Bagian 11 : Berita Besar

3.6K 383 14
                                    

Yara membuka mata, dilihatnya jam di dinding menunjukan pukul setengah tujuh pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yara membuka mata, dilihatnya jam di dinding menunjukan pukul setengah tujuh pagi. Sedangkan si kecil yang berbaring di sampingnya masih terlelap dalam tidurnya.

Yara tersenyum. Ternyata ini yang seorang ibu rasakan saat bangun membuka mata dan melihat anaknya. Sungguh, Yara tidak pernah merasa sebahagia ini.

"Morning pangeran kecil," ucapnya pelan sambil mengusap pipi gembul Al.

Al yang merasa tidurnya terusik akhirnya membuka mata.

"Yah, Mama bangunin kamu ya? Maafin Mama."

Al yang dalam posisi tengkurap langsung merangkak dan menggapai tangan Yara. Sang ibu segera bangun untuk menggendong anaknya.

"Mama laper nih, kamu laper nggak? Keluar kamar yuk."

Yara menggendong Al turun ke dapur. Disana sudah ada Bi Lastri yang sedang memasak, juga Sean dan Jean di mini bar.

"Pagi Al sayang!" Sapa Bi Lastri. "Pada baru bangun ya pasti."

"Pagi juga Bi Lastri," Jawab Yara dengan suara anak kecilnya.

Sean dan Jean menatap keduanya dengan aneh. Pemandangan ini masih terasa sangat asing bagi mereka.

"Liatin apa sih?" Tanya Yara pada keduanya.

Mereka menggeleng bersamaan.

"Yar, nanti beneran ngantor?" Tanya Jean.

Yara mengangguk sambil membenarkan gendongannya. "Iya, kerjaan kantor numpuk. Nanti temenin Al ya."

"Al beneran mau ikut?" Tanya Sean.

Yara mengangguk lagi. Tangannya yang satu lagi sibuk membuat susu.

"Yakin? Orang-orang nanti gimana? Nggak dititipin ke Bi Lastri aja?"

Yara melempar tatapan malasnya pada Jean. "Gue nggak mau titipin Al ke orang lain Je. Masalah orang-orang ya biarin aja, bukan urusan kita."

Jean hanya mengangguk saja.

Tiba-tiba Al yang ada di gendongan Yara meronta. "Apa sayang?"

Kedua tangannya terulur pada lelaki berbadan besar di depannya, seperti isyarat untuk minta digendong.

Jean dengan terpaksa menggendong Al.

Bi Lastri menjatuhkan tutup pancinya.

Yara dan Sean menutup mulut bersamaan.

"Wah! Ini momen terlangka."

***

Radit turun dari sepeda motor dengan tergesa-gesa.

"Makasih ya Pak. Ongkosnya udah saya bayar kan? Saya lagi buru-buru nih." Tanyanya sambil menyerahkan helm pada sang driver.

"Iya mas, siap."

Pagi ini sialnya dia bangun kesiangan karena semalam begadang main PS. Kalau sampai bosnya tahu, bisa sangat gawat.

Radit berjalan dengan cepat tapi sampai di lobi, Luna datang dan menghentikannya.

"DIT DIT, HOT HEWS! LO PASTI NGGAK PERCAYA DEH APA YANG GUE LIAT TADI!"

Radit tidak menggubris. "Bodoamat Lun, gue di ujung tanduk nih. Nggak ada waktu ya buat dengerin gosip kayak begitu."

Luna mendengus kesal saat Radit meninggalkannya begitu saja naik lift.

Sampai di mejanya, Radit meringis saat tahu ternyata Yara sudah sampai dahulu daripada dia.

"Mati gue."

Radit segera merapikan diri agar terlihat tidak baru datang. Pura-pura memberikan berkas adalah senjata andalannya saat telat.

"Bos, ini ada berkas ya—"

Radit berjengit kaget saat mendapati seorang bayi merangkak dan menarik celananya.

"Ini siapa?"

Yara merebut berkas di tangan Radit tanpa menjawab.

"Lo nggak ada niatan jelasin ini anak siapa?"

Yara berdecak. "Ya anak gue lah."

"WHAT? ANAK? Lo nikah sehari langsung brojol gitu Yar?"

Al hanya tersenyum lucu saat Radit menatapnya dengan tatapan tidak percaya.

"Sembarangan lo kalo ngomong. Udah sana keluar! Dateng telat lagi, emang gue nggak tau apa?"

Radit meringis. "Iya Bos, kemarin saya lembur jadi bangunnya siangan deh."

Yara berkacak pinggang. "Nggak usah pake acara boong segala. Sana keluar, sebelum gue potong gaji lo!"

Radit langsung ngibrit keluar, takut perkataan bosnya jadi kenyataan.

"Rasain, dimarahin Bos kan?" Ejek Luna.

Radit melotot tidak senang. "Ngapain lo pada kesini? Mau ngetawain gue doang?"

Dika menggeleng, kedua tangannya di depan dada. "Dih, kok pede banget. Orang kita dari ruangan Pak Rohim kok."

***

Sekarang jam makan siang. Para karyawan menuju kafetaria kantor untuk makan.

Mereka terkejut saat tahu ada banyak wartawan di depan gedung.

"Buset rame banget." Dika berhenti seketika.

"Guys, ini pasti gara-gara Bos dateng sama anak kecil itu." Ucap Luna dengan yakin. "Lo tau nggak Dit?"

Radit menggeleng. "Nggak lah, kan gue datengnya telat. Tapi tadi di ruangan Bos emang ada anak kecil sih."

Dika mendengus. Dia duduk di salah satu kursi bersama yang lain. "Udahlah, jangan ngomongin yang itu lagi. Bosen gue dengernya, satu kantor ngomongin itu doang dari tadi."

Radit dan Luna tertawa.

"Tapi kali terakhir kayak gini udah lama banget ya." Ucap Radit.

Luna mengangguk. "Bener. Gue inget banget waktu itu ada rumor Bos pacaran sama anak presiden. Persis banget kayak gini nggak sih?"

 Persis banget kayak gini nggak sih?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

thank you buat yang udah baca! bantu vote dan ramein komen yuk!<33

[✔] Mommy Bos Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang