13# Pesta Dansa

13.8K 2.1K 486
                                    

"Pesta dansa natal, selama ini menjadi tradisi turnamen triwizard, semenjak pertama kali diadakan." Ujar Professor Snape dengan tatapan tajamnya.

Semua murid asrama Slytherin sedang berada di satu ruangan yang sama. Terdapat meja bundar besar dengan Gramaphone yang tak kalah besar diletakkan diatas meja.

"Pada malam natal kita dan tamu-tamu kita, berkumpul di aula besar, untuk bersuka ria yang terarah." Professor Snape menatap menyapu bersih para murid asrama Slytherin.

"Sebagai wakil tuan rumah, kuharap berusaha sekuat tenaga. Dan maksudku benar-benar sekuat tenaga karena, pesta natal ini acara yang terutama dan yang terpenting adalah, menari." Lalu seketika semua murid bergemuruh berisik, ada yang mengeluh dan apapun itu sangat membuat telinga Professor Snape sakit.

"SILENCE!" Ucap Professor Snape lantang, lalu ruangan pun kembali hening.

"Rumah Salazar Slytherin telah menghasilnya penyihir terhormat dunia selama hampir 10 abad. Aku tak mau kalian setiap malam menodai namanya, dengan celotehan dan kekikukan seperti gerombolan monyet."

(Name) POV

Jadi ini? Mengapa saat itu Cedric mengajak ku penjadi pasangan dansanya?

Ruangan menjadi sedikit suram karna aura yang dikeluarkan Professor Snape.

"Aku harap seorang pangeran mengajakku," Gumam Pansy disebelahku. "Aku tau bahwa kau berharap Draco yang akan mengajak mu nanti," Timpal ku dengan cengiran kecil. Ia menatap ku dengan senyuman, "Kau selalu tau (Name)."

Entah apa yang sudah ku lewatkan, sampai professor Snape menyuruh kami untuk berdiri dan berkumpul. Aku langsung berdiri dari duduk ku karna tangan Pansy yang menarik lenganku, "Ayo! Ayo!"

Sampai seseorang menarik pinggang ku yang membuat ku hampir berteriak, "Berdansa dengan ku? Ms. Malfoy?" Seseorang dengan nada beratnya menuntun lengan kiri ku bertengger di pundak kanannya, Adrian Pucey.

Aku tersenyum kikuk kearahnya. Ia mengambil tangan kanan ku yang bebas, menautkan jari-jarinya dengan jari-jari ku dan merentangkan lengannya. Yup, aku berdansa dengannya--tentu saja hanya sebagai simulasi.

"Jadi? (Name)? Kau sudah dapat pasangan dansa mu?" Aku terdiam tak menjawab karena aku lebih fokus menatap wajahnya--anggap aku tidak waras. "Aku tau aku tampan, jangan terus diperhatikan seperti itu," Ucapnya dengan seringaian nya. Aku hanya memalingkan wajahku, berusaha menyembunyikan wajahku yang merona.

"(Name)?"

"Ya?" Aku mulai memberanikan diriku menatap nya lagi.

"Pesta dansa bersamaku?" Aku menatap matanya sebentar lalu membuka mulut ku, "Maaf, aku akan pergi bersama seseorang," Ucapku. Dapat kurasakan ia mendengus kecewa. "Siapa pun dia, dia mencuri start terlebih dahulu," Aku terkekeh.

"Adrian, aku bukan perlombaan!" Aku mencubit pelan pundak Adrian, membuatnya meringis.

"Siapa suruh kau sangat mempesona?"

"Tanyakan saja pada orang tuaku, mereka yang membuat ku." Lalu aku dan Adrian pun tertawa.

***

Aku berjalan bersama Draco, Pansy, Blaise, Daphne dan yang lain menuju asrama kami. Aku Pansy dan Daphne membicarakan para anak-anak Durmstrang, yang membuat Draco dan teman laki-lakinya sedikit risih. Ayolah, maklumi saja, kita bertiga kan perempuan.

Draco berdecih, "Jika saja Mother tak melarang Father yang akan mengirim ku ke Durmstrang, mungkin saja aku bisa lebih keren dari mereka, melebihi Krum!" Aku, Pansy dan Daphne saling bertatap muka, lalu tak lama kami tertawa.

"Astaga Drake! Aku menbayangkan mu dengan kepala botak dan jubah merah yang kebesaran pada mu!" Ujarku diselingi dengan tawaan. Lalu tak lama yang lain menimpali ku dengan tawaan mereka, terutama Blaise yang tertawa paling kencang--dan ia mendapati pukulan dari Draco di kepala membuatnya mengaduh pelan.

"Kenapa sih? Para perempuan selalu berjalan berkelompok, aku susah mendapatkan pasangan. Dan para anak-anak Beauxbatons itu memang memiliki selera yang tinggi, mereka menjauhi ku saat melihat ku." Keluh Blaise dengan bisikan di akhir kalimat. Draco mengeratkan syal yang melingkar dileher ku, berusaha membuat ku lebih nyaman dan hangat terutama membuat leher ku tak tercekik dengan syal.

Pansy bersidekap dada, "Blaise Zabini, biar aku beritahu kau 1 hal." Blaise mengangkat sebelah alisnya, "Kau tak-akan pernah mengerti wanita." Lalu Pansy menarik lengan ku dan Daphne berjalan cepat meninggalkan yang lain dibelakang. Aku terkekeh melihat wajah Pansy yang terlihat kesal.

Ah, aku teringat sesuatu, sepertinya aku harus memberitahu Cedric bahwa kita akan bertemu di perpustakaan, memanfaatkan jam bebas saat ini. Aku melepaskan tangan ku perlahan dari genggaman Pansy, "Eum, aku ada urusan, sampai jumpa di asrama nanti." Ucapku langsung pergi meninggalkan mereka berdua yang memanggilku.

Diperjalanan, entah sudah keberapa kalinya beberapa murid laki-laki mengajakku untuk pergi ke pesta Dansa, dan tentu aku menolaknya secara halus. Mungkin Pansy benar, jangan pernah berjalan sendirian. Akan ku catat itu dalam otakku, 'Jangan pernah berjalan sendirian.'

Aku berjalan menyusuri jalan setapak berbatu yang menurun. Menghimpit diriku dengan jubah yang ku pakai, cuaca hari ini sangat dingin, dibuktikan dengan warna kulitku yang mulai memucat. Beruntung Draco membawakan sarung tangan tebal ku, sehingga tangan ku tak terasa membeku.

Aku melihat Cedric dan seorang anak perempuan berambut pirang diseberang sana.

"Cedric!" Aku memanggil namanya dari kejauhan, ia langsung menoleh mencari asal suara sampai matanya bertemu mataku.

Aku berjalan sampai dihadapannya. Belum sampai suaraku keluar, Cedric sudah lebih dulu bersuara. "Euh..Eumm...(Name)... Aku minta maaf. Mungkin lain kali, karna sepertinya Hannah sangat membutuhkan ku. Kita bisa mencari caranya lain kali. Aku minta maaf sekali, aku lupa punya janji dengan Hannah." Aku membuka tutup mulutku, layaknya seekor ikan yang bernafas, menatap Cedric dan perempuan disebelahnya secara bergantian, aku yakin perempuan ini yang ia maksud.

 Aku berdeham, "Tak apa, tak apa Ced. Lagipula Harry bilang tugas kedua akan dilaksanakan beberapa bulan lagi, tak perlu terburu-buru." Ucap ku dengan senyuman.

Cedric menatap ku tak yakin, "Maaf (Name)." Aku mengangguk dan tersenyum kembali padanya. "Tak apa, kalau begitu...aku akan kembali ke asrama." Ujarku dan diangguki Cedric.

Sebelum benar-benar pergi, aku sempat melihat perempuan di sebelah Cedric, menatapku dengan tatapan nyalang. Terlihat tak suka. 

Ada apa dengan perempuan itu?


________________________________________________________________

HALO SEMUA!!

Pertama, aku mau minta maaf karna telat up :') Karna akhir-akhir ini wattpad ku suka error gitu, entah hp ku yang kentang atau emang error:'v jadi wattpad ku kayak suka ke out sendiri gitu, nyebelin banget pokoknya>:'v gtu aja sih:v

Terimakasih buat kalian yang udah baca cerita ini, dan buat cerita ini jadi bacaan kalian. Terutama yang selalu Vote maupun Comment!!

BYE! BYE!

Brother [Draco Malfoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang