20

501 81 20
                                    

SMA Curtis mulai di padati murid-murid. Mobil-mobil mewah berhenti di depan gedung sekolah yang bergaya classic. Pakaian tebal tak membuat mereka tak terlihat keren, dari ujung kaki sampai bawah kebanyakan murid-murid mengenakan barang brand besar dunia. Termasuk Krystal yang baru saja keluar dari mobil Mercedes-Maybach GLS 600 milik Karl, ya milik Karl. Seperti pada hari-hari sebelumnya, mereka berdua terlihat bersama kembali. Namun Krystal memutuskan untuk pergi terlebih dahulu. "Krystal!" Karl merapatkan tas ransel ke pundak, merasa kesal di tinggal oleh Krystal. 

Sepatu Krystal mulai menghentakan lantai menuju loker. Jarl dan Nilam datang memberikan pelukan untuk Krystal. Jarl menatap dari atas sampai bawah. "Kau terlihat baik hari ini." Puji Jarl. "Dan kau..." Krystal menatap Jarl dari atas sampai bawah, terutama rambut barunya bewarna seperti jeruk mandarin. "Terlihat segar." ucap Krystal mengambil beberapa buku.

Nilam menyenderkan badan di tubuh, melipat kedua tangan di dada sembari menatap Krystal yang masih sibuk bersama buku-bukunya. "Aku melihatmu dengan Karl, apa kalian pergi bersama?" Jarl sedikit terkejut, lalu bertanya, "Apa kalian sudah baikan?" Krystal masih diam tak menanggapi kedua sahabatnya. "Selamat pagi!" Jarl terkejut atas kedatangan Sven dan Mara. "Ada gosip apa pagi ini?" tanya Mara sambil ngemil kripik kentang yang remahanya jatuh di baju. 

Jarl melirik Krystal, dan menatap ketiga sahabatnya. "Gosip pagi ini adalah, Krystal dan Karl balikan!" Sven dan Mara terkejut, terutama Sven yang langsung menatap Krystal mengerutkan dahi. Krystal memutar badan, memeluk beberapa buku besar. "Apakah itu benar?" tatap Sven serius pada Krystal. Nilam menatap Sven tidak suka. "Ada apa denganmu Sven? seharusnya kamu senang karena Krystal sudah kembali pada Karl, hidup dengan normal dan kembali seperti dulu. Krystal tidak bisa kehilangan Karl, dia adalah aset berharga. Aku yakin, cepat atau lambat kedua orang tua Krystal akan mengizinkan mereka berkencan. Karl akan membantu masa depan Krystal, juga masalah ekonomi." Sven menatap Nilam tanpa mengatakan apapun, kembali menatap Krystal terdiam. 

"Aku tidak tahu apa yang kamu lakukan. Kamu harus tahu, bahwa kamu tidak bisa mempermainkan perasaan seseorang, Krystal. Bagaimana bisa kau seperti ini?" Mereka berdua saling bertatapan hingga mata Krystal mengarah pada seseorang yang baru saja datang mengenakan hoodie hitam. Poninya yang mulai panjang bergerak ke kanan dan kiri saat dia berjalan menunduk, menghindari tatapan dan cibiran orang-orang di sekitarnya. Kedua mata yang terlihat lelah, berjalan bagaikan terlalu banyak beban di pundak. Nilam menatap sinis. "Pecundang itu.." Nilam melanjutkan dengan kedua tangan terlipat di dada. "Pecundang itu bagaikana virus yang harus di musnahkan." 

"Jaga ucapanmu, Nilam. Kau tidak tahu seperti apa Amber. Berhentilah menilai seseorang seakan kau yang paling tahu. " Geram Sven. Nilam menatap tak kalah sinis. "Apa masalahmu, Sven? apa kamu ingin mengajak sahabatku untuk menjadi orang sepertimu? itu adalah sesuatu yang menjijikan, ditambah lagi reputasi buruk dirinya!" ucap Nilam. Sven terlihat kesal, tak terima dengan ucapan Nilam. "Masalahnya adalah, Krystal menyukai Amber!" bentak Sven di depan wajah Nilam. Badan Sven terhempas akibat dorongan tangan Nilam. "Apakah itu benar Krystal? kau menyukai pecundang sepertinya? dimana harga dirimu? Apakah kamu lupa dengan pesan kedua orang tuamu? bahwa kau harus membantu mereka, apa kau tidak sedih melihat hidupmu seperti itu terus menerus?" 

Sven melangkah maju, membuat Jarl dan Mara tidak tahu harus berbuat apa. "Ini bukan tentang harga diri! ini tentang perasaan seseorang! dan berhentilah membahas masa depan dan harta, Nilam!" kesal Sven. Nilam tentu tak kalah kesal, wajah manisnya berubah menjadi panas. "Perasaan apa, huh? apa kamu tidak lihat Krystal telah banyak berubah? dia sudah banyak membolos kelas, tidak mengikuti ujian, dia tidak punya waktu mengurus tim cheers, bahkan dia tidak menjenguk Jarl yang sedang sakit. Aku tidak ingin, sahabatku menghabiskan waktu dengan orang yang tidak berguna seperti Amber! apa yang akan Krystal lakukan jika bersamanya kalau bukan penderitaan dan kebodohan? pikirkan baik-baik. Apakah kau ingin melihat Krystal terpuruk sendiri bersama pecundang itu?" Mereka semua terdiam hingga bel berdering. 

The Night We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang