Draco terus mendekap tubuh ku. Kami berdua terus belari menjauhi para pelahap maut dan berusaha mencari keberadaan ayah kami. Dan hasilnya nihil.
Jeritan dan tangisan terdengar dimana-mana. Tubuhku terus terdorong kesana kemari oleh orang-orang yang berdesakkan melarikan diri.
Tetapi sesuatu menabrak kami berdua sangat keras, hingga pelukkan Draco terlepas dariku. Aku tersungkur ketanah yang membuat ku terpisah dengan Draco. Aku bergegas berdiri namun tubuhku terus menjauh karna arus manusia yang berdesakkan lari ber-lawanan arah dengan ku. Sampai mataku tak lagi melihat sosok Draco.
Aku panik sekarang. Melihat Death Eaters yang terus melahap semua tenda dengan api.
Air mataku hampir saja jatuh jika saja seseorang tak menarik tangan ku dan membawa ku pergi menjauh. Membawa ku kedalam hutan. Dia terus menarik lengan ku hingga kami berhenti dibelakang pohon besar.
Dia mencengkram kedua pundakku, "Apa yang kau lakukan?! Kau ingin mati karna pelahap maut itu?!" Orang itu, ternyata Cedric. Aku sangat bersyukur karna ia yang menemukan ku.
Aku menundukkan kepalaku dan tubuhku mulai bergetar. Seakan ia tau apa yang ku perlukan saat ini, dia langsung memelukku yang sempat membuat ku sedikit terkejut tapi aku membiarkan ia melakukan itu.
Aku terduduk disebelahnya tepat dibelakang pohon besar yang mampu menyembunyikan kami hanya dengan batang pohonnya. Sudah beberapa menit ia berusaha menenangkan ku--yang nyatanya aku masih tak tenang hingga sekarang.
"Tenang lah, aku yakin mereka baik-baik saja." Ucapnya sesekali mengelus punggung ku. Aku menaruh kepalaku dipundaknya, masih sesegukan sehabis menangis akibat kepanikan ku tadi.
Entah mengapa rasanya nyaman, berada didekatnya. Seperti sudah lama kenal. Padahal baru malam ini aku mengenalnya. Aku pasti sedang tidak waras bahwa berfikiran menyukai lelaki di sebelah ku hanya dengan semalam--bahkan belum benar-benar semalam.
Cedric POV
Gadis ini sangat manis, pikirku saat baru berkenalan dengannya--dengan resmi. Dan sangat ramah dan asik saat aku berbincang dengannya.
Jadi ini? Yang mereka bilang princess Slytherin? Ah, kuyakin bukan itu yang dimaksud. Malaikat dari Slytherin? Sepertinya itu.
Aku sering menatap nya diam-diam saat berada di aula besar asal kalian tau. Maksudku--apa dia seorang veela?
Hampir seluruh murid laki-laki di Hogwarts menyukai gadis satu ini. Sangat mengecewakan saat mengetahui bahwa dia tak pernah melirikku.
Dan tak menyangka bahwa gadis itu sedang berada di dekapan ku. Sangat dekat, hingga dapat kucium surai platina nya yang ber-aroma lavender.
Dapat kurasakan dia menggigil kedinginan, "Seharusnya aku menuruti kata Draco untuk membawa syal atau apapun itu." Gumamnya. Dia menggosokkan kedua tangannya.
Aku memaklumi dia kedinginan. Lagi pula ini sudah malam, kami berada di hutan dan ia memakai dress tanpa bahu.
Aku mengambil telapak tangannya dan menggenggam tangannya, mencoba menghangatkannya. Dia sedikit terkajut dengan perlakuan ku, "Tak apa, aku tau kau kedinginan." Dia mengangguk kecil. Aku menarik bahu-nya dan membawanya kedalam pelukan ku. Aku tau, aku memang sedang modus.
Seketika beberapa burung gagak berterbangan. Aku dan (Name) mendongak menatap langit. Cahaya hijau berbentuk tengkorak dan ular muncul dilangit. Tubuh (Name) kembali bergetar setelah melihat itu.
"Pe-pelahap maut..." Lirihnya. Dia meringkuk kedalam pelukan ku.
"Dra-Draco dan fa-father akan baik-baik saja kan? Ka-kau mengatakannya tadi." Dia menatap ku dengan tatapan berharap. Iris mata dwi warnanya terlihat berkilau dibawah cahaya rembulan. Dapat kulihat sorot mata khawatir yang begitu besar. Aku mengangguk padanya.
Butuh beberapa menit sampai (Name) kembali tenang. "Kurasa semuanya sudah aman. Kita tak bisa disini terus." Aku berdiri dan mengajak nya untuk pergi.
Aku meraih tangannya dan membantunya berdiri. Kami berdua keluar dari hutan. (Name) terus menatap sekitar, sangat terlihat waspada.
Kami sampai diluar hutan, tak lama seseorang yang sangat mirip dengan gadis yang sedang kurangkul --agar tubuhnya tetap hangat-- hanya saja versi laki-laki. Berlari kearah (Name).
"Sister!!" (Name) yang semula menunduk pun mendengak.
Draco menarik (Name), memeluknya erat, "Maaf, maaf, maafkan aku. Seharusnya aku tidak melepaskan mu. Maaf." Baru kali ini aku mendengar seorang Malfoy --selain (Name)-- meminta maaf.
Author POV
Draco terus memeluk (Name), sangat erat. Dia menaruh wajahnya dia bahu kembarannya itu. Sedangkan (Name) sudah menangis dipelukannya. Draco merengkuh wajah (Name), "Kau tak apa kan? Apa kau terluka?" (Name) menggeleng pelan. "Aku-aku-aku kira...kau...aku bersumpah akan terus menyalahkan diriku sendiri jika terjadi sesuatu pada mu. Aku bertemu dengan Father. Kita harus bertemu dengannya, ok? Dia sangat khawatir padamu, sebaiknya cepat sebelum ia mengutuk para mentri."Draco menghapus air mata (Name), dan berusaha menenangkan rubuhnya yang masih gemetar.
Dia menarik tangan (Name) untuk pergi, tetapi (Name) menahannya membuat Draco menoleh, "Cedric harus ikut." Draco menatap kearah belakang punggung (Name) menatap malas pria dibelakang kembarannya. "Seterah," ucapnya dingin.
Lalu mereka sampai didepan kerumunan yang terdiri dari para mentri dan tentunya ada kepala keluarga Malfoy disana.
"Father!!"
Lucius Malfoy POV
Aku akan menyalahkan diriku sendiri. Jika sampai detik ini putri ku tak dapat ditemukan.
Ini salahku, ini semua salahku. Jika saja...jika saja...aakh!! Lucius! Betapa bodohnya dirimu!!
Dia pasti sedang panik sekarang. Aku tak bisa membayangkan dia berjalan sendiri entah dimana dengan kepanikannya. Yeah, putri ku memang sangat berbeda, benar-benar berbeda. Selain matanya, sifatnya sangat mirip dengan istriku. (Name) sangat lemah terhadap hawa dingin, dan ia selalu merasa panik yang sedikit berlebihan jika dia sudah merasa khawatir. Terlebih lagi dia sangat 'sensitif'.
"Father!!" Suara itu. Aku sangat mengenalinya. Putriku.
Aku menoleh, ku dapati (Name) yang berlari kearah ku. Seketika dia berhenti didepan ku. Dia akan selalu ingat itu. Aku meminta kepada anak-anak ku untuk tidak berlebihan seperti memelukku didepan banyak orang. "A-aku, ba-baik saja. Ce-Cedric menolong ku tadi." Lalu dia sedikit menunduk. Aku memperhatikan kedua laki-laki yang berada dibelakang punggungnya. Menatap angkuh kepada mereka berdua.
"Bagus, kalau gitu kita bisa pulang sekarang." Ucapku.
Draco datang dan merengkuh (Name). Dia menatap ku dengan tatapan 'itu' seperti biasa.
Aku tak peduli dengan itu. Yang terpenting adalah keluargaku selamat.
______________________________________
Aku kembali! Yey! Dan membawakan berita bagus.
Beritanya adalah, hari ini aku akan double update.
Dan, terima kasih untuk kalian semua yang sudah baca cerita ini, terutama untuk kalian yang Vote maupun Comment di cerita ini!!
Bye-bye!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother [Draco Malfoy]
Romance(Name) Malfoy & Draco Malfoy, si kembar Malfoy yang terkenal dengan perbedaan mereka. Mereka berdua memang kembar, tapi mungkin tak akan sekompak kembar Weasley. Memiliki sifat yang sangat berseberangan, tak peduli, yang terpenting adalah mereka sa...