Bagian 15 : Mr. Mysterious

3.3K 365 6
                                    

Hana mengikuti langkah kaki bosnya dengan cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hana mengikuti langkah kaki bosnya dengan cepat. Sembari merapikan berkas-berkas yang ada di tangannya.

Ia kini baru saja selesai menemani bosnya meeting dengan perusahaan lain di sebuah restoran.

"Han, kamu pernah ke toko itu nggak?" Tanya sang bos pada sekertarisnya.

Hana berhenti melangkah. "Pernah Pak, ada apa ya?"

Bosnya tidak menjawab tapi malah berjalan masuk menuju toko kue.

Hana dilanda kebingungan, ia sangat ingin bertanya tapi takut kalau mengganggu bosnya.

"Pilihin yang enak, lebih dari satu juga nggak masalah."

Mendengar ucapan itu, Hana lantas melongo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mendengar ucapan itu, Hana lantas melongo. Deretan kue yang terpajang di sana, tertulis harga yang cukup mahal. Ah, iya. Dia lupa kalau bosnya kaya raya.

***

Kediaman Yara ramai karena keluarga Kirana berkunjung ke rumah.

Bi Lastri dan Gama juga sudah kembali kemarin sore.

"Kak Gama, ayo main bola di luar!"

Gama menoleh sambil meringis. "Iya, bentar ya."

"Nak, kasian Kak Gama capek tau. Udah kamu disini aja ya sama Papa!"

Dalam hatinya Gama banyak mengucap terima kasih kepada Ken. Setidaknya kini tubuhnya bisa beristirahat sebentar.

"Potongin aja wortelnya,"

Yara mendengus kesal saat beberapa wortel diletakkan di depannya, lengkap dengan talenan dan pisaunya.

"Kirana ih, padahal gue mau ikut masak juga!"

"Nggak usah, biar gue sama Bi Lastri aja."

"Nyebelin banget."

"Udah napa sih, ngomel mulu."

Masih dengan perasaan kesalnya, Yara kini terpaksa memotong wortel-wortel itu.

Gama datang dengan beberapa paperbag di tangannya.

"Kak, ada kiriman nih."

Yara mengerutkan dahi, ia tidak memesan apapun sejak kemarin.

"Dari siapa Gam?"

Gama menggeleng. "Nggak tau, drivernya nggak bilang apa-apa."

"Loh, kok aneh? Ini pasti lo kan Kir!"

Kirana yang kepo akhrinya meninggalkan kompornya dan mendekat. "Buat apa gue pesen kue sebanyak ini, kan kita udah janjian buat masak bareng."

"Iya juga ya. Trus siapa dong?"

Gama menutup mulut dengan ekspresi tidak percaya. "Ada surat,"

"Serius?! Mana?? Buruan baca!"

"Serius?! Mana?? Buruan baca!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"CIEEEEEEEEEEEEE!!!"

"Apaan sih?"

Mendengar itu dua orang di depannya malah tertawa. Ekspresi Yara sangat tidak cocok dengan rona merah yang tiba-tiba muncul di pipinya.

"Siapa tuh? Kok nggak bilang gue sih kalo ada yang baru." Ujar Kirana.

"Gue aja masih nggak tau ini siapa Kir. Jangan ngaco deh!"

"Iya iya, santai aja kali."

Entah kenapa Yara merasa kesal. Sudah dibuat merona di siang bolong, tapi tidak tahu siapa pelakunya. 

"Ada apa heboh banget?"

Sean datang menghampiri karena mendengar kegaduhan yang berasal dari dapur.

Kirana tertawa menggoda. "Itu tuh, ada yang kirim kue. Pake surat lagi!"

Kedua alis Sean menyatu. "Siapa Yar?"

"Nggak tau."

"Sini suratnya, mau gue baca."

Yara menggeleng dengan keras. "Ngapain? Kepo aja! Lagian nggak ada namanya kok disini."

Sean mendengus. "Beneran nggak ada namanya?"

Yara mengangguk sembari memandangi kertas kecil itu lagi.

"Jangan dimakan! Takutnya kan ada yang iseng,"

Gama dan Yara kecewa. Padahal mereka sudah membayangkan akan pesta kue seminggu penuh. Tapi rencananya gagal saat Sean mengambil alih kuenya.

***

"Kuenya udah sampe Pak,"

Sang bos mengangguk. "Oke. Thank you Han."

***

thank you buat yang udah baca! bantu vote dan ramein komen yuk!<33

[✔] Mommy Bos Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang