SY 7 : ALPHA & LUNA

11.2K 857 72
                                    

17 tahun kemudian

BYUR

Seorang gadis berkuncir kuda yang sedang berada dibilik toilet salah satu sekolah elit itu seketika terkejut saat ada air dari atas yang membasahi tubuhnya. Membuat seragamnya basah kuyub.

"HAHAHAHA"

Suara tawa langsung menggelegar saat gadis berkacamata itu membuka pintu bilik toilet itu. Beberapa siswi tertawa senang melihat keadaannya yang basah dari ujung rambut hingga kaki. Dan ada salah satu siswi yang tertawa dengan membawa satu ember kosong ditangannya.

"Panas-panas seperti ini, memang yang paling enak itu mandi. Iya, kan, Luna?"

Luna melirik ke arah gadis cantik yang dikenal sebagai primadona sekolah itu tengah menatapnya puas. Bersedekap dada dengan seringai dibibir yang berwarna merah.

"Bagaimana? segar, bukan?" tanya Anggun dengan nada ejek. Luna menundukkan kepalanya, meremat Almamaternya yang basah.

"Tapi... Dia sudah mandi. Kenapa bau, ya?" Anggun mengernyit jijik serambi menuntup hidungnya. Menatap Luna dari atas hingga bawah.

"Tentu saja. Karena dia mandi dengan air pel" sahut gadis lainnya membuat orang yang disana kembali tertawa keras.

Suara tawa itu terhenti saat mendengar cicitan kecil dari orang yang mereka tertawakan. "Ke-kenapa kalian seperti ini?" Anggun mengangkat sebelah alisnya. Berjalan pelan menghampiri Luna.

"Kenapa kita seperti ini?"

Anggun menjambak kasar rambut Luna yang diikat sehingga membuat Luna mendongak. Ringisan sakit Luna tidak dipedulikan oleh Anggun yang kini menatap tajam Luna seolah gadis itu adalah orang yang paling ia benci.

"Karena kau tidak setara dengan kami. Kau orang miskin yang beruntung bisa berkumpul bersama kami. Kau hanya orang rendah disini, yang memang pantas diperlakukan seperti ini." Ujar Anggun dengan penuh penekanan. Menyentak cekalannya dengan kasar. Meninggalkan toilet itu, diikuti dengan teman-temannya dibelakang.

Luna melepas kacamata yang bertengger dihidungnya. Menyeka wajahnya yang basah dan membersihkan alat bantu lihat miliknya itu, lalu menggunakannya kembali. Kepala itu merunduk, menatap miris seragamnya yang sudah tak kering lagi.

Bagaimana ia bisa mengikuti pelajaran jika basah kuyub seperti ini?

Melangkah keluar dari sana. Pandangannya teralih pada seorang pemuda yang baru saja berhenti disana. Pemuda itu menatapnya dari atas hingga bawah membuat kepala itu tertunduk.

Hingga dirasanya sebuah almamater lain tersampir dipundaknya, menutup tubuhnya yang basah.

"Apa kau membawa baju ganti?" tanya pemuda itu yang tak lain adalah saudara kembarnya.

Luna mengangguk, "Iya. Aku bisa memakai seragam olahraga"

Alpha menatap adiknya dengan kasihan dan rasa bersalah. Ia merasa bersalah karena tidak bisa melindungi adiknya disekolah ini. Meskipun ia ingin, tapi ia tak bisa.

"Ya sudah. Segeralah ganti baju. Aku akan mengantarmu" ujar Alpha, namun dibalas gelengan kepala oleh Luna. "Tidak perlu. Aku bisa melakukannya sendiri. Kau pergilah, sebentar lagi bel akan berbunyi. Tidak apa."

"Kau yakin?"

"Iya"

Alpha menghela napas pelan, "Baiklah. Aku akan pergi ke kelas"

Luna menganggukkan kepalanya dengan senyuman kecil. Lalu melangkah pergi dengan Alpha yang mengikuti dengan pandangannya. Setelah dilihatnya, Luna menghilang dibalik lorong. Alpha melangkah ke arah kelasnya yang memang berbeda dengan kelas Luna.

17 Years [Terbit E-Book]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang