Bagian 6 : Bos Kita

4.5K 456 14
                                    

Suara decitan akibat rem mendadak sebuah mobil memecah keheningan basement

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara decitan akibat rem mendadak sebuah mobil memecah keheningan basement.

Luna segera keluar dari mobilnya dan berlari sekuat tenaga. Sisa lima menit lagi agar dia tidak terlambat. Kalau ini bukan kantor, dia pasti sudah melepas heelsnya agar bisa berlari lebih cepat lagi.

"ALLAHUAKBAR!"

Dika mengelus dada beruang kali saat melihat penampilan acak-acakan temannya. Perempuan berambut singa itu tiba-tiba sudah duduk di sampingnya.

"Kusut banget sih lo? Mandi apa kagak?"

Luna mengeluarkan pouch kosmetiknya dari tas. "Mandi lah, emangnya elo?"

Dika berdecak. "Gue seganteng dan serapi ini ya jelas mandi lah."

Luna memutar bola mata malas. "Periksa mata dulu sana, muka kayak dugong kok ganteng."

"Sembarangan banget kalo ngomong! Ya seenggaknya gue masih rapi trus berangkat pagi. Daripada lo, rambut singa." Cibir Dika kembali.

"Bisa diem nggak Dik?! Kalo alis gue gagal, mau tanggung jawab hah?" Kesal Luna.

"Kok gue? Perasaan lo duluan deh yang mulai." Jawab Dika nyolot karena merasa tidak terima disalahkan.

Erik yang duduk di seberang mereka berdua berdecak. "Pasangan ini tolong diem ya. Masih pagi, udah ribut mulu."

Dika menggebrak meja. "Anjirlah Rik. Capek gue capek!"

Sekali lagi Dika merasa sangat kesal saat takdir kembali mempertemukan dia dengan musuh bebuyutannya, Luna. Sudah bertahun-tahun cewek itu selalu berada di sekitarnya. Mulai dari SMA mereka satu kelas, kemudian satu jurusan di kampus dan sekarang malah jadi teman sekantor. Jangan lupakan fakta bahwa mereka duduk bersampingan. Ya Tuhan, tolong kasihani Dika.

"Lun, baru dateng ya lo?" Tanya Radit saat melihat cewek itu tengah berkutat dengan alisnya.

"Ya iyalah, masa enggak." Sahut Dika membuat sebuah pulpen melayang di keningnya. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Luna.

Radit menggelengkan kepala. "Cepet kelarin, abis ini Bos mau kesini."

"HAH SERIUS?" Teriak Luna orang di sampingnya menutup telinga.

"Biasa aja kali Lun, toa banget sih." Dika frustasi, takut kondisi telinganya lama-kelamaan semakin memburuk.

"Udah kali berantemnya. Besok kalian ikut gue ke Tangerang ya, liat proyek."

Penuturan Radit membuat Luna ingin membuka mulutnya kembali untuk berteriak, tetapi sudah dibekap terlebih dahulu oleh tangan Dika. Demi kebaikan telinganya.

"Mendadak banget?" Tanya Dika.

"Sengaja." Radit langsung berlalu meninggalkan ruangan. Padahal baru saja Dika dan Luna ingin mengeluarkan kekesalannya yang sudah di ujung lidah.

"LIPSTICK GUE ANJIR DIK!"

***

Sudah jadi kebiasaan Yara untuk mengunjungi para karyawannya di jam kerja. Tanpa maksud apapun, hanya menjalin tali silaturahmi katanya.

Itulah yang jadi alasan mengapa Yara dikabarkan dekat dengan para karyawan. Apalagi sifat Yara yang terkenal humble membuat banyak orang nyaman.

"Apa kabar guys? Kok diem banget." Ucap Yara saat masuk ke ruangan.

Luna yang berada di belakang mendumel. "Ya kan ada Bos, masa kita suruh fanchat?"

Dika melotot, ingin sekali rasanya untuk menyumpal mulut itu. Luna sangat mengganggu, padahal dia tengah menikmati kecantikan bosnya itu.

Yara melipat kedua tangan di depan dada. "Luna gue denger loh."

Mampus.

"Hehehehe, maafin ya Bos. Bos apa kabar?" Emang bener dia nggak ada malunya, pikir Dika. Padahal dia yang hanya duduk di samping Luna ikut merasa malu.

"Alhamdulillah baik, kalian juga pada baik-baik ya. Mampir bentar kok, jangan pada diem gini."

Ucapan itu membuat karyawan disana merasa tambah tidak enak. Bagaimanapun juga mereka akan tetap merasa canggung.

"Nggak bisa lama nih, gue ada titipan ya buat kalian."

Sean dan Jean datang dengan membawa dua buah kotak berwarna putih. Para karyawan dibuat bertanya-tanya dengan isi kotak itu.

"Seafood kali ye," ucap Dika.

Luna memukul lengan Dika keras. "Ya ngapain dititipin bego kalo bisa dimakan mah."

Dika tertawa meratapi kebodohannya. Ada benarnya juga omongan Luna.

"Dijaga baik-baik ya guys, satu orang kebagian satu. Udah diitung kok, pas."

Dika kembali melotot saat mengetahui isi dari kotak tersebut. Sementara Luna dan lain hanya bisa ternganga, satu ruangan bingung.

"Bos, ini maksudnya apa?" Tanya Erik mewakili satu ruangan.

"Ya nggak kenapa-kenapa sih. Buat peliharaan aja, jangan sampe mati. Kasih makan, beliin tempat yang bagus." Jelas Yara kembali. "Udah ya guys, inget pesen gue!"

Sepeninggal Yara, keadaan langsung riuh. Satu ruangan mengerubungi kotak itu. Masing-masing mengambil satu toples. Ternyata semua berjenis sama yaitu cupang.

Dika terdiam di kursinya, berusaha untuk mencerna keadaan yang tengah dia alami sekarang. Bos mana yang tiba-tiba datang trus ngasih cupang? Ya cuma Bos kita.

***

thank you buat yang udah baca! bantu vote dan ramein komen yuk!<33

[✔] Mommy Bos Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang