42# Kill Him

5.8K 511 101
                                    

Saat itu kami duduk di gundukan batu, aku memangku buku gambarku dan mulai melukis pemandangan di hadapanku, danau hitam luas yang memberikan hawa dingin.

"(Name)," Draco memanggil, ia disini untuk menemaniku. Aku berdeham menyahut.

"Aku rasa ada yang salah, aku pikir aku melakukan kesalahan lagi," Katanya gugup.

Aku seketika berhenti melukis dan menatap Draco tepat dimata beriris abu abu itu.

"Seharusnya, menurut perkiraan ku, seharusnya Dumbledore sudah mati." Dia berkata, namun melewati telepati.

"Apa maksudmu?"

"Seharusnya Dumbledore sekarang sudah keracunan mead yang aku selundupkan."

Aku terdiam, menutup buku gambarku dan duduk menyamping menghadap Draco. "Kapan kamu melakukannya?"

"Kamu ingat soal kalung terkutuk yang disentuh anak Gryffindor itu? Persis sama seperti itu."

Aku terdiam untuk beberapa detik, "jadi sekarang ada orang tak bersalah lagi menjadi korban?"

Draco mengangguk setuju dengan pelan, bahkan hampir tak terlihat. "Tapi aku pikir sekarang korbannya tidak apa-apa, buktinya tidak ada berita apapun 'kan?"

Aku menghela napas, bangkit dari dudukku, menepuk jubahku yang kotor lalu berdiri di hadapan Draco. "Draco, kamu hampir membunuh seseorang, aku bahkan tidak tau sama sekali apa yang terjadi, itu kenapa aku mengatakan kamu harus membicarakannya lebih dulu padaku."

"Iya maaf," Dia berdiri, menepuk jubahnya lalu menarik tanganku pergi.

"Omong-omong, kamu sudah selesai mengerjakan tugas ramuan belum? Aku minta contekan dong."

Aku menggelengkan kepalaku, terkekeh pelan, "itu tugas dari dua hari lalu Draco, serius? Kamu belum mengerjakannya?"

"Aku bayar pakai coklat, dua batang-- tidak, aku berikan satu lusin."

Aku tersenyum lebar, "dua lusin! Aku mau bagikan juga pada teman-teman."

Seketika dia berdecih, walau pada akhirnya mengiyakan. Aku bersorak, berpura-pura sangat senang sambil terus memujinya sebagai saudara yang baik hati dan tidak sombong.

Tahun ini, Draco mengalami masa sulit, aku tau dia sedang berusaha mengganti topik, tak mau meneruskannya, aku tau dia ketakutan, kami berdua sama-sama ketakutan.

Bagaimana tidak, penyihir paling ditakuti itu telah mengancam kami, mengancam kelurga kami. Berusaha bersembunyi dibalik kebohongan, bertingkah seperti tidak pernah terjadi apapun, kami melakukannya dengan baik sejauh ini, walau sejujurnya sangatlah berat.

Draco Malfoy, mungkin orang lain mengenalnya sebagai anak manja super kaya yang sangat menyebalkan. Tapi bagiku, dia saudara yang baik, sangat baik, walau fakta tentang dia yang menyebalkan memang benar.

Author POV

Aula besar ramai dipenuhi murid-murid yang tengah mengisi perut keroncongan. Disisi lain, Harry Potter berbincang dengan kedua sahabatnya, membahas bagaimana Ron bisa putus dengan pacarnya yang saat itu terlihat sangat marah.

Ditengah topik, mata Hermione menyadari sesuatu, Katie Bell sudah mulai bersekolah.

"Harry, itu Katie," Hermione berbisik, menyadarkan Harry yang tengah membaca buku ramuan tua yang usang.

"Katie Bell." Ucap Hermione sekali lagi, menyadari Harry tak mengerti apa yang ia maksud.

Sontak Harry berdiri dan menghampiri teman seasramanya yang sempat sekarat karena menyentuh benda terkutuk. Harry menanyai kabar, tapi justru Katie mengatakan bahwa ia benar-benar tidak tau siapa yang mengutuknya.

Brother [Draco Malfoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang