Author POV
Pagi ini matahari enggan menyapa, masih terlihat malu-malu dibalik awan. Kediaman keluarga Leverett terlihat seperti rumah tak berpenghuni, tetapi mana tahu saat Amber masuk dirinya menemukan Jules. Kakak tirinya yang di kagumi banyak kaum pria sedang tidur di sofa dengan buku yang berada diatas pahanya. Amber menutup pelan pintu, tak ingin mengganggu Jules yang masih tertidur pulas sekalipun jam menunjukkan pukul 9 pagi. Hanya sedikit cahaya yang masuk, Amber mengambil selimut dan menaruh secara pelan untuk Jules.
Sofa yang sudah lusuh, beberapa tambalan terlihat di sandaran tangan. Belum lagi sofa tersebut sudah tidak empuk lagi, bahkan untuk duduk rasanya begitu menyakitkan. Amber menghela nafas, menaruh tas berisi teropong dan buku sembari menatap Jules yang kepalanya sudah miring kesamping. Tidak ada tanda-tanda kehidupan Elena di rumah ini, Jules pasti menunggu ibunya sampai pagi.
Amber menghela napas, membungkuk sembari menaruh kepala Jules dengan sangat pelan ke lengan Amber. Jules seperti putri tidur, bahkan Jules masih terlihat begitu cantik saat tertidur. Kini hanya satu harapan Amber, yaitu agar Jules tetap tertidur saat Amber menggendong sampai kamar. Rambut hitam Jules menggelitik hidung Amber, aroma british rose yang masih melekat di rambut hitam Jules. Tubuhnya tidak berat, kepala Jules jatuh di dada Amber, tanganya menjuntai lemas.
Amber sangat jarang masuk ke kamar Jules, mungkin karena mereka tidak cukup dekat. Tetapi bukan berarti Amber tidak peduli. Amber peduli, dan akan terus begitu. Kamar Jules tentu lebih rapih, lebih tertata, aroma wangi yang lembut serta tempat tidur yang terlihat tidak tersentuh. Amber membaringkan dengan hati-hati, dan Jules masih tertidur. Ntah pukul berapa dia menunggu sampai tidak terbangun.
Amber menghela nafas, Amber sangat jarang melakukan skinship dengan Jules. Rasanya akan sangat canggung. Kali ini, Amber tidak tahu rasanya canggung atau malah membuatnya terhipnotis kembali oleh pesona Jules Isaias. Amber melihat sekeliling kamar, beberapa foto tertempel di papan polos berwarna hitam, buku-buku yang suka dia baca, beberapa pengharagaan dalam kontes menari dan heranya terdapat kue tart yang bertuliskan selamat ulang tahun. Di sisi lain ada foto Jules kecil, ibunya dan ayah Amber. Tetapi tidak ada foto Amber dipajang.
Amber bingung dengan makanan yang tersedia di atas meja. Ayam,kentang, spageti, pizza dan taco yang terlihat belum tersentuh. Mungkin Jules berencana menyiapkan makan malam dengan Elena. Amber memilih kopi untuk membuat dirinya terjaga di pagi hari hingga, "Darimana saja kamy?" Amber hampir saja mati tersedak. Jules melangkah mendekati, rambut sedikit berantakan, kaos putih yang terlihat kebesaran dan mata panda. Amber masih bingung menatap Jules yang terlihat marah. Jarak mereka begitu dekat, ditambah lagi dapur yang terlihat seperti menyudutkan mereka berdua. "Apa maksutmu?" bingung Amber.
"Jangan membuatku menyiram wajahmu dengan kopi, Amber. Aku bertanya, darimana saja? kenapa baru pulang?" Amber sulit mengatakan sesuatu, otaknya sedang mencerna kejadian yang dia alami detik ini. "Aku... aku dari taman sungai Hudson." Jawaban yang tidak memuaskan, wajah Jules tambah kesal. "Jangan bohong, Amber! katakan padakku." Saat ini Amber terlihat seperti keledai bodoh. "Aku semalaman di taman sungai Hudson, Jules. Aku berani bersumpah. Aku sedang menunggu penampakan Planet Merkurius. Dan aku juga sedang menulis beberapa kalimat saja."
Jules masih menatap lekat Amber yang kacau. Rambut brunette yang berantakan, mata sayu yang berusaha untuk membuka lebar kedua mata agar tetap terjaga. "Kamu bersumpah?" Ancam Jules. Amber menghela napas, menaruh cangkir kopi di meja takut akan Jules benar-benar menyiram dirinya dengan kopi. "Aku bersumpah demi teropong ibuku, Jules Isaias." Jules melemaskan pundak, duduk dan mengambil roti yang hendak di makan Amber.
Amber menyenderkan tubuhnya di samping kulkas, menatap Jules bingung. "Ada apa? mengapa kamu sekarang terlihat seperti ibuku, yang biasanya kamu terlihat lebih seperti kekasihku." Jules menatap kesal. "Jangan sampai aku lempar roti aneh ini ke mulutmu, Amber." Amber mengunci mulutnya melalui gerakan tangan. Sejenak Jules diam, dan berkata, "Kemarin aku bertemu Ken," ucap Jules tanpa menatap Amber. Badan Amber sedikit tegang, menatap lekat kakak tirinya. "Lalu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Night We Met
RomanceSudah terlalu banyak masalah yang Amber hadapi. Hingga tak dia sadari telah membantu seorang wanita yang malah menjadi masalah terbesarnya. Wanita yang mengikuti Amber dan berjanji akan menyembuhkan Amber dari kecanduan obat-obatan dan alkohol.