#0

41.3K 3.8K 1K
                                    

"MOMMY!! DWACO NAKAL!!" Seorang gadis kecil berumur 4 tahun menuruni tangga tergesa-gesa menghampiri ibunya. Narccisa Malfoy--nama sang ibu--sedang didapur membuat makanan kesukaan anak-anaknya. Kenapa tidak memintanya pada peri rumah? Narccisa bilang agar makanan ini terasa special. Karna kebetulan Narcissa sedang banyak waktu senggang dirumah.

(Name) Malfoy, nama gadis itu. Datang berlari dan memeluk kaki ibunya, "Ada apa, dear?" Ucap Narcissa berjongkok agar bisa menyamakan tinggi nya dan putri kecilnya. (Name) terisak menangis, "Dwaco memanggil ku 'mata kucing' lagi." Ucap (Name) dengan menunduk dan meremas ujung rok yang ia pakai.

Narcissa menghela nafas, lalu ia memanggil nama putranya untuk turun kebawah.

Draco Malfoy, nama putranya. Berjalan lesu kearah sang ibu sambil menunduk. "Bisa jelaskan pada mom? Kenapa kau melakukan itu? Bagaimana jika Father tau kau melakukan itu pada adikmu sendiri?"

Draco terdiam dan sesekali melirik (Name) yang bersembunyi dibelakang kaki ibunya dengan air mata membasahi pipinya. Terlihat sirat mata menyesal dimata Draco, "Sorry, mom." Ucapnya tanpa mengalihkan pandangannya dari ujung jari kakinya.

Narcissa menghela nafas, "Minta maaf pada (Name). Sekarang." Ucapnya dengan memberikan penekanan nada pada kata terakhir.

Draco berjalan dan menghampiri (Name) dan mengulurkan tangannya, meminta maaf, dan (Name) menjabat tangan Draco yang terulur. Yang artinya mereka berdua sekarang berbaikkan.

Narcissa tersenyum, lalu meminta anak-anaknya pergi kemeja makan karna sebentar lagi makan siang.

Baru saja mereka berdua ditinggal untuk mengambil piring makanan, Draco sudah berulah lagi. "Dwa~co~ Sa-sakiit~" Ringis (Name) saat pipi gembulnya dicubit dan ditusuk-tusuk jari Draco. Draco hanya terkekeh melihat adiknya yang begitu lucu. Entah dia merasakan kesenangan tersendiri saat menyiksa adiknya dengan hal itu.

Makanannya pun tiba. Si kembar Malfoy itupun menatap binar makanan yang berada di hadapan mereka.

Dengan lahap (Name) memakan makananya. Wajahnya kini sedikit belepotan karna krim pie yang ia makan.

"Dasar jorok, makan pelan-pelan." Ucap Draco seraya membersihkan ujung bibir adiknya itu. (Name) hanya cemberut menatapnya.

***

(Name) sedang bermain boneka sihirnya dikamar. Boneka itu dapat bergerak dengan sendirinya--tapi tidak semaunya.

Seketika Draco datang masuk kedalam kamar tanpa mengetuk pintu, "(Name), memangnya kau tak bosan bermain dengan boneka itu terus?" (Name) menggeleng, dan terus berbicara pada boneka itu--walau tidak bisa merespon dengan suara.

Terlihat meja bundar kecil, diatasnya ada beberapa cangkir teh dan teko. Sudah ditebak, (Name) sedang mengadakan pesta minum teh tanpa mengajak Draco. Dan itu sedikit membuat Draco kesal, karna ia tidak diajak main.

Ia merampas boneka sihir itu, "Dwaco?!" Pekik (name). Yang dipanggil hanya menyeringai dan menajuhkan boneka itu dari jangkauan tangan kecil (name). "Kembalikan!!" Permintaannya sama sekali tidak digubris. Ia hanya tertawa jahil dan terus berlari menjauh membawa boneka (name), sedangkan sang empunya boneka berlari mengejar menggapai bonekanya.

BRAK!!

Kakinya tersandung sesuatu yang membuatnya jatuh tersungkur. Draco berhenti berlari saat mendengar suara jatuh, tanpa diperintah, ia membuang boneka itu tak tentu arah dan menghampiri adiknya yang mungkin sebentar lagi akan menangis.

"Kau tak apa?" Terdiam sedikit, lalu seketika matanya berair hendak menangis. Terisak sedikit, "Sa-sakiit" ringisnya. Draco mulai panik saat adiknya itu mulai menangis. Ia berusaha membujuk agar tak menangis, seperti memeluknya, menanyainya bagian mana yang terasa sakit, atau mungkin sesekali mengecup kepalanya.

Tangisannya mulai mereda yang hanya tertinggal isakan kecil. Draco membawa adiknya keatas kasur dan mengambil boneka yang ia lempar tadi, "Maaf" Ucapnya dengan penuh penyesalan. (name) langsung memeluk bonekanya dan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban--ia sudah memaafkan Draco.

Sampai mereka berdua tertidur dengan posisi saling berpelukan diatas kasur.

Tak lama, suara derap kaki yang menuju kamar terdengar, "Aku bersumpah mendengar suara jatuh dari kamar (Name)." Ucap seorang pria yang memakai tongkat berjalan, berperawakan sedikit tua (?) yang memiliki rambut panjang platina yang tersisir rapih--Lucius Malfoy--kepala keluarga dari keluarga Malfoy.

"Lucius, tak perlu se-khawatir itu." Ucap sang istri yang mengikutinya dari belakang.

"Demi Merlin, jika saja terjadi apa-apa--" Ucapannya terpotong saat membuka pintu kamar (Name), yang menampakkan sang empunya kamar dan sang kakak sedang tertidur dengan posisi saling berpelukan. "Dwaco~" igau (Name) saat matanya masih terpejam,  Draco mempererat pelukannya pada (Name).

"Sudah kubilang Lucius. Draco kakak yang baik dan dia bisa menjaga adiknya." Pintu kamar pun tertutup pelan dengan kepergian kedua pasangan suami istri Malfoy.

Brother [Draco Malfoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang