Sejak tiga hari yang lalu Yara harus pergi ke luar kota untuk urusan bisnis, artinya selama itu pula dia tidak bisa bertemu dengan Al.
Kerinduannya memuncak sampai-sampai Yara kehilangan fokusnya saat meeting. Padahal bertahun-tahun lamanya Radit bekerja dengan Yara, dia selalu berusaha untuk tetap profesional. Tapi entah kenapa di hari itu Yara terlihat kacau.
"Yar, gue nggak tau lo kenapa. Tapi kayaknya lo nggak tenang banget," ucap Radit memecah keheningan.
Klien mereka sudah pergi beberapa saat yang lalu, tapi Yara tak kunjung bergerak dari tempatnya.
Yara menghembuskan nafasnya kasar. Ia bingung harus bagaimana. "Sorry."
"Yaudah, balik ke hotel sana. Istirahat, subuh flight kan?"
Setelah melewati hari-hari yang sulit karena tidak dapat bertemu Al, siang ini Yara akhirnya sampai di panti.
"KAK YARA!" Seru anak-anak panti menyambut kedatangannya.
Ternyata mereka sedang bermain bersama di halaman depan rumah.
Yara melambaikan tangan semangat. "Kakak kangen banget sama kalian!"
"Kita juga tau Kak! Tapi karna Kakak kerja, kita jadi ngerti deh." Ucap Amanda.
Yara tersenyum lembut, merasa tersentuh dengan ucapan anak berumur sepuluh tahun itu. "Makasih ya kalian udah ngerti. Yuk masuk, kita makan siang!"
"Ini apa lagi Yar?" Tanya Bu Tin saat Sean dan Jean datang dengan beberapa plastik besar di tangannya.
Bukannya Bu Tin tidak suka, tapi Yara sangat sering membawakan mereka sesuatu dengan jumlah yang banyak. Takut mubadzir kalau sampai terbuang.
Yara tersenyum cengengesan, "Aku mau masak Bu!"
Anak-anak panti berteriak kegirangan, melupakan Sean yang kini tengah berdiri mematung diantara mereka.
***
"Kak, masakannya enak banget! Nanti lain kali kakak masak lagi ya," Ucap Ardan.
Yara mengangguk. "Boleh, nanti lagi ya kapan-kapan."
"Yey! Makasih Kak Yara, aku tidur siang dulu ya Om, Kak kalo gitu."
"Bobo yang nyenyak ya ganteng!"
Sean tersenyum ramah sedangkan Jean hanya mengangguk canggung.
"Jutek banget sih, jawab kek!"
Setelah acara makan-makan dan beberes mereka selesai, kini Yara tengah berada di kamar untuk menemani Al tidur.
Saat tadi Yara sedang memasak, Al benar-benar tidak ingin lepas darinya. Jadilah Yara harus menggendongnya sampai kegiatannya selesai. Yara juga menyuapi Al. Dia terlihat sangat senang karena berhari-hari tidak bertemu dengan Yara, seolah-olah dia juga merasakan rindu yang sama.
Setelah itu mungkin karena kenyang dan kelelahan, Al akhirnya tidur siang dengan nyenyak.
Penantian Yara selama tiga hari ternyata tidak sia-sia, kini dia bisa melihat dunianya. Wajah tenang saat tidur membuat dia merasa bahagia beribu-ribu kali lipat, jauh dari yang pernah dia rasakan sebelumnya. Dia tidak pernah merasa selega ini.
Pintu kamar terbuka pelan. "Udah tidur?"
Yara mengangguk. "Udah Bu. Capek banget kayanya dia."
"Dia capek nangisin kamu Yar, dari kemarin nyariin terus." Ucap Bu Tin.
Yara jadi sedih mendengar itu. Dia semakin tidak tega untuk meninggalkan Al lagi nanti. Tapi entah kenapa ada sedikit rasa senang di hati, saat tahu kalau Al hanya mencarinya.
Yara teringat sesuatu, tentang hal yang harus dia tanyakan pada Bu Tin.
"Bu, perkembangan kasusnya gimana?" Tanya Yara pelan, takut mengusik tidur si kecil di depannya.
"Belum ketemu Yar, agak susah kata polisi. Nggak ada yang lihat waktu itu, karena kebetulan tempat sepi dan nggak ada warga yang lewat."
"Berarti," Yara menjeda ucapannya. "Ada kemungkinan dia nggak ditinggal orang tuanya?"
Bu Tin mengangguk. "Mungkin aja Yar."
"Bu..." Ada sedikit nada keraguan terdengar. "Kalau aku adopsi Al gimana?"
Bu Tin tersenyum, nampak tidak kaget. Dia sudah sangat paham dengan maksud yang Yara lakukan selama ini. Berkunjung hampir tiap hari ke panti, menemani Al sampai tidur, menyuapi juga memandikan. Sepertinya itu sudah cukup menjadi bukti.
"Ibu percaya kok sama kamu Yar, tapi Ibu harus tetep ngomong ini sama kamu. Punya anak bukan hal yang mudah, akan ada banyak hal yang harus kamu korbankan nantinya. Ibu senang sekali melihat kedekatan kamu sama anak-anak sekarang, sama-sama kasih dampak positif satu sama lain. Tapi punya anak apalagi adopsi bukan hal yang main-main Yar, kamu harus pikirin lagi baik-baik. Ibu nggak mau kalau nanti terjadi sesuatu,"
Yara mengangguk pelan. "Iya Bu, Yara udah ngerti kok. Yara mutusin adopsi Al bukan karena suka aja, tapi karena aku ngerasa di hati ada yang berbeda Bu. Ketika aku ketemu dia, liat senyumnya, peluk dia, itu tuh beda banget. Yara nggak bisa kalau seharian nggak mikirin Al, khawatir takut dia kenapa-kenapa."
"Beberapa hari ini Yara kepikiran Bu. Bisa nggak ya aku nanti jadi ibunya Al? Jadi tempatnya pulang, jadi orang yang dia selalu cari, jadi orang yang dia ceritain tentang banyak hal? Bisa nggak ya aku Bu? "
Bu Tin mengusap pelan bahu Yara yang sedang menahan tangisannya agar tidak menganggu tidurnya Al. "Bisa, Ibu percaya kamu."
***
thank you buat yang udah baca! bantu vote dan ramein komen yuk!<33
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Mommy Bos
Fanfic[Joy X Dohwan] "Lo nggak ada niatan buat jelasin ini anak siapa?" "Ya anak gue lah." Kisah Yara Maheswara sebagai CEO sekaligus single parent. Banyak kejadian tak terduga datang, namun berakhir bahagia. - © huangcas, 2021 © cover : pinterest [ http...