Bagian 14 : Dinner

3.1K 365 25
                                    

[*terjemahan ada di akhir cerita!]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[*terjemahan ada di akhir cerita!]

MH-Corp jadi bahan perbincangan di kalangan pebisnis belakangan ini.

Proyek kerja sama dengan salah satu perusahaan ternama luar negri sukses besar. Profit kedua perusahaan memuncak dratis.

***

Sekarang si pemilik perusahaan masih terlelap di kasurnya.

Padahal jarum panjang jam di dinding sudah menunjukan pukul delapan pagi.

Semalam Yara terjaga karna badan Al tiba-tiba hangat. Ia panik dan segera membangunkan Bi Lastri untuk minta bantuan.

Walaupun panasnya sudah turun, Yara tetap tidak bisa tidur. Dan terhitung baru dua jam ia tidur hari ini.

Tangan Al yang berada pada genggamannya bergerak, Yara segera bangun dari tidurnya.

Ia bernafas lega saat tahu kondisi Al mendingan. Suhunya sudah tidak sepanas kemarin malam.

"Udah enakan belum sayang?" Tanyanya sambil menggendong Al.

Al hanya diam dan memeluk ibunya, ia terlihat lemas.

Yara keluar dari kamar dan turun. Berniat membuat susu untuk anaknya. Walaupun sebenarnya kini kedua matanya masih terasa sangat berat.

"Loh Mbak, kok disini? Bibi mana?"

Nina atau yang biasa dipanggil "Mbak" adalah asisten rumah tangga harian yang biasa bekerja di kediamannya untuk menggantikan Bi Lastri.

"Bi Lastri bilang mau ke rumah saudaranya. Baru aja tadi berangkat sama Gama."

Yara menepuk jidat, ia baru ingat tentang itu. Padahal sudah jauh-jauh hari Bi Lastri ijin padanya.

"Malem aja ya Mbak kalo gitu pulangnya. Takut nanti nggak ada yang bantuin kalo Al sakit lagi."

Nina mengangguk. "Oke Bu, saya siap sedia!"

Telepon rumah berbunyi. Nina yang mengangkatnya.

"Siapa Mbak?"

"Ini Mas Radit, mau ngomong katanya."

Yara segera menghampiri saat tahu itu Radit, sudah pasti masalah kerjaan.

"Halo Dit?"

"Yar, sumpah susah banget ngehubungin lo sekarang."

Yara tertawa. "Sorry Dit. Bener-bener nggak sempet gue pegang handphone. Ada apa emang?"

"Intinya tadi JCorp ngabarin gue mau undang lo buat dinner, celebrate katanya."

"Dinner ya? Gue nggak bisa nih kayanya. Semalem Al badannya panas, ini aja dia masih lemes."

"Duh gawat dong, katanya cuma bisa hari ini. Schedule nya padet banget."

"Yaudah, dinner di rumah gue aja. Kirim alamatnya, nanti sisanya biar gue yang atur."

"Serius?! Oke deh, gue kabarin lagi nanti."

"Oke."

Yara menutup telfon.

Ia terpaksa melakukan ini. Karena anaknya belum terlihat baik-baik saja. Al masih lemas berada di gendongannya.

***

"Anak Mama ganteng banget!"

Al tertawa senang saat kedua tangan ibunya bergerak untuk menggendongnya.

Sudah pukul tujuh malam, Yara bersiap-siap untuk dinner dengan pemilik perusahaan yang bekerja sama dengannya.

Kalau biasanya Yara hanya pernah makan malam di restoran. Ini pertama kalinya ia mengundang orang lain ke rumahnya.

"Mbak, udah siap semua kan?"

Nina mengangguk pada majikannya. "Udah Bu, aman!"

Yara tersenyum puas melihat meja makannya. "Oke Mbak, makasih ya!"

Tak lama setelah kepergian Nina, bel rumah berbunyi.

Yara segera menggendong Al untuk membukakan pintu.

"Selamat malam, Mr. Jayden."

Seorang lelaki berjas hitam rapi tersenyum. "Selamat malam juga."

"I'm so sorry that you had to come here tonight." ⸢¹⸣

Jayden menggeleng keras. "No problem. Saya senang bisa di undang kesini." ⸢²⸣

Yara tersenyum kemudian mengajak Jayden masuk ke rumahnya.

Al sibuk memandangi lelaki asing yang berjalan di samping ibunya. Tubuh kecilnya berusaha bersembunyi. Jayden tersenyum hangat.

"Silahkan duduk, Mr. Jayden."

Yara duduk di seberang Jayden, dengan Al yang sudah berada di baby chairnya.

"Thank you for coming here. Anak saya tiba-tiba sakit tadi malam. I can't go without him." Jelas Yara. ⸢³⸣

Jayden beralih pandang pada Al yang masih saja memerhatikannya sejak tadi. "That's okay, dia sudah sembuh sekarang?"

Yara mengangguk. "Syukurlah sejak tadi siang kondisinya makin membaik. Tapi saya belum berani membawanya keluar."

"Tidak apa-apa, dia harus beristirahat di rumah agar cepat sembuh." Ujar Jayden lembut.

Yara tidak menyangka sosok yang duduk di seberangnya ini adalah orang yang sangat lembut dan baik hati. Rumor yang beredar memang jahat. Jayden terlihat seperti orang yang baik.

"Ah, ya. Kabar Om Hari gimana? Saya dulu pernah bertemu." Tanya Yara setelah larut dalam pikirannya.

"He's good. Dia sekarang mengurus cabang di Aussie bersama ibu saya. Jadi saya yang akhirnya menggantikan." ⸢⁴⸣

"Emm, berarti Anda cukup lama ya disana?"

Jayden mengangguk. "Ya, saya dari kecil disana. Senang rasanya bisa ke tempat baru."

Yara tertawa menanggapinya. "Biasanya orang akan berat untuk meninggalkan kampung halamannya, tapi Anda sendiri malah senang."

Jayden juga tertawa. "Saya orangnya beda."

Keduanya larut dalam percakapan sambil menikmati hidangan. Walaupun tidak hanya mengenai pekerjaan, Jayden terlihat senang.

Yara sendiri merasa lega karena suasana jadi tidak canggung. Al ikut andil dalam semua ini. Ia betah berada di pangkuan Jayden sampai tertidur.

***
translations :

⸢¹⸣ Saya minta maaf sekali karena kamu harus datang kesini.
⸢²⸣ Tidak masalah.
⸢³⸣ Terima kasih sudah datang kesini. Saya tidak bisa pergi tanpa dia.
⸢⁴⸣ Dia baik.

***

thank you buat yang udah baca! bantu vote dan ramein komen yuk!<33

[✔] Mommy Bos Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang