"Draco! Jawab aku!" Kataku, dengan napas memburu.
Draco duduk di hadapanku hanya terus berdiam diri, tak berminat menjawab satupun pertanyaanku. Ia duduk di tepi kasurnya dengan wajah tertekuk kesal, sama kesalnya denganku.
"Satu kali lagi, Draco, jawab aku. Apa kamu pelakunya?" Tanyaku dengan penekanan diseluruh kata.
Draco menggeram keras, "Ya! Aku pelakunya! Tapi sasaran seharusnya bukan perempuan itu!" Draco mengaku setelah hampir setengah jam aku menekannya.
Aku mengusap wajahku gusar, tak tau bagaimana menanggapi situasi saat ini.
Mendengar berita seorang murid Gryffindor bernama Katie Bell dilarikan ke St. Mungo, penyebabnya adalah benda terkutuk yang perempuan itu sentuh tanpa sengaja, aku mengetahuinya dari Harry yang kurang berhati-hati saat membicarakan kecurigaannya pada sahabatnya.
Aku menghela napas berat, "Bagaimana kamu--"
"Kamu tak perlu tau bagaimana aku melakukannya, intinya, seharusnya itu disentuh Dumbledore, " Kata Draco memotong kalimatku. "Perempuan memang selalu ingin tahu, menyebalkan," lanjutnya membuatku memplototinya.
"Oh? Begitu? Bukannya laki-laki juga sama? Aku pergi sebentar tanpamu saja kau langsung banyak tanya." Cibirku, kembali membuatnya kesal.
Aku menghela napas kasar, berjalan mondar-mandir sambil bersidekap dada. "Bagaimana jika ada yang tahu? Lambat laun pasti akan ada yang tau, bisa jadi saat Katie Bell sadar."
"Hapus saja ingatannya," kata Draco enteng. Lelaki itu berdiri dari duduknya, selagi memakai jubahnya.
"Kau mau kemana?" Aku bersidekap dada, menatapnya dengan kening berkerut.
Langkah Draco terhenti, tangannya terdiam di gagang pintu, ia berbalik untuk menarik tanganku lalu membawaku pergi.
Aku terus memanggilnya, menanyakan akan kemana kita, tapi dia tak menjawab. Dilorong yang dilewati segelintir murid, aku menarik tangannya sekuat tenaga, membuatnya terhenti dan menghadap kearahku.
"Jawab aku dulu, kita mau kemana?" Aku menekuk wajah, mulai kesal.
Draco melirik kesekelilingnya, seakan sadar ia tak bisa memberi alasan ditempat seperti ini. "Aku mau kamu jadi penggantiku di pertandingan selanjutnya-- lebih jelasnya kuberitahu nanti." Katanya dengan berbisik. Ia kembali bergerak, namun aku tanpa lelah menariknya kembali, membuatnya berbicara.
Draco memutar bola matanya jengkel, "(Name), tolong, ikuti saja."
Aku menatapnya menyelidik, lebih menusuk. "Apa rencanamu?" Bisikku sekecil mungkin, namun berusaha agar masih terdengar oleh Draco.
Ia mendengus kesal. "Akan kujelaskan nanti, oke? Kau benar, aku punya rencana, tapi bukan disini aku mengatakannya." Bisiknya balik lalu kembali menarikku pergi, tidak ingin menarik lebih banyak atensi. Tapi aku menariknya, lagi.
"Apa lagi sih?" Draco merengut.
"Aku mau ambil jubahku dulu," kataku membuatnya mendecih kesal.
Dengan cepat ia melepas jubahnya sendiri dan menyampirkannya dibahuku, meminjamkan jubahnya sebelum menarikku kembali, tapi kali ini aku tak menarikknya balik.
***
Kami pergi menuju lapangan Quidditch, aku berpegangan erat pada pinggang Draco yang mengemudikan sapu terbang. Draco tak memperbolehkan aku membawa sapuku sendiri karena aku memakai rok, tau 'kan apa yang akan terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother [Draco Malfoy]
Romance(Name) Malfoy & Draco Malfoy, si kembar Malfoy yang terkenal dengan perbedaan mereka. Mereka berdua memang kembar, tapi mungkin tak akan sekompak kembar Weasley. Memiliki sifat yang sangat berseberangan, tak peduli, yang terpenting adalah mereka sa...