Aku tak ikut untuk membantu Harry menolong Sirius Black, aku hanya berharap mereka baik-baik saja. Lagipula bisa dibilang Sirius Black adalah pamanku jika dilihat dari pohon keluarga kami, Sirius Black adalah sepupu ibuku.
Saat ini aku bertengkar dengan Draco, ia sama sekali tak ingin bicara denganku, bagaimanapun caranya.
Aku datang ke aula besar sendirian, berjalan mendekat kearah teman-temanku seperti biasa, namun tak ada satupun dari mereka yang menyapa maupun sekedar melirikku. Bahkan Pansy.
Aku langsung mengurungkan niatku untuk duduk bersama mereka, dan lebih memilih untuk duduk sendiri dan menjauh. Seseorang ikut duduk di sebelah kiriku.
"Kenapa kau duduk sendiri?"
"Tak ada urusannya denganmu." Aku menaruh kepalaku di meja, terasa sangat tidak bersemangat hari ini.
Cedric menempatkan jari-jarinya di atas kepalaku, menyisirnya. Aku menoleh kearahnya, tapi tetap menaruh kepalaku di atas meja. Ia menatapku sambil terus menyisir rambutku, lengan kiri menopang kepalanya.
"Kamu bisa duduk di meja Hufflepuff kalau mau," tawarnya.
Aku menggeleng, "mereka pasti tak mau menerimaku."
Cedric terkekeh, "Hufflepuff menerima semua orang."
Aku terkikik, mengingat juga Cedric baru saja duduk di meja Slytherin tanpa malu di perhatikan oleh anak-anak Slytherin.
"Tapi Draco dan yang lain bisa semakin tidak menyukaiku."
"Aku rasa tak masalah untuk sehari saja, lagipula sepertinya mereka tak menerimamu untuk saat ini. Jika kamu tak mau tak apa, tapi aku tak mau melihatmu sendirian terus seperti tadi." Kini jari-jari Cedric berpindah tempat, ia mengelus pipiku.
"Aku ingin kamu duduk disini, tapi aku takut anak Slytherin justru membencimu," kataku bimbang.
Akhirnya aku mengangguk pada Cedric, ia tersenyum dan menggenggam tanganku. Ia menarikku ke meja Hufflepuff, "apa kau yakin?" Tanyaku yang tampak masih ragu. Cedric tersenyum meyakinkan.
Ia duduk disebelah perempuan yang sepertinya seumuran dengannya, dan aku tentu duduk disebelahnya.
"Jadi kau membawa gadismu kesini?" Tanya salah satu dari mereka. Aku menunduk dan memainkan rokku, merasa sedikit gugup.
"Diam Maxine. Nah, (Name), ini temanku, Maxine, Maxine O'Flaherty." Cedric memperkenalkanku pada perempuan berambut hitam yang duduk disebelahnya.
Aku berjabat tangan dengan perempuan itu. Lalu Cedric kembali memperkenalkan temannya. Setidaknya kini aku mengenal beberapa anak Hufflepuff baru seperti Maxine, Anthony Riccket, Herbert Fleet dan beberapa lainnya.
Aku senang mereka bisa menerimaku, entah itu murni atau hanya sandiwara. Tidak, aku tidak boleh berprasangka buruk lagi.
Draco POV
Lihat dia, seakan tak memiliki rasa bersalah sama sekali. Lebih memilih duduk di asrama lain, tertawa riang dengan kekasihnya.
Aku berdecih tak suka. Pansy menggenggam salah satu tanganku, "Drake, kita bisa coba bicara dengannya."
"Aku tidak mau."
Aku kembali menatapnya, saudariku, masih berbincang-bincang sambil terkikik dengan anak-anak Hufflepuff itu.
Dia tak pernah mau mendengarkan omonganku, aku sering kali melarangnya untuk bergaul dengan anak-anak selain Slytherin, terutama Gryffindor.
Mungkin salahku karena mengizinkannya berkencan dengan anak Hufflepuff, atau mungkin juga aku yang kurang tegas padanya. Mungkin father maupun mother kecewa padaku tiap kali (Name) menunjukkan sisi persahabatannya dengan para Mudblood, bagaimana tidak? Seharusnya aku bisa melarangnya melakukan itu, tapi yang kulakukan justru kebalikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother [Draco Malfoy]
Romance(Name) Malfoy & Draco Malfoy, si kembar Malfoy yang terkenal dengan perbedaan mereka. Mereka berdua memang kembar, tapi mungkin tak akan sekompak kembar Weasley. Memiliki sifat yang sangat berseberangan, tak peduli, yang terpenting adalah mereka sa...