Chapter 20 - A Long Night

850 56 13
                                    

Saat keluar dari dalam tenda, ternyata api unggunnya sudah menyala meski langit belum gelap sepenuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat keluar dari dalam tenda, ternyata api unggunnya sudah menyala meski langit belum gelap sepenuhnya. Tanganku masih terus digenggam oleh lelaki yang tidak berhenti tersenyum sangat lebar. Setelah kegiatan bermesraan usai, kami segera menjauh dan duduk di ujung kasur yang berseberangan. Jangan tanya bagaimana kabar jantung ini tadi. Detaknya masih belum teratur seperti seharusnya, bahkan hingga sekarang. Hah ...

Peristiwa tadi tampaknya sukses bikin kami berdua jadi salah tingkah. Membangun chemistry percintaan yang dimulai dari hubungan persahabatan itu ternyata sulit juga, ya. Berulang kali aku berusaha menghalau perasaan kikuk ketika situasi di antara kami mulai menjurus. Namun, usahaku belum juga membuahkan hasil.

Gabriel berdeham. "Eh, Man."

"Ya?" tanyaku sembari menengadahkan kepala secepat kilat.

"Kamu ... mau makan apa?"

"Terserah. Apa aja," jawabku lagi-lagi cepat tanpa berpikir dulu.

Ya ampun, groginya. Padahal Gabriel doang.

"Oh, okay. Kamu mau barbeque-an, atau pesan menu biasa?" tanyanya masih terus memegang erat tanganku.

Kepalaku menggeleng cepat.

"Menu biasa aja, Gab. Aku kedinginan. Kayaknya makan yang hangat-hangat, enak, deh."

Akhirnya aku mampu menyuarakan isi kepala. Namun, anehnya mata lelaki ini malah menyipit. Tatapan isengnya kembali muncul. Pasti, deh. Sebentar lagi ia mau bilang aku memikirkan yang aneh lagi.

"Kamu lagi kode-kodean, ya?" tuduhnya. Ia maju selangkah ke arahku. Semacam ingin mengintimidasi, tapi tentu mampu aku tepis.

"Kode apa? Kode pos, Pak?" Aku balik bertanya seraya mendelik.

"Kode minta dihangatin, Amanda. Kamu mau dibikin 'panas' lagi?" Kali ini dia bertanya sambil mencondongkan tubuh bagian atasnya kepadaku.

Sungguh. Saat ini di dalam otakku sudah berbaris kata-kata umpatan yang siap dikeluarkan. Akan tetapi, yang terjadi malah sebaliknya. Aku terdiam, lidahku kelu.

Ketika tangan kanannya tiba-tiba terangkat, titik pandangku pun ikut beralih. Mengikuti setiap pergerakannya, hingga ia selesai melakukan kebiasan yang selalu dilakukannya. Menyelipkan rambut ke belakang telingaku. Selama itu pula, kami terus bertukar tatapan.

"Here ... jangan jauh-jauh dariku, Man," cegahnya sesaat sebelum kakiku melangkah mundur.

"Gab," desahku pelan.

Ia tetap menarik tubuh kakuku masuk ke dalam dekapannya. Rasa hangat yang berasal dari panas tubuhnya, mampu meleburkan kecanggungan di antara kami. Mata ini terpejam. Ingin menikmati setiap menit yang kuhabiskan dalam pelukan lelaki jangkung ini.

Detak jantungnya terdengar jelas di telingaku. Membuat senyumanku perlahan terulas secara diam-diam. Meski ia terus mendominasi dan terlihat biasa saja ketika berulang kali menggodaku, tampaknya itu semua hanya usahanya untuk mengelabui yang ia rasakan sebenarnya.

WHEN MY BOY TURN INTO A STAR (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang