"Alpha! Segera antar paketnya!"
"Iya"
Seorang pemuda dengan kaos putih kusam dan celana hitam lusuh keluar dari ruang ganti di kantor cabang ekspedisi yang berada dipusat kota itu. Meraih jaket yang menggantung dengan berlogo ekspedisi yang baru beroperasi satu tahun itu.
"Ini semua paket yang ku antar?" tanya Alpha pada pegawai yang berada dibalik meja dengan beberapa paket yang sudah berada diatasnya.
"Iya. Ini daftar alamat paketnya." Jawab pegawai itu seraya memberikan kertas pada pemuda itu. Alpha menelisik isi kertas itu, lalu muncul kerutan dikeningnya. Menatap pegawai itu, "Tapi ini bukan daerah bagianku" ujarnya.
Pegawai itu menghela napas, "Iya. Kurir yang memegang daerah itu sedang tidak masuk hari ini karena sakit. Jadi semua paket yang harus ia antar, kau yang menggantikan."
"Lalu, untuk daerahku?"
"Untuk daerahmu hari ini sudah diantarkan dipagi hari tadi karena kau kan masuk siang hari jadi kau yang mengantar paket kurir yang tidak ada. Kau akan mendapat bonus. Cepatlah mereka sudah menunggu" ujar pegawai itu.
"Baiklah." Maka pemuda itu segera mengusung bungkusan-bungkusan itu ke arah motor yang terparkir didepan sana. Motor yang disewakan oleh pihak ekspredisi.
Seperti inilah hari-hari yang Alpha jalani. Sekolah dan bekerja. Disaat yang seharusnya anak seusia Alpha bersenang-senang dengan teman-temannya, menikmati masa bebas. Lain hal dengan Alpha yang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhannya, hanya untuk mendapatkan uang saku.
Selepas pulang dari sekolah, ia bekerja sebagai kurir barang setelah sebelumnya ia bekerja di restoran, namun ia diusir karena tuduhan pencurian uang yang tak pernah ia lakukan.
Meski bekerja sebagai kurir, penghasilan yang didapat Alpha tidak sama dengan kurir yang lain karena ia seorang pelajar, dan tentunya hanya bekerja siang hari hingga sore hari saja. Terkadang ia bekerja hingga malam hari jika barang yang diantar overload dan membuat dia lembur untuk belajar.
Tak hanya Alpha, Luna juga bekerja sebagai pelayan dikedai kopi dan roti. Mereka bekerja ditempat yang tak terlalu jauh dari sekolah mereka untuk menyingkat waktu. Sebenarnya Rania ingin menolak saat kedua anaknya meminta ijin untuk bekerja, namun ia sadar kedua anaknya mempunyai kebutuhan mereka sendiri.
Sedangkan dirinya hanya bekerja sebagai kuli cuci dan juga menjual kue-kue ditoko-toko kecil disekitar rumahnya. Dan tentu saja itu tidaklah cukup untuk keperluan kedua anaknya. Maka Rania hanya bisa mengiyakan permintaan anak kembar tak identik itu.
~17 Years~
Hari sudah menjelang sore, kini Alpha menatap ke arah gedung yang menjulang tinggi itu. Ini adalah alamat terakhir yang ia datangi. Pemuda tinggi itu melajukan motornya memasuki area gedung raksasa itu.
"Permisi" ucap Alpha membuat security berpakaian serba hitam layaknya pengawal yang berdiri didepan pintu gedung itu menoleh kearahnya. "Ya?" tanya pria itu.
"Ini ada paket yang tertulis untuk Tiara Putri bagian keuangan" ujar Alpha seraya menunjukkan kotak berukuran sedang yang menjadi barang terakhir yang diantarnya ke arah pria tambun itu.
"Baiklah. Ikut saya"
Pria itu masuk ke dalam gedung dengan Alpha yang mengikuti dibelakangnya. Wajah takjub seketika terlihat dari wajah pemuda tampan itu sesaat melihat isi dalam gedung tinggi itu.
Besar dan Mewah.
Karena terlalu asik dengan kekagumannya, ia tak menyadari jika ada seseorang yang berjalan kearahnya. Seseorang yang tengah sibuk berbincang dengan orang yang menjabat sebagai asistennya, yang juga . Hingga terjadilah tabrakan bahu antar keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
17 Years [Terbit E-Book]✓
General Fiction[E-Book sudah tersedia dia PlayBooks atau klik link di bio^^] Versi e-Book BERBEDA dengan versi Wattpad. ***** 17 tahun mereka saling menyimpan luka dan rindu yang tak pernah terucap. Liam Denandra harus berpisah dengan istrinya karena menemukan per...