ares menatapku bingung.aku diam memandang sinis mata karamelnya.
"kenapa gue ditampar?"
aku tetap memilih diam
"lo marah sama gue?"
aku menghela nafas"iya.gue marah sama lo.gue kesel sama lo."
"marah kenapa?"
"lo ngeselin
"terus lo mau gue gimana?"
aku kembali diam
"yaudah gue pergi lagi nih"ucap ares dan berbalik
"pergi aja sana"ucapku ketus
"yaudah lepasin tangannya"ucap ares melirik kearah tanganku yang memegang ujung seragam ares.
"pergi ya pergi aja"
"lepasin dulu tangannya"
"nggak mau"
"kenapa?"
"sakit lah bego.tangan gue dilepasin"
"hahaha yaudah sini"ares menarik ku kepelukannya dan tersenyum hangat.
aku mendorong tubuh ares menjauh."ini sekolah"
ares tersenyum nakal"terus kalau nggak disekolah lo mau?"
seketika aku memukul bahunya
"entar ada anak osis yang liat"
"bodo amat"
"lo itu ya!"ucapku kesal.namun ares malah tertawa dan menarikkku keluar ruangan menuju parkiran
"lo mau bawa gue kemana?"tanyaku melihat ares membawaku kejalan yang bukan menuju rumahku
"gue laper"
"gue enggak"
ares menatapku kesal"kok lo ngeselin?"
"dari dulu"
"lo gak kangen sama gue?"
"nggak"
"padahal gue udah berjuang buat ketemu sama lo"ucap ares memasang wajah sedihnya
seketika pikiran itu melintas diotakku"lo diculik tante girang?"
ares berpikir sebentar"kalau gk salah daddy sugar deh"
seketika aku memukuli bahu ares
"gue serius.lo gak tau--"
"enggak"
"denger dulu makanya"
"apa"
"gue harus nurutin kemauan om itu baru boleh keluar dan demi lo gue rela menjatuhkan harga diri gue"
"res,jangan jangan lo..."aku menatap ngeri kearah ares dan entah pikiran apa yang melintas tadi dibenakku.
"lo mikirin apa?"ucap ares mencubit pipiku membuatku memukuli bahunya kembali
***
ares berhenti disebuah restoran yang cukup terkenal.aku memandangnya tajam karena teringat sesuatu
"res,lo..."
dan benar saja,tiba tiba ares membuka seragamnya dan mengambil kaos dari bangku belakang
"ya lo gila"ucapku menutup mataku dengan tanganku
"apaan sih"ares malah acuh
KAMU SEDANG MEMBACA
Ares ✔
Romance[COMPLETED] "Ada lagi yang mau bertanya," ucapku. Aku sudah lelah bediri di depan kelas ini. "Satu lagi." Suara itu. Berat dan tenang. Tunggu bukankah itu suara si malaikat yang tadi bersamaku. "Ya?" "Menikahlah denganku." Itu bukan pertanyaan. Itu...
