar tak lagi terjadi.
~17 Years~
"Ahh.. Kenapa harus macet sih? Jadi pulang malam kan"
Luna semakin mengeratkan pelukannya pada dirinya sendiri saat angin malam berhembus yang menyentuh tubuhnya.
Senja telah berganti oleh langit gemerlap yang ditaburi ribuan bintang yang bersinar dengan rembulan sebagai ratu malam.
Seharusnya ia sudah berada dirumahnya sedaritadi, namun jalanan menuju ke desa mengalami kemacetan yang tentu saja membuat angkutan yang ditumpanginya harus terjebak di dalamnya.
Kini Luna sudah masuk ke area desa. Ia harus terus berjalan lebih dalam lagi untuk sampai ke rumahnya. Suasana desa cukup sepi karena tidak terlalu banyak penduduk disini. Hanya ada sekitar lima belas rumah termasuk tempat tinggalnya.
Luna terus melangkah dengan memberanikan diri. Melangkahkan kakinya sedikit lebih cepat berharap agar dirinya segera sampai ke dalam rumah.
"Hai cantik!"
Seketika Luna terkejut saat tiba-tiba seorang pria muncul menghadang jalannya. Pria yang paling depan bersiul dengan raut menurut Luna sangat menyebalkan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
17 Years [Terbit E-Book]✓
General Fiction[E-Book sudah tersedia dia PlayBooks atau klik link di bio^^] Versi e-Book BERBEDA dengan versi Wattpad. ***** 17 tahun mereka saling menyimpan luka dan rindu yang tak pernah terucap. Liam Denandra harus berpisah dengan istrinya karena menemukan per...