Chapter 13 - Fakta Mengejutkan

828 80 17
                                    

"Kamu ingat nggak, waktu kita ke rumah Mario setelah upacara pengumuman kelulusan SMA? Yang sama anak-anak Tridaya," lanjutnya tiba-tiba kembali menoleh ke arahku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu ingat nggak, waktu kita ke rumah Mario setelah upacara pengumuman kelulusan SMA? Yang sama anak-anak Tridaya," lanjutnya tiba-tiba kembali menoleh ke arahku. Jarak yang semula lebar, segera terkikis akibat tindakan spontannya itu.

Suasana di antara kami berubah jadi terlampau serius sampai tanpa sadar aku menelan ludah beberapa kali. Kepalanya tidak lagi menoleh padaku. Ia menatap lurus ke depan. Menembus kaca jendela super besar yang menjadi pusat perhatian setiap kali memasuki ruangan ini.

"Hm ... kalau itu sih, inget banget. Soalnya waktu itu aku harus susah payah ngajak kamu supaya mau ikut," balasku. Alisnya terangkat saat mendengar fakta yang ia lewatkan.

"Oh, ya? Maaf. Aku memang kurang suka sama Mario dari awal. Nggak tahu juga kenapa. Aku memang sempat cemburu melihat kedekatan kalian. Tapi, setelah mengetahui apa yang dia lakukan, aku makin nggak suka sama cowok kurus kerempeng itu. Malah bisa dibilang menjurus ke arah benci." Tiba-tiba telapak tangan besarnya mengepal. Reaksinya ini terbilang berlebihan.

"Sebenernya apa sih, yang udah dia lakuin sampai kamu begini?" tanyaku kebingungan. Gabriel diam sejenak. Ia kembali memejamkan mata sambil menundukkan kepala.

"Waktu selesai dari kamar mandi, dan mau balik ke tempat kalian lagi kumpul. Aku nggak sengaja melihat ke arah kamar yang pintunya sedikit terbuka. Celahnya memang nggak lebar, tapi sekilas aku bisa melihat fotomu. Karena itu, aku buka pintunya dan masuk ke dalam."

Imajinasiku mulai mengalir tanpa aba-aba. Membayangkan apa yang sekiranya Gabriel lihat sampai ia terlihat kesulitan menyusun kata-kata.

"Saat itu, aku ... benar-benar emosi. Rasanya pengen aku habisin si Mario saat itu juga," geramnya dengan nada bicara penuh dendam. Aku tahu, Gabriel serius dengan ucapannya barusan. "I think, he's obsessed with you, but not in the good way."

"Mario terobsesi sama aku? Kok bisa?" Aku menyela saking kagetnya.

"Aku belum selesai bicara, Man," tegur Gabriel tegas sembari mendengkus sekilas. Nyaliku langsung ciut setelah menerima tatapan tajam darinya. Setelah memastikan aku tidak akan membuka mulut lagi, lelaki beralis tebal itu kembali melanjutkan penjelasan.

"Di dalam kamar itu, ada satu dinding yang penuh sama foto-foto kamu." Mata Gabriel terbuka lebar. Ia menegakkan posisi duduk. Kedua telapak tangannya bertautan saling meremas untuk meredam emosi. "Waktu aku berjalan mendekat, ternyata ada juga beberapa tulisan tangan dengan kalimat-kalimat menjijikkan." Gabriel menjeda ucapan sambil menarik napas dalam. "Dan, semua foto kamu yang tertempel di sana diambil secara diam-diam. Bahkan, ada bungkus snack yang sepertinya diberikan kamu, entah kapan. That's super weird and disgusting. Aku sampai mengerahkan seluruh tenaga untuk berusaha keras supaya nggak memikirkan apa aja yang udah dia lakukan sambil menatap semua foto-fotomu. Dasar maniak berengsek!" Gabriel kembali menggeram. Sementara mulutku mengatup. Tidak mampu mengatakan apa pun. Perkataannya barusan terus teriang di kepala.

WHEN MY BOY TURN INTO A STAR (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang