Chapter 6 - Damn you, Alcohol!

1.6K 136 12
                                    

Alkohol sialan!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alkohol sialan!

"Gabriel!" Aku berteriak sampai napasku habis.

Dengan masih mencengkeram ujung selimut tebal yang menjadi satu-satunya penutup tubuh, aku menatap tajam mata Gabriel. Meski ia langsung bersimpuh dan memohon ampun, aku tidak peduli. Emosiku sudah sampai di ubun-ubun.

Aku menutup mata sekejap, sambil berusaha menarik napas dalam-dalam. Mau dilihat dari sudut mana pun, ini tetap salah. Hingga tanpa sadar amarah berubah menjadi rasa kecewa yang teramat besar. Bukan hanya kecewa pada lelaki yang telah merenggut milikku yang paling berharga. Aku juga kecewa pada diriku sendiri yang sudah bertindak bodoh.

Seharusnya kutolak tawaran Gabriel. Seharusnya aku memaksa pulang semalam. Seharusnya aku ... tidak. Sial!

Aku menjerit. Melampiaskan kemarahan yang bergemuruh di dada. Lelaki dengan wajah yang sama paniknya denganku, tampak berniat ingin mendekat. Tetapi, teriakan keduaku berhasil membuatnya jatuh terduduk. Bentuk sempurna otot perutnya tidak berhasil mengalihkan fokusku sekarang.

Kakiku bergerak mundur, hingga menubruk dinding. Mengapa rasanya begitu hina. Sekotor itukah, aku sekarang?

"Gabriel! How could you do this to me?" teriakku di sela tangisan tanpa suara.

Pertanyaanku tadi membuatnya bangkit dari duduk. Kepalaku menggeleng cepat, menolaknya yang sekali lagi ingin mendekat.

Aku baru ingat. Saat bangun tadi, Gabriel sudah memakai celana tidur. Sebentar. Apa itu artinya ia sempat melihatku tanpa busana dalam keadaan sadar? Sialan! Gabriel Sialan!

"Man ... maaf. Aku nggak sengaja melakukannya. Kemarin malam kamu terus membalas ciumanku sampai kita terbawa suasana, dan—" Gabriel menutup mulutnya. Mungkin kehabisan kata-kata atau tidak sanggup menjelaskan yang sebenarnya.

Aku meraih bantal yang berada di dekatku, dan melemparnya ke arah Gabriel sekuat tenaga. "Aku benci sama kamu, Gab! AKU BENCI SAMA KAMU!"

Kuusap kasar air mata yang membasahi pipi sejak tadi. Aku berpegangan pada bingkai sofa, saat kedua kaki mulai kehilangan tenaga.

"Amanda. Aku mohon ... jangan benci aku." Gabriel memohon dengan wajah memelas.

Aku memalingkan muka. Tidak sudi menatapnya. Sadar akan ambruk kapan saja, aku berusaha melangkahkan kaki ke dekat sofa agar bisa duduk. Namun, niatku terhalang oleh sirnanya tenaga. Kejadiannya begitu cepat. Tanpa bisa kularang, Gabriel lebih dulu menarikku ke dalam pelukan. Aku berusaha menepis juga sedikit mendorongnya agar menjauh.

"Aku bisa jalan sendiri!" ucapku ketus.

Begitu berhasil mencapai tujuan, aku segera tergolek lemah. Mataku menatap lurus ke plafon kamar, dan segera saja cuplikan peristiwa tadi malam tebersit di kepala. Sembari terisak, aku mulai bergerak gelisah. Rasa tidak nyaman menggelenyar tiba-tiba. Aku tidak berani membayangkan, sudah diapakan saja tubuhku semalam.

"Man ... We're both drunk last night. Aku sama sekali nggak berniat meniduri kamu. Maaf. Maaf banget. Aku pasti tanggung jawab. Kalau perlu, besok kita menikah. Apa pun akan aku lakukan, asal kamu maafin aku," ucapnya penuh keyakinan.

Aku menoleh. "Pembohong. Mana mungkin kamu nggak punya niatan secuil pun untuk meniduri aku, Gab? Untuk apa kamu siapin alkohol sebanyak itu, kalau memang nggak berniat bikin aku mabuk. Hah?" tuduhku dengan mata membelalak. Gabriel bergerak mundur. Sementara matanya mengerjap cepat.

Aku kembali membuang muka. Mengangkat kedua kaki hingga duduk meringkuk dan menenggelamkan kepala di sana. Saat ini yang kuinginkan hanya sendiri. Aku butuh waktu untuk berpikir.

Bagaimana kalau aku sampai hamil. Apa yang harus kukatakan sama Mama dan Papa. Penjelasan apa yang bisa aku kasih? Mabuk-mabukan, lalu kelepasan?

"Man, please ...." Suara lembut dari mulutnya tidak berhasil menenangkan. Malah membuatku semakin gusar dan ingin meledak.

Dengan napas tersengal, kutatap wajah lelaki bermata sembap. "Pergi! Pergi kamu! Pergi...!"

!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
WHEN MY BOY TURN INTO A STAR (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang