Chapter 23 - Bertemu Tisha

422 34 10
                                    

Setelah absen selama hampir satu minggu, akhirnya aku ada di sini lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah absen selama hampir satu minggu, akhirnya aku ada di sini lagi. Di salah satu gerai Mcd yang ada di daerah Setiabudi, Bandung. Dengan ditemani satu cup iced coffee lengkap dengan tambahan jeli dan es krim, aku duduk manis sembari menikmati suasana. Ah, juga sambil memakan salah satu camilan kesukaanku, apple pie.

Jam di dinding menunjukkan pukul tiga sore. Jalan raya yang sedang menjadi pusat perhatian terbilang masih cukup lengang. Kendaraan roda empat dan roda dua masih bersaing dengan sehat. Belum saling menyalip, atau saling berebut posisi. Namun, berbeda dengan tingkat keramaian restoran cepat saji ini. Meja-mejanya hampir terisi seluruhnya. Hanya tersisa sedikit yang bisa ditempati oleh pengunjung yang baru datang.

Aku sengaja memilih meja yang dekat dengan area bermain. Supaya anak bungsu dari orang yang sedang kutunggu, bisa menghabiskan waktu dengan bermain perosotan atau jungkat-jungkit sembari para orang dewasa asyik mengobrol. Ya, aku sedang menunggu Momon. Katanya ia akan sampai sebentar lagi.

Kali ini Momon mengajak anak tirinya yang masih balita. Ide ini murni berasal darinya. Menurut Momon, mulai sekarang aku harus mulai mengakrabkan diri sama anak-anak kecil. Sekalian belajar mengasuh juga. Padahal, aku sudah jelas mengatakan kalau tidak berencana mempunyai anak dulu. Menunda satu hingga dua tahun bukan ide buruk, bukan? Masa muda hanya datang sekali seumur hidup. Rasanya terlalu sayang untuk dihabiskan dengan sibuk mengurus anak.

"Hei, Man!"

Sebuah tepukan di pundak, berhasil mengagetkan. Bungkus apple pie yang sedang aku pegang sembari melamun sampai terlepas. Untung saja isinya yang masih sisa setengah, tidak terjun bebas. Kalau iya, bisa dijamin pasti aku segera mengeluh pada si tersangka.

Momon duduk di hadapan beserta para pasukan berseragam warna merah muda yang jumlahnya ada dua orang. Satu orang membawa tas gendong yang pasti berisi perlengkapan tempur. Sedangkan satu orang lagi menggendong gadis mungil berparas cantik yang sedang memegang sebuah biskuit. Rambut pendeknya dikuncir dua. Membuatku semakin gemas dan ingin mencubit pipinya yang tembam. Aku bangkit dari tempat duduk, dan menghampirinya sembari membungkukkan badan.

"Hai, Cantik ...," sapaku pada si gadis mungil bermata sipit. Bibir kemerahannya itu perlahan menyunggingkan senyum. Aku menyentuh pipinya sekilas, sebelum mengusap rambutnya yang begitu halus.

"Tisha, ini kenalin, temennya Mami. Namanya Aunty Amanda. Say Hi, Sayang ...," ucap Momon yang ikut berdiri di sebelahku. Sepasang mata gadis mungil itu terpusat pada temanku yang telah menjadi ibu sambungnya beberapa bulan ini.

"Hi, Aunty ...," balasnya malu-malu.

"Hai juga, Tisha. Salaman dong, boleh?" tanyaku iseng. Kepala mungilnya itu mengangguk cepat, sebelum meraih uluran tangan kananku.

Setelah selesai berkenalan, aku kembali duduk di kursi. Mengikuti Momon yang juga sudah kembali ke posisi awal. Ia menyibakkan rambut panjangnya, lalu mengambil ikat rambut dari tas. Kali ini tas model Kelly warna hitam dengan variasi warna emas di beberapa sisinya. Sudah pasti keluaran merek terkenal juga. Yang tokonya ada di setiap Mal, dan harga setelah diskonnya saja masih jutaan rupiah. Aku memangku daguku. Mengamati setiap gerak-geriknya, hingga selesai dan siap berbicara.

WHEN MY BOY TURN INTO A STAR (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang