Memang tidak salah jika perpustakaan dijuluki sebagai jantung universitas. Tempat itu selalu menjadi idola para mahasiswa, entah untuk mengerjakan tugas, sekadar membaca buku, atau bahkan mencari gebetan baru.
Siang ini, Junda menghabiskan waktunya di perpustakaan kampus. Dia tidak sendiri tentunya, Riana dan Dion setia menemani. Bukan tanpa alasan Junda menghabiskan waktunya di sana. Dia harus mengerjakan tunggakan tugas yang sudah menggunung dan tenggat yang tidak lagi lama.
Berbanding terbalik dengan banyaknya kepala yang menghuni perpustakaan siang ini, suasana dalam perpustakaan justru hening tanpa suara. Semua orang sibuk pada kegiatan masing-masing, sibuk pada laptop dan buku yang mereka pandang tanpa berkedip.
Dari banyaknya pengunjung perpustakaan, sejatinya mereka dibagi menjadi tiga kelompok.
Kelompok pertama adalah kelompok para mahasiswa rajin. Baik ada tugas atau tidak, perpustakaan akan selalu menjadi pangkalan mereka. Meskipun sekadar membaca novel remaja, atau bahkan mengerjakan tugas yang tenggatnya masih bulan depan.
Kelompok kedua adalah kelompok para mahasiswa biasa saja. Mereka hanya rajin jika tenggat sudah mepet. Di kelompok ini, banyak ditemukan tipe mahasiswa yang rajinnya disesuaikan situasi, kondisi, dan suasana hati.
Kelompok ketiga adalah kelompok para mahasiswa ajaib. Perpustakaan adalah tempat mencari jodoh bagi mereka. Atau jika bukan mencari jodoh, maka perpustakaan adalah hotel. Dengan kata lain, mereka datang ke perpustakaan bukan untuk membaca buku, belajar, ataupun mengerjakan tugas. Mereka ke perpustakaan untuk mencari gebetan baru ataupun untuk tidur siang.
Lantas Junda termasuk kategori yang mana? Tentu saja kelompok dua. Dia tidak serajin itu sampai-sampai dikategorikan sebagai kelompok satu.
"Laporan praktikum gue tadi udah lo save belum?"
"Udah, baru aja."
Riana memutar laptopnya dan memperlihatkan file yang dimaksud Junda.
"Slide lo selesai belum?"
Dion yang duduk di samping Riana bertanya pada Junda.
Junda menggeleng. Dia sudah mulai frustasi mengerjakan slide presentasi yang tidak selesai-selesai dari tadi. Salahnya sendiri sebenarnya, dia selalu mengulur-ulur waktu padahal tugas ini sudah dari beberapa minggu yang lalu.
"Emang punya lo udah?" Junda ganti bertanya. Tentunya tanpa mengalihkan fokus pada layar laptop.
Lantas Dion nyengir lebar. "Belum."
"Buruan! Presentasinya besok, Dodol!" Riana menyahut, langsung marah-marah.
Kepala Dion yang awalnya terkulai tam berdaya di atas meja perlahan-lahan mulai bangkit.
"Presentasi gue apaan, sih?"
Sontak Junda dan Riana menoleh cepat pada Dion. Keduanya sama-sama melotot. Bisa-bisanya Dion lupa akan materi yang akan dia presentasikan.
"Ya mana gue tahu."
"Bisa-bisa ngulang semester kalau kerjaan lo gini terus."
Dari tiga serangkai itu, memang Dion yang paling malas. Sedangkan Junda dan Riana mirip-mirip, kadang rajin kadang tidak.
"SELESAI!" teriak Junda tanpa tahu situasi dan kondisi.
Buru-buru dia menutup mulutnya yang lepas kendali. Suasana perpustakaan hening bagai kuburan ketika dia berteriak, alhasil seluruh pasang mata menoleh padanya.
"Harap tenang!"
Nah, kan.
"Iya, maaf."
Di depannya Riana dan Dion hanya geleng-geleng kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja & Pesawat
FanfictionJunda hanyalah seekor burung dalam sangkar emas yang diciptakan Papa dan Mama. Jika bisa, dari dulu Junda pasti sudah keluar dari sangkar yang diciptakan Papa dan Mama. Tapi sayangnya Junda tidak bisa. Junda bertahan di keadaan ini bukan karena dia...