11 - Tamu Tak Diundang

54 14 0
                                    

Pagi ini adalah hari pertama pasca Kinan mengucapkan tiga kata yang sukses membuat jantung Junda berdetak tidak karuan. Entah kenapa Junda sedikit malu untuk bertemu Kinan. Tapi menghindar juga mustahil karena Kinan pasti akan melakukan apa saja untuk bisa menemukannya. Junda berharap semoga semesta berpihak padanya kali ini, sungguh dia belum mampu untuk bertemu Kinan.

Hari ini bukan hari libur, tapi Junda belum bersiap-siap untuk pergi kuliah. Dia tidak terburu-buru karena kelasnya masih lama. Dan untuk mengisi waktu kosongnya, Junda memilih untuk pergi ke minimarket dekat rumahnya dengan berjalan kaki. Awalnya Junda excited karena dia akan membeli camilan favoritnya, tapi ketika dia melihat seseorang keluar dari minimarket yang dia tuju, tanpa pikir panjang Junda berbalik arah dan berjalan cepat menjauhi minimarket.

"Nggak lihat please, nggak lihat please, nggak lihat please, nggak li--"

"Junda!"

Junda meringis. Alih-alih menoleh dan menghampiri sang pemanggil, Junda makin mempercepat langkahnya. Tanpa harus menoleh pun dia tahu betul kalau orang yang memanggilnya barusan turut mempercepat langkah untuk mengejarnya.

Bunyi tok-tok-tok yang berasal dari heels orang yang mengejarnya itu terdengar makin dekat, dan saat itulah waktu yang sangat tepat untuk lari.

"Junda! Kok lari?!" Teriak Kinan ketika Junda mulai lari terbirit-birit. Tidak mau kalah, Kinan langsung mencopot heelsnya dan berlari mengejar Junda.

Junda tidak tahu kenapa melihat Kinan rasanya seperti melihat hantu, dia juga tidak tahu kenapa dia sampai harus berlari hanya untuk menghindar dari Kinan. Namun diantara hal-hal yang tidak Junda ketahui, ada satu hal yang Junda tahu betul, dia salah masuk gang!

Mampus buntu!

Mau tidak mau Junda harus berhenti. Sangat tidak memungkinkan untuk balik arah karena Kinan pasti sudah ada di belakang sana.

"Jundaaaa!"

Nah kan, suara Kinan bahkan sudah terdengar jelas.

Kalau sudah begini, berarti sudah saatnya Junda mengibarkan bendera putih. Baiklah dia menyerah. Tidak ada gunanya dia lari-lari kalau akhirnya buntu begini.

Beberapa detik kemudian dugaan Junda terbukti tepat ketika Kinan datang dengan napas ngos-ngosan dan heels yang sudah tanggal dari kakinya.

Masih dengan napas yang tidak beraturan, Kinan menunjuk-nunjuk Junda. "Kok lari-lari sih kamu?"

Junda pura-pura bingung. "Siapa yang lari?"

"Kamu!"

"Nggak." Kali ini Junda pura-pura amnesia.

Kinan melotot tidak terima, jelas-jelas tadi Junda lari tunggang langgang. "Ih, kamu tadi lari kayak habis ketemu setan."

"Gue jogging." Junda ngeles ceritanya.

"Jogging kok budeg?" Kinan tidak mau kalah.

"Y-ya...?"

"Ya apa? Ya apa?"

Junda kehabisan ide.

"Y-ya ya udah kali, gue buru-buru mau ngampus." Dalam hati Junda berdoa agar alasan randomnya itu bisa mengelabui Kinan.

Dan syukurlah membuahkan hasil. Kinan mengangguk-angguk tanda mengerti. "Oh, oke nanti saya nyu--"

"Nggak usah!" potong Junda tiba-tiba.

Kinan mengernyit. Sedikit kaget kenapa reaksi Junda seheboh itu. "Lah kenapa?"

"Nanti ngerepotin."

Senja & Pesawat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang