17

756 103 20
                                    

Krystal terlihat mengaduk-aduk makan siang, dan juga terlihat tak tertarik dengan apa yang teman-temanya bahas. Mata Krystal tertuju pada Amber yang sedang menyantap makan siang sendiri di pojokan kantin. Amber mengenakan hoodie hitam, kulit wajah putih pucat, rambut yang berantakan namun menawan, tatapa dingin tak menyadari akan Krystal yang sedari tadi memperhatikanya. Krystal terus memikirkan kejadian kemarin malam bersama Amber, disaat mereka menghabiskan waktu bersama dibawah salju dan sinar bulan. 

Jules Isaias, melakukan hal yang sama, menatap Amber yang duduk sendirian di pojokan kantin. Amber terlihat sendiri sembari di ganggu beberapa murid. Mengolok Amber sebagai pencandu gila yang menjaga perpustakaan, Amber yang miskin dan berantakan. 

Jules berusaha sekuat tenaga untuk tak bangun dari duduk, begitu juga Krystal yang ingin sekali menampar mereka semua. Tapi tidak mereka lakukan, hanya menatap Amber yang sedang di olok-olok. "Sedari tadi kau menatap Amber, Jules." Ucap Klause yang duduk di depan Jules. "Apakah rumor itu benar?" Tanya Klause. "Tidak ada." Jawab singkat Jules melanjutkan makan.


"Tentu tidak menyenangkan jika tidak meganggu pecundang itu" Tatap Mara terhadap sekumpulan anak-anak yang menggoda Amber. "Pecundang menyedihkan ." Senyum Nilam sembari bermain ponsel. "Bisakah kalian berhenti berbicara?" Nada bicara Krystal terdengar dingin. Nilam menghela napas, mematikan ponsel dan menatap sahabatnya. "Ada apa denganmu Krystal?" Krystal hanya diam mengaduk-aduk makanan. "Semalam aku melihatmu bersama Amber. Kalian pulang bersama, dan kau tahu apa yang menjijikan?" Krystal menatap Nilam. "Adalah kau terlihat tertawa bersamanya!" Mereka semua menjadi diam menatap Krystal. 

"Jadi, kau berbohong?" Krystal menatap Jarl. "Kamu mengatakan akan pergi bersama Eloise namun-" Belum sempat Jarl melanjutkan, Krystal bangun dari tempat duduknya. "Hei!" Mara hendak mengejar namun memilih untuk membiarkan Krystal pergi. 

~

Jam menunjukkan pukul 4 sore dan kelas dibubarkan. Krystal terlihat bergegas membereskan buku meninggalkan Jarl begitu saja. Krystal berjalan sembari mengenakan jaket jeansnya yang tebal. Mengiraukan beberap orang yang memanggilnya, seharusnya Krystal berjalan ke arah lapangan untuk latihan cheers, namun dia terus berjalan hingga langkahnya terhenti saat melihat Amber dan Jules dari kejauhan. Amber terlihat menghisap rokok, wajahnya terlihat lelah. Dan hal ini kembali terjadi, dimana Jules terlihat berbicara namun Amber menghiraukan. 

Jules menghela napas menatap kesal Amber yang duduk sembari merokok. "Mengapa kamu tidak ingin menemuinya, Amber?" Amber menjentikan abu ke rumput dingin. "Karena dia mengacaukan semua, Jules. Aku tahu kita sudah berdamai, tetapi aku tidak akan melupakan Elena dan ayahku yang telah membunuh ibuku." Ucap Amber sembari membuang asap rokok dari mulutnya. 

"Dia adalah ayahmu Amber, dia akan segera di pindahkan ke Texas. Dia sangat ingin bertemu denganmu." Jules berusaha untuk meyankinkan Amber. "Dia terus bertanya tentang dirimu, bagaimana kabarmu, apakah kamu makan dengan banyak, bagaimana tinggi badanmu, ingin bertanya mengenai planet apa yang kamu sukai. Apakah-" Amber melempar rokok, menginjak dan menatap Jules. "Aku tidak peduli, Jules."

Jules tersenyum kesal. "Mengapa kamu kekanak-kanakan sekali? Ayahmu sudah meminta maaf, dia sangat menyesal!" Amber bangun dari tempat duduknya, membuat Amber lebih tinggi dari Jules. "Mengapa kamu begitu peduli terhadap ayahku? urus saja urusanmu sendiri!" Jules memegang tangan Amber yang hendak pergi. "Karena ini adalah akar semuanya! karena kamu tidak bisa berdamai pada dirimu sendiri! karena kamu selalu hidup bersama masa lalu. Dan terus seperti itu." Amber menatap tangan Jules. 

"Apakah kamu pernah merasakan kehilangan? apakah kamu pernah merasakan bagaimana perasaan ini begitu besar rasa cinta terhadap seseorang dan seseorang itu pergi untuk selamanya?" Mereka berdua kembali terdiam, hawa dingin menyelimuti. "Lihat, bahkan kau tidak bisa merasakanya, kau tidak tahu bagaimana rasanya." Kedua mata Jules terlihat berair, bibirnya bergetar dan mengangguk tersenyum. "Merasakan kehilangan? merasakan rasa cinta terhadap seseorang yang tak bisa lagi kamu rasakan perasaanya?" Kini mereka berdua saling bertatapan satu sama lain. 

The Night We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang