Chapter 32 - Akhir Minggu yang Kelabu [END]

303 15 0
                                    

Hai! Sebelum berpisah, aku mau mengucapkan terima kasih yang banyak karena sudah mau membaca When My Boy Turn Into a Star sampai akhir. Mohon maaf kalau endingnya nggak sejalan sama keinginan kalian. Percayalah, aku juga inginnya mereka kembali bersama. Mungkin ... di sekuelnya nanti, Amanda Gabriel bakal reunian. Hehehe...

Doakan saja yang terbaik, ya!

"Kamu yakin bisa pergi sendiri?" tanya Tante Irina untuk yang kedua kali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu yakin bisa pergi sendiri?" tanya Tante Irina untuk yang kedua kali.

Aku pun mengangguk lagi. "Yakin, Tante," jawabku pasti. Kepalanya menoleh ke arah di mana Kak Rina berada. Merasa terpanggil lewat tatapan mata, Kak Rina berjalan mendekat.

"Kenapa, Bu?" Wanita muda itu memandangku dan Tante Irina secara bergantian.

"Kamu bisa temani Amanda ke Belitung, nggak? Ibu nggak tenang dia pergi sendirian," pinta Tante Irina pada menantunya.

Aku buru-buru menggelengkan kepala sembari mengangkat kedua tangan. "Nggak usah, Tante. Amanda bisa sendirian. Beneran, kok."

"Kamu kira, Tante nggak tahu kejadian kamu pingsan di resort minggu lalu? Keinginanmu itu terlalu nekat, Nak. Mama dan Papa Amanda pasti nggak akan mengizinkan. Begitu juga dengan Tante. Untuk saat ini, kamu adalah tanggung jawab Tante, Amanda," tegasnya serius.

Om Prabu yang sudah masuk ke mobil, jadi keluar lagi. Mungkin keheranan melihat situasi di antara ketiga wanita yang tengah menampakkan wajah tegang.

"Ada apa, Bu?" Om Prabu mendaratkan tangannya di pundak Tante Irina.

Aku semakin tak enak. Namun, tidak mungkin pula aku kabur dari mereka, kan? Aku akui, keinginanku ini memang tidak masuk akal. Berlibur sendirian di Pulau Belitung ketika sedang dalam keadaan berduka. Akan tetapi, sekarang aku benar-benar butuh waktu untuk menyegarkan pikiran. Dan aku, ingin sendirian.

"Ini Amanda masa mau ke Belitung sendirian, Yah. Padahal lagi keadaan begini. Jadi Ibu nggak kasih izin. Tapi, Mandanya kekeuh," keluh Tante Irina seraya menyilangkan kedua tangan di depan dada.

"Om telepon Pak Hendrik dulu kalau begitu. Ibu masuk aja ke mobil, Rina juga," titah Om Prabu pada semua orang, kecuali aku.

Dengan tangan yang saling bertautan, aku menunggu sembari tidak bisa berdiam diri. Kakiku mengetuk-ketuk permukaan aspal di bawah terik matahari sembari mencuri dengar pembicaraan yang tengah berlangsung. Saat Om Prabu menyudahi sambungan telepon dengan Papa, aku kembali menegakkan tubuh.

"Gimana, Om?" tanyaku penasaran. Pria berkemeja abu gelap itu mengembuskan napas kasar.

"Papamu mengizinkan, tapi besok mamamu akan menyusul. Jadi, kamu harus jujur menginap di hotel apa, dan di kamar nomor berapa, oke?" jawab Om Prabu enggan.

"Terima kasih, Om!" sahutku berseri.

"Ya sudah. Kita ke bandara sekarang. Maaf, ya. Om dan Tante, nggak bisa menemani kamu. Besok pagi ada rapat direksi soalnya."

WHEN MY BOY TURN INTO A STAR (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang