Bagian 8 : Tante Kirana

3.9K 394 5
                                    

Radit duduk dengan malas, dia tengah kesal karena tumpukan kertas di atas mejanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Radit duduk dengan malas, dia tengah kesal karena tumpukan kertas di atas mejanya. Sekarang ini, bisa dibilang kerjaan lagi hectic-hecticnya. Beberapa proyek akan dilaksanakan dalam waktu yang berdekatan. Alhasil beberapa hari ini dia harus lembur di kantor.

Begitu juga dengan Yara, di ruangannya dia juga sedang sibuk sekarang. Niatnya ingin segera pulang agar bisa bertemu Al kesayangannya, tapi lagi-lagi harus tertunda.

"Buset, serius banget neng!"

Yara hanya menatap malas orang itu. Datang tanpa mengetuk pintu dan langsung duduk di sofa ruangannya. "Ngapain kesini? Gue lagi sibuk tau," ucapnya.

Kirana berdecak, "Kurang ajar banget! Lo yang ngajak gue keluar hari ini."

Yara menepuk jidatnya saat teringat pesannya kepada Kirana beberapa hari yang lalu. "Iya iya, sorean aja ya. Lagi banyak kerjaan nih gue."

Kirana berdehem. Dia sudah terlalu sering seperti ini. Duduk berjam-jam di ruangan temannya hanya untuk menunggu. Karena dia tahu, Yara bukan tipe yang membebankan pekerjaannya untuk orang lain.

***

"Mau kemana sih? Kok lo ga ngomong apapun ke gue," tanya Kirana begitu masuk mobil.

"Ibu-ibu satu ini ga sabaran banget deh ah."

Kirana mendelik. "Gue udah nunggu daritadi ya asal lo tau."

Yara terbahak, menjahili Kirana sangat mengasyikkan baginya. "Ke panti yuk Kir!"

"Hah? Kemana? Ke panti?"

Yara mengangguk yakin. "Udah lo ikut aja gausah kebanyakan cincong."

Yara bersandar di kursi sambil menutup mata, melepas penatnya karena seharian hanya duduk dan tidak keluar ruangan.

Sedangkan Kirana diserbu rasa penasaran saat mendengar kata panti. Dia merasa yakin ada hal yang Yara sembunyikan selama ini.

***

Sebuah mobil hitam memasuki pekarangan panti. Bu Tin yang sedang menggendong Al di depan rumah segera menghampiri mereka.

"Yee, Mama Yara dateng!" Ucapnya sembari memegang tangan kecil Al yang sudah bergerak tidak sabar.

Yara juga segera keluar dari mobilnya, dia berlari kecil untuk menghampiri Al. "Sayang! Ya ampun Mama kangen banget huu!"

Tubuh Kirana membeku saat hendak turun dari mobil. Ia hanya bisa terdiam dengan wajah bingung. Tak ada gunanya juga meminta penjelasan dari Sean dan Jean, karena keduanya sudah memalingkan wajah seolah enggan menjelaskan.

"Ini siapa ya?" Tanya Bu Tin kepada Kirana.

"Saya teman Yara Bu, Kirana." Kirana mengulurkan tangannya.

"Oh begitu. Saya Bu Tin, pengurus panti ini. Yaudah kalau begitu, mari masuk ke dalam."

Sampainya mereka ke dalam, Yara masih sibuk dengan Al yang ada dalam gendongannya. Sedangkan Bu Tin pergi ke belakang untuk membuat minuman.

"Yara, gue butuh penjelasan lo sekarang."

Yara tersenyum. "Gue jelasin pelan-pelan ya Kir. Jangan marah dulu."

Kirana merasa sangat kecewa saat ini. Meskipun Yara selalu sibuk, mereka sering mengunjungi satu sama lain hanya untuk mengobrol atau makan bersama. Anehnya beberapa bulan belakangan ini tidak. Sahabatnya itu seolah menghilang, tapi tiba-tiba beberapa hari yang lalu Yara menghubunginya.

"Maaf ya, kemarin-kemarin gue nggak cerita apapun ke lo. Sekarang, dengerin penjelasan gue."

"Ini Al, beberapa bulan yang lalu dia belum bisa jalan waktu ketemu gue. Tapi sekarang dia udah bisa berdiri sendiri Kir, seneng banget gue."

"Dan sekarang gue mau adopsi Al."

Kirana menganga, merasa tidak percaya dengan ucapan sahabatnya barusan.

"Lo kaget ya, maaf banget. Gue nggak ada niat apapun buat nyembunyiin semua ini ke lo. Makanya hari ini gue ajak lo kesini, biar lo tau."

Kirana memijat pangkal hidungnya, tiba-tiba kepalanya terasa pening. Semua terlalu mendadak baginya. "Yara, jangan asal buat keputusan ya! Lo beneran udah yakin?"

"Kir, kalo gue nggak yakin, gue gabakal kasih tau lo. Keputusan ini udah gue pikirin jauh-jauh hari. Dan seiring berjalannya waktu, Al sendiri yang buat gue yakin."

Di kepalanya sekarang, Kirana merasa sangat khawatir dengan apa yang akan terjadi esok hari. Bukan hanya tentang Yara, tetapi juga Al. "Yar, please. Ngurus anak nggak segampang itu! Gue udah ngerasain sendiri, jangan ngawur deh lo."

Yara menarik napas. "Iya Kir, gue tau kok. Dan gue yakin, gue pasti bisa. Gue pengen banget Kir nemenin Al sampe dia gede nanti. Biar dia nggak kesepian kayak gue. Itu nggak enak banget Kir."

"Yara, lo nggak main-main 'kan sama keputusan ini?"

Yara mengangguk dengan yakin.

"Okey, tapi awas aja sampe Al kenapa-kenapa!"

Yara tersenyum, "Iyaaaa. Janji deh!"

Akhirnya Yara merasa sangat lega sekarang. Berbulan-bulan menyimpan rahasia adalah hal yang sangat sulit. Untung saja Kirana paham dengannya.

"Al kok gemes banget sih?! Kenalin anak gemes, ini tante Kirana!"

Al yang berada di pangkuan Yara tersenyum senang sambil tepuk tangan. Seolah-olah dia menyukai Kirana.

"Ini tehnya, silahkan diminum!"

***

thank you buat yang udah baca! bantu vote dan ramein komen yuk!<33

[✔] Mommy Bos Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang