35

15 5 0
                                    

arni menatap ares dengan mata berkaca kaca.ia terus mencoba untuk memegang tangan ares namun ares terus saja menepis tangannya.

"kak,nggak gitu.aku cuma-"

"terserah!lo mau nyuruh bokap gue buat bunuh gue lagi.gue nggak peduli!"

"kak jangan gitu.inikan nggak sesuai perjanjian kita"

"gue udah ingetin lo.jangan ganggu cia!"

"tapi kak dia selalu ngerusak waktuku sama kakak"

"lu tetap aja masih monster"

ares menekan kata monster tepat dihadapan arni membuat arni tak bisa menerimanya dan terjatuh lemas begitu saja dilantai kantin,ia menangis.

ares menarik tanganku dan membawaku keluar area kantin yang masih ramai.menerobos lingkaran manusia bagaikan stadiun.

langkah panjang kaki ares membuatku kesusahan untuk mengikutinya jika ia terus berjalan cepat seperti ini.bahkan aku tak tau kemana ares membawaku

dengan sepenuh tenaga aku menahan langkahku dan membuat ares berhenti berjalan.

kami berdiri dibawah pohon beringin lapangan belakang.seperti biasa tak ada seorangpun disini hanya ada kami berdua.

"apa maksud lo?!"

"lo harus dewasa cia!lo mau dikeluarin dari sekolah lagi"

"terserah gue!itu bukan urusan lo"

"itu urusan gue selama lo ada dihadapan gue"

aku menatap ares sinis bagaimana bisa dia berubah sepicik ini.baru kemaren dia membela arni habis habisan sekarang berbalik membelaku seperti pangeran

"kenapa?lo nggak mau punya pacar tangannya patah?"

"gue nggak peduli bahkan kalau dia mati"

"terus kenapa lo hentiin gue"

"gue nggak mau lo kena masalah lagi"

"kemaren aja lo marah karena dia kecipratan air.takut lo dia jadi duyung?"

"cia denger gue!"

"nggak mau"

"denger gue!"

"enggak.omongan lo bullshit semua"

ares menatapku begitu juga aku yang menatapnya tak kalah tajam.

"maaf"hanya kata itu yang bisa keluar dari mulut ares.

aku menunggunya untuk berbicara lagi namun hanya ada keheningan

"buat?"

"semuanya"

"emang salah lo apa?"

"banyak"

"terus"

"maaf"

"gue nggak butuh maaf lo sekarang"

raut wajah ares semakin kusut bahkan terlihat rasa kesal disana.aku terus menatapnya membuat ares semakin merasa bersalah

"gue bodoh"

"emang"

ares langsung menatapku dengan sinis yang hanya kubalas dengan tatapan tak bersalah

"gue nggak bisa cerita"

aku menghela nafas dan bergerak hendak berbalik namun ares langsung menahan kedua pundakku.

tiba tiba saja ia memelukku dari belakang.ares menenggelamkan wajahnya dipundakku.

Ares ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang