14

537 86 18
                                    

Rambut sehitam malam yang terurai indah, mengenakan oversize coat yang senada dengan warna rambut, celana jeans, dan sepatu boots kulit coklat. Jari yang lentik yang sedang merapihkan rambut, kuku yang berwarna nude tak kalah indah. Lesung pipi yang semakin membuat dirinya memesona, senyuman yang dapat membuat siapapun yang melihat akan berdiam sejenak, memandang Jules Isaias yang disebut sebagai karya Maha Agung.  

Jules dan sahabat-sahabatnya yang sedang asyik makan siang bersama. Hingga seseorang dari mereka tersenyum sengit seperti menemukan mangsa yang empuk untuk dijadikan santapan. "Hei pecundang." Jules menatap Klause yang berdiri di depan seseorang yang Jules kenal. Berdiri dengan pundak yang tak tegap, hoodie hitam yang selalu dia kenakan, rambut yang menurut Jules begitu berantakan, mata sayu dengan bola mata yang indah. Jika saja dia berdiri lebih tegap, maka dia akan sama tinggi dengan Klause. Seorang perempuan yang lebih terlihat seperti laki-laki. 

Klause semakin menggoda, membuat satu kantin menarik perhatian kepada mereka. Termasuk Krystal bersama teman-temanya yang kini sedang berbisik kearah Klause dan Amber. Namun Krystal hanya memperhatikan, garpu ia taruh seakan tak lagi memiliki selera makan. 

"Hei, jawab pecundang! gara-gara dirimu aku harus mengulang mata pelajaran fisika! Pecundang Amber Leverett! " Klause menumpahkan susu hangat ke atas kepala Amber. Klause tertawa, begitu juga para sahabatnya kecuali Jules yang tidak sanggup menatap adik tirinya. Klause menatap sebuah buku yang berada diatas nampan milik Amber, mengambilnya hingga kedua teman Jules memegang Amber untuk tetap diam. 

Klause membuka setiap lembaran yang penuh dengan tulisan latin milik Amber. Klause menyipitkan mata lalu naik ke atas tempat duduk. "Apa ini? ohh sebuah kalimat yang terdengar menjijikan. Aku tidak sedang menatap matamu, aku tidak sedang melihat senyumanmu, aku tidak sedang mendengar tawamu, sedang tidak menggodamu. Walaupun kita jauh, tidak bersama, saling benci. Bahwa aku takut untuk mendekatimu karena aku tidak ingin menggores semua lembar yang menceritakan tentang dirimu. Kita adalah bintang jatuh yang terpisah dan ditakdirkan bersama jika kita saling menemukan satu sama lain. Amber Leverett." 

Klause menatap Amber. "Menjijikan sekali! orang sepertimu adalah sampah yang tidak berguna. Tidak ada yang akan membaca tulisamu, tidak akan ada orang yang ingin bersama pecundang gila sepertimu! hahahaha." Klause menginjak buku Amber yang penuh dengan tulisan tanganya. Krystal terlihat meremas garpu di tangan kanan. Membuat Sven kebingunganan.

Amber menundukkan kepala melirik ke arah Jules yang sedang berdiri. "Klause!" ucap Jules tegas. "Sepertinya kamu bertindak terlalu jauh." Klause turun dari tempat duduk menatap Jules yang masih berdiri di tempat. "Kenapa? bukankah kamu juga menikmatinya?" Tatap Klause yang kemudian menatap Jules dan Amber secara bergantian. "Ah, jangan bilang kamu sedang membela pecundang ini, Jules." Senyum Klause tak suka. 

Klause mendekati Amber lalu menatap Jules. "Aku sering dengar, kalau kamu sering bertemu secara diam-diam dengan pecundang ini, apakah itu benar?" Klause menatap jijik Amber dari atas sampai bawah. "Jangan bilang kalau kamu menolak diriku karena manusia menjijikan ini." Tatap Klause. Suasana semakin tegang, melihat kericuhan yang dibuat oleh Klause, ditambah lagi kecurigaan Klause terhadap Jules dan Amber. 

Jules hendak berbicara, namun Amber mengangkat dagunya tinggi. Tesenyum lebar dan berkata, "Kau itu bodoh, bahkan tidak bisa apa-apa tanpa bantuan ayahmu yang menikahi janda kaya, Apa kau tidak tahu bahwa tidak ada yang menyukaimu saat kau menjadi kapten tim Football? Bukan hanya itu saja, bahkan kau tidak tahu cara makan dengan benar, apa kau tidak pernah lihat bagaimana Jules menatapmu makan, kau seperti babi rakus. Kau memiliki nafas yang bau, bahkan kau berhutang ganja pada temanku. Dan..." 

Amber tersenyum sinis sembari meremas kedua tangan menahan untuk tidak memukul pria di depanya. Amber menatap Jules yang cemas. "Dan kau ingin mendapatkan Jules Isaias? jujur saja, kau benar-benar tidak tahu diri." Klause menarik kerah Amber yang masih tersenyum lebar. Tak sengaja menatap Krystal dari kejauhan. Raut wajah khawatir dan kesal yang Krystal berikan. 

The Night We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang