Hari Jumat dengan cahaya matahari yang hangat di bawah pohon-pohon hijau yang tertiup angin hingga menghasilan suara antara dedaunan. Duduk santai dengan beberapa cemilan roti dan minuman, membicarakan hal yang tidak kumengerti. Lebih tepatnya tak kusimak. Ku tatap beberapa orang yang sedang bermain basket di lapangan dengan dibatasi pagar besi. Ini adalah tempat favorit para siswa jika sedang ingin menghabiskan waktu istirahat selain di dalam gedung sekolah.
Sven memamerkan kuku barunya sembari bergosip mengenai pria yang dia kencani di aplikasi pencari jodoh. Nilam yang menceritakan tentang bagaimana tampannya anak dari partner kerja ayahnya. "Apakah sepanas itu? aku ingin sekali bertemu denganya, mungkin dia sepertiku?"
Jarl menggelengkan kepala sembari makan keripik kentang. "Mengapa semua pria ingin kamu dekati?"
Sven menglihkan perhatianya pada Jarl yang sedang asyik ngemil. "Bagaimana dengan dirimu Jarl? lebih baik kamu yang mulai menyatakan cinta terhadap Maven, keburu dia kencan dengan wanita lain."
"Itu tidak akan kulakukan, aku memiliki harga diri, Sven."
Mara terlihat menatapku. "Perlukah kami semua membunuh Karl untukmu?" dan kini mereka semua menatapku. Aku telah memberitahu perihal masalahku dengan Karl dan mereka sangat marah. Mereka tak menyangka Karl akan bertindak seperti itu. Aku meminta pada mereka untuk tidak membahasnya, bukan karena Karl. Melainkan karena Amber, sosok yang menghantuiku. Kejadian malam itu, selalu mengingatkanku pada Amber.
Aku tidak bisa melupakan tatapan matanya, tidak bisa melupakan suaranya yang dalam dan serak. Bahkan, saat Mara dan yang lainnya memperingatkanku, aku tetap ingin mengembalikan barangnya, tetapi aku masih duduk disini bersama mereka.
"Krystal." ku terbangun dari lamunan, melihat Karl yang mendatangi kami, cukup bernyali. Dengan cepat mereka semua berdiri, bahkan Nilam memasukan ponselnya dan berdiri di depan Karl dengan gagah berani.
"Nyalimu besar sekali, Karl." Walaupun tubuhnya lebih kecil, Nilam menatap Karl dengan galak.
Karl menarik nafasnya, mata hijaunya semakin terlihat berwarna di siang hari. "Aku ingin bicara dengan Krystal."
"Dia tidak ingin berbicara dengan pencundang sepertimu!" bentak Mara yang sepertinya siap menghajar Karl.
Aku masih duduk dan memijat keningku. "Cukup." Aku berdiri dan memegang bahu Nilam. Nilam memundurkan langkahnya yang kini posisinya digantikan olehku.
Ku gelengkan kepala menatap Karl yang masih kuingat betapa buas wajahnya malam itu. "Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi, Karl."
"Krystal, aku mohon. Pada saat itu aku sedang mabuk. Aku benar-benar tidak sadar dan tak berniat melukaimu. Aku mohon, maafkan aku. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu," Kini kami menjadi pusat perhatian. Mereka tentunya beranggapan aku dan Karl memang berkencan.
Ku hela nafas berusaha untuk tak menampar wajahnya. "Kamu meninggalkanku di tempat yang sepi, sendirian Karl! dan kau hampir memperkosaku secara paksa!"
Karl terus memohon hingga aku menyuruhnya untuk pergi, cukup keras kepala hingga dia mundur dari tempat kami berada. Kami kembali duduk setelah perdebatan panas. Mereka masih membahas Karl yang seperti pecundang.
Kini perhatianku teralihkan. Mataku menatap rombongan senior yang terlihat berjalan di tengah-tengah halaman sekolah dengan tawa mereka, berjalan bergandengan seperti ketujuhnya memiliki kekuasaan di sekolah ini. Mereka adalah kelompok senior yang paling terkenal, terdiri dari 7 orang yang dulunya memiliki posisi-posisi penting dan populer di sekolah.
Salah satu dari mereka memperhatikanku, berjalan menjauhi teman-temanya dan menghampiri kami. Dari kejauhan dia tersenyum dengan blouse putih serta rambut hitamnya yang sepundak. Riasan wajahnya terlihat natural, bibir bawah yang sensual, mata yang menyerupai kacang almond, hidung yang mancung di tambah lagi lesung pipi di pipi kanan, mendekati kata sempurna. Memiliki Kulit berwarna putih ke pink-pink-an. Tinggi badannya seperti model-model Victoria Secret. Semua orang tahu dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Night We Met
RomanceSudah terlalu banyak masalah yang Amber hadapi. Hingga tak dia sadari telah membantu seorang wanita yang malah menjadi masalah terbesarnya. Wanita yang mengikuti Amber dan berjanji akan menyembuhkan Amber dari kecanduan obat-obatan dan alkohol.