"Kamu sudah pulang?" Krystal hanya melewati ibunya yang sedang memasak tanpa menyapa.
"Krystal Claire Frost," ulang ibunya.
"Ibu, aku lelah," tatapan Krystal benar terlihat lelah karena seharian harus mencari buku yang harus dia rangkum.
Ibunya menaruh piring bersiap untuk makan malam. "Apa kamu tidak ingin makan malam dulu?" Krystal menggelengkan kepala. Krystal tak melihat ayahnya di rumah, mungkin sekarang sedang berada di gereja atau tempat tunawsima.
Krystal melempar tas, membaringkan badan diatas tempat tidur. Pikiranya sedang kacau karena tugas yang diberikan Audery, belum lagi karena Amber yang menurutnya bukan manusia dan Karl yang terus membujuk untuk tak marah lagi. Krystal membuka ponsel, membaca pesan group sahabatnya yang saat ini sedang bersenang-senang tanpa dirinya. Karl yang terus mengirimkan pesan. Krystal melempar ponsel dan tanpa sadar dia tertidur hingga pagi tiba.
Jam menunjukan pukul 1 siang. Krystal melewatkan makan siang lagi demi satu buku yang belum dia temui. Perpustakaan telah dijelajahi Krystal hingga dia hampir ingat bagian-bagian buku. Krystal menyerah, memilih keluar dari perpustakaan. Membeli sandwich dan duduk di belakang sekolah dengan pemandangan lapangan lari yang luas.
Krystal terlihat sedang tak bersemangat, biasanya makan adalah hal yang paling dia sukai walaupun sekedar makan salad, namun kali ini tidak. Krystal terlihat tidak bersemangat karena tugasnya yang harus dikumpulkan paling tidak 1 jam lagi.
Rambutnya terurai indah dibawah sinar matahari bersama angin yang sedikit mengacak rambut lurusnya. Wajahnya ditekuk dengan mengunyah secara malas. Krystal merasakan seseorang berdiri di hadapanya karena matahari tak lagi membuat wajahnya terasa hangat. Krystal mengangkat kepala dan langsung berdiri.
"Kamu!" Ku tatap wajahnya yang menyebalkan. Untuk apa dia disini?
"Mau apa?" Ketusku yang kuharap tak kalah ketus darinya. Wajah yang pemurung dan pemarah.
Dia tak tersenyum, tak menyapa, tak melakukan apapun hanya diam menatapku. Aku menatapnya kesal, sudah cukup permasalahanku hari ini. "Jika tidak ingin mengatakan apapun, lebih baik kamu pergi saja! aku sedang tidak mood," dia masih berdiri menatapku.
Ku hela nafas membawa buku-buku yang beberapa saat lagi akan ku kumpulkan. Buang-buang waktu saja! aku juga tak ingin lagi berurusan denganya. Aku harus ingat apa yang sahabat-sahabatku dan Karl katakan tentang Amber. Bahwa aku harus menjauhinya jika diriku tak ingin bahaya.
Aku pergi menjauhinya. "The Gone of The Wind." Kuhentikan langkah yang baru saja beberapa langkah darinya.
Dia mengeluarkan sesuatu dari jaket bomber hitam juga matanya yang tak lepas dariku. "Ini." mataku membulat. Aku seperti melihat harta karun yang selama ini berada di dasar laut! aku tidak tahu wajahku segirang apa, yang jelas aku tersenyum dan begitu gembira. Hampir saja melompat-lompat seperti kelinci kecil.
Aku menatapnya, menatap si grumpy face. Dia menatapku, bukunya masih berada ditangan putih pucatnya.
Kulangkahkan kakiku mengarah padanya yang masih berdiri seperti patung. Ku tatap dia, jauh lebih jelas dari sebelumnya. Sepertinya aku harus berterima kasih kepada sinar matahari yang memperlihatkan seperti apa wajahnya.
Dia memiliki mata yang sayu, sedikit memiliki lingkar mata hitam seperti panda. Aku suka bulu matanya yang panjang dan lentik. Memiliki hidung mancung, bibirnya tebal dibagian bawah dan sedikit tipis bagian atas. Bibirnya terlihat sexy dengan warna merah muda untuk seorang perokok. Rambut yang ternyata berwarna brunette yang menurutku sedikit berantakan. Rambutnya menyentuh sedikit daun telinga, helaian rambut mengenai dahi. Aku terkejut saat dia memiliki mata berwarna abu-abu, grey eyes membuat tatapan matanya begitu dingin. Kulitnya putih pucat, seperti vampire! aku harap dia tak memiliki taring, apalagi tinggi badanya yang terlihat lebih tinggi dariku dengan bahu bidang. Yang jelas, aku hanya sedadanya saja. Dia memiliki rahang dan dagu yang menonjol semakin mempertegas dirinya yang terlihat maskulin. Maskulin? damn! aku hampir lupa dia adalah seorang wanita! dia seperti makhluk abadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Night We Met
RomanceSudah terlalu banyak masalah yang Amber hadapi. Hingga tak dia sadari telah membantu seorang wanita yang malah menjadi masalah terbesarnya. Wanita yang mengikuti Amber dan berjanji akan menyembuhkan Amber dari kecanduan obat-obatan dan alkohol.