SY 6 : IKATAN BATIN

10.4K 868 36
                                    

"Dua bulan yang lalu kita mencapai 78 persen, dan untuk bulan kemarin naik menjadi 82 persen, Tuan" ujar salah satu karyawan yang berdiri disamping layar proyektor yang menampilkan grafik-grafik.

"Hanya 4 persen dalam satu bulan?" tanya Liam dengan ekspresi datar yang duduk dipaling ujung meja panjang di Meeting Room itu.

"Iya, Tuan."

Liam menghela napas, "Saya ingin untuk di bulan ini harus bisa mencapai 8 sampai 10 persen. Dan untuk bulan depan saya ingin naik menjadi 15 sampai 20 persen. Bisa kalian lakukan?"

"Baik, Tuan."

Ditengah rapat mereka harus terpecahkan oleh getaran dari ponsel Liam, menandakan adanya panggilan masuk. Liam beranjak dari duduknya, melangkah ke luar ruangan.

"Halo, Ma. Ada apa?"

"Liam, Mama ingin mengenalkanmu dengan anak teman Mama. Dia cantik dan juga pendidikannya bagus. Bisakah kau bertemu dengannya nanti malam, Sayang?"

Liam memejamkan kedua matanya, helaan napas terdengar dari pria tinggi itu. Lagi-lagi Mamanya seperti ini.

"Ma, bukankah sudah Liam bilang. Liam masih ingin sendiri. Tolong Mama berhenti menjodohkan Liam."

"Mau sampai kapan kau akan terus menduda Liam? Mama sudah menunggu selama berbulan-bulan. Kau terus saja menolak. Ini semua demi kebaikanmu."

"Ma.. tolong mengerti aku. Sudah, jangan membahas ini lagi."

"Tapi-"

"Liam sedang meeting, Ma. Liam tutup."

Tanpa menunggu jawaban dari ibunya, Liam memutuskan panggilan itu secara sepihak. Helaan napas berat terdengar jelas. Liam kembali masuk untuk melanjutkan rapat yang tadi sempat tertunda.

"Kita lanjutan. Untuk penyuntikan dana-akhhh..."

Lagi-lagi diskusi itu kembali terhenti. Teralihkan pada Liam yang kini mencengkram dada kirinya. Memejam erat kedua matanya saat dirasanya rasa ngilu yang tepat dijantungnya yang berdetak dengan cepat.

Ada apa dengan dirinya?

"Tuan.. Anda tidak apa?" tanya sekrestarisnya yang sudah berada disampingnya dengan raut wajah khawatir.

Liam tak membalas karena sibuk merintih. Tiba-tiba jantungnya berdetak kencang membuat dirinya terkejut. Rasa ngilu itu teramat jelas ia rasakan. Ia tidak mengerti bagaimana bisa seperti ini.

~17 Years~

Ditempat yang lain, lebih tepatnya disebuah klinik bersalin. Seorang wanita berjuang keras mengeluarkan kedua buah hatinya untuk melihat rupa dunia.

Rania terus mengejan dengan dibantu arahan bidan dan perawat yang membantu persalinannya. Mengawasi jalan lahirnya bayi yang ingin wajah cantik ibunya. Hingga terdengan tangisan bayi menggelegar diruangan itu.

Rania terengah-engah, mengambil napas sebanyak mungkin. Peluh keringat sudah membasahi tubuhnya. Tapi baru sebentar, ia kembali merasakan sakit diperutnya. Kembali mengejan untuk mengeluarkan bayi keduanya.

Lagi-lagi terdengar suara tangisan bayi menandakan ia telah lahir. Senyuman kecil terlukis dari bibir Rania disertai dengan satu tetesan air mata yang jatuh.

Rasa bahagia dan sedih menjadi satu dihatinya. Bahagia karena kedua anaknya telah lahir. Sedih karena tak ada seseorang yang seharusnya menemaninya disini. Seseorang yang tak akan pernah diketahui oleh kedua anaknya.

~17 Years~

Kedua mata itu perlahan terbuka. Rania sudah dipindahkan ke ruang rawat, dapat Rania lihat ruangan tempat ia berada berbeda dari sebelumnya.

17 Years [Terbit E-Book]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang