SY 17 : BELUMLAH BERAKHIR

10.4K 886 99
                                    

"Tidak! Aku tidak akan mau menerimamu sebagai Ayahku!"

Liam merasa ia seperti tersambar petir dimalam hari yang penuh akan ribuan bintang ini. Hal yang paling ia takutkan benar-benar terjadi.

Nyatanya, ini belumlah berakhir bahagia. Hidup tidak semudah itu, Liam.

Dengan Rania dan Luna yang sudah menerimanya, bukan berarti itu sudah selasai. Kini ada satu orang yang mau menerimanya. Putra sulungnya sendiri. Dapat ia lihat tatapan tajam, marah, sedih bercampur menjadi satu.

"Alpha.. Apa yang kamu katakan, Nak? Ini ayahmu," ujar Rania. Rasa tak percaya terlihat dari raut wajahnya.

"Tidak, Bunda! Jangan mencoba membujuk Alpha. Sampai kapanpun Alpha tak mau menerimanya!" tajam sampai menusuk ke luru hati Liam.

Ya, seharusnya ia tahu. Kesalahan tak mungkin bisa dimaafkan begitu saja.

"Kenapa kau harus datang?! Aku lebih baik tidak tahu siapa Ayahku selamanya. Daripada harus melihat dirimu berdiri didepanku seperti ini!!"

Selepas menguarkan amarahnya, Alpha pergi begitu saja masuk ke dalam kamarnya. Amarahnya terlihat jelas dari bantingan pintu itu.

"Alpha!"

Rania yang hendak mengejar terhenti, saat sebuah tangan menahan tangannya. Menolehkan pada sang pemilik tangan besar itu.

Liam menggeleng pelan, "Tidak perlu. Aku tidak apa," ucapnya, lalu tersenyum tipis. Tipis dan miris.

"Tapi Mas..."

"Ssttss.. "

Belah bibir itu terbungkam. Liam memberi isyarat melalui lirik mata, jika masih ada Luna disekitar mereka.

"Luna.. kembalilah ke kamamu, Nak. Ini sudah malam. Kamu besok sekolah kan?" tanya Liam, mengelus lembut pucuk kepala putri cantiknya itu.

Luna yang mengerti situasi, mengangguk, "Baiklah. Selamat malam Ayah, Bunda"

"Selamat malam, Sayang"

Suasana menjadi hening setelah kepergian Luna. Liam maupun Rania tidak ada yang membuka suaranya. Liam sibuk dengan pikirannya sendiri, sedangkan Rania menatap kasihan pria dihadapannya.

"Mas, tolong maafkan sikap Alpha"

Meraih tangan Liam lalu mengusap lembut punggung tangan besar itu. Liam tersenyum, mengusap air mata Rania yang menetes.

"Tidak apa. Aku mengerti akan sikapnya. Ini sudah resiko dari kesalahanku"

"Tapi kamu tidak punya kesalahan pada Alpha, Mas."

"Ya, tapi dari kesalahanku itulah yang sudah menjadikan Alpha korban, Rania. Bukan hanya Alpha. Luna juga korban," sahut Liam membungkam bibir Rania.

"Alpha berhak untuk marah. Tidak perlu memaksanya. Jangan membuatnya semakin marah. Itu tidak ada gunanya. Alpha mungkin terkejut karena aku datang tiba-tiba,"mengelus pipi Rania dengan senyuman tampannya.

"Lalu.. Bagaimana jika Alpha akan seperti ini untuk seterusnya, Mas?" sorot gelisah dikedua mata Rania dapat Liam lihat.

"Aku akan berusaha agar Alpha menerimaku seperti kamu dan Luna. Berusaha lebih baik daripada memaksa. Aku yakin putraku pasti menerimaku." Ujar Liam meyakinkan ibu dari anak-anaknya ini.

Meskipun dia sendiri tidak yakin akan perkataannya.

Tapi setidaknya ia akan mencoba berusaha.

~17 Years~

17 Years [Terbit E-Book]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang