10 - "Saya sayang kamu"

60 15 1
                                    

Benar adanya kalau kebahagiaan setiap orang berbeda-beda. Ada orang yang bahagia karena bisa jalan-jalan ke luar negeri, membeli barang mewah, makan di restoran mahal, dan sejenisnya. Ada juga orang yang bahagianya sesederhana makan mi instan di kala hujan, naik motor keliling kota, atau bahkan menonton tingkah lucu idolanya dari balik layar ponsel. Kebahagiaan tidak bisa dibeli dengan uang, bukan karena harganya yang terlalu mahal atau terlalu murah, tapi karena uang tidak sebanding dengan kebahagiaan. Kebahagiaan adalah makna paling sempurna dari kehidupan.

Dari tujuh miliar manusia di bumi ini, pasti di antara mereka ada yang belum menemukan kebahagiaannya. Dan Kinan menjadi salah satu di antaranya.

Kinan, gadis cantik yang clueless akan hidupnya, sampai sekarang dia belum mampu untuk menemukan bahagianya. Dia selalu merasa sendirian, tidak diharapkan, dan yang paling membuat sakit hati adalah kenyataan bahwa kemana pun dia pergi, dia tidak akan pernah punya tempat yang tepat.

Namun entah apa yang terjadi, ketika Junda mengiyakan permintaan Kinan untuk pergi ke pasar malam, ada suatu perasaan luar biasa yang meledak-ledak di dalam dada Kinan. Kinan tidak yakin, tapi apakah kebahagiaannya sesederhana pergi ke pasar malam?

"Kenapa kebahagiaan saya sangat tidak elegan?" monolog Kinan sembari menempelkan sebuah dress hitam ke tubuhnya.

Tidak butuh waktu lama, dress yang semula tertempel di tubuh Kinan dalam beberapa detik langsung terbang karena Kinan melemparnya ke sembarang arah. Terhitung sudah delapan dress yang dia lempar karena semuanya tidak cocok.

Junda bilang, Kinan tidak boleh memakai baju yang terlalu ramai, takutnya nanti dikira cosplay putri kerajaan. Alhasil, Kinan sekarang sedang mengobrak-abrik seluruh isi lemarinya hanya untuk menemukan sebuah dress sederhana. Tapi sudah hampir satu jam, Kinan belum juga menemukannya.

Kinan frustasi, lantas dia menggebrak cermin yang menampilkan pantulan dirinya. Kinan hampir mirip orang gila sekarang, uring-uringan tidak jelas hanya karena pakaian.

"Terserah! Mau dikata cosplay putri kerajaan, putri duyung, atau putri kodok, terserah!" Kinan betulan frustasi.

Tidak menunggu waktu lama lagi, Kinan menyabet satu dress random. Dan sialnya, tanpa Kinan tahu, dress yang dia ambil sangat jauh dari kata sederhana.

Berbeda dengan Kinan yang uring-uringan karena pakaian, di belahan Jakarta lain, Junda uring-uringan karena sibuk mencari alasan yang tepat untuk keluar rumah. Junda tidak kalah frustasi, karena jika alasannya kurang tepat sedikit saja, bisa dipastikan acara pergi ke pasar malam akan batal dengan sia-sia.

Junda mondar-mandir di depan pintu kamarnya. Dia berpikir keras, bahkan sama kerasnya ketika dia sedang mengerjakan soal-soal perkuliahan. Jika sampai dia gagal mendapatkan alasan yang tepat, bukan hanya Papa dan Mama yang akan mencercanya, tapi juga Kinan.

Mata Junda terpejam, dia benar-benar fokus.

Fokusnya baru terinterupsi ketika suara pintu yang ditutup terdengar dari bawah sana. Pintu kamar Papa dan Mama. Bertepatan dengan itu, Junda menemukan alasan sederhana, tapi cukup meyakinkan.

Buru-buru Junda turun ke bawah.

"Mau kemana? Kok rapi?" Junda basa-basi.

"Ada urusan," jawab Mama, singkat seperti biasa.

"Junda izin mau ke luar." Percayalah jantung Junda sekarang berdegup sangat kencang.

"Kemana?" Kali ini Papa yang bertanya.

Junda menoleh menatap Papa. Di sana, di mata Papa, Junda menemukan ketidaksukaan.

Sedikit ragu, Junda menjawab. "Belajar kelompok."

Senja & Pesawat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang