6

637 52 1
                                    

Pertemuan mereka berlangsung cukup serius, dimulai dari pembahasan soal kekasih dari Park jimin dan berakhir dengan pertanyaan yang membuat jimin terdiam

"jadi taehyung pura pura bodoh didepanmu huh?"

Ia tak mengerti apa yang dimaksud pemuda dihadapannya ini

"tak mungkin dia tak mengenalimu berhubung sudah 2 tahun hubungan kalian, walaupun terhalang topeng"

Bukannya tadi jimin sudah bilang bahwa wajahnya tertutup setengah, mana mungkin taehyung tahu

"seberapa sering kalian berciuman heoh, sampai dia tidak mengenali bibir seksimu itu?"

Jimin tersenyum kecut mendengar perkataannya,ia meminum sedikit americano yang ia pesan sebelum pria didepannya kembali menyulut emosi

"kurasa sampai sini saja pertemuan kita tuan"

Yang didepan hanya tersenyum ramah menanggapi

"hei, namaku kim hyeojong kalau boleh, maaf atas pertemuan yang tidak memuaskan, tapi mungkin ini akan membantu"

Jimin mengalihkan Atensinya pada pemuda yang masih setia duduk di kursinya

"dua bilah pedang yang kau tancapkan sudah membuka luka lama dan akan membuat sobekan baru yang tak akan pernah tertutup"

Namun jimin menetap pada posisinya

"maaf tuan hyeojong tapi aku tidak peka, jangan memberi kode yang membuat otakku pusing"

Jimin melanjutkan langkahnya keluar dan setidaknya ia mendapatkan informasi bahwa taehyung adalah seorang yang pintar dalam mempermainkan suasana

"menarik"
Hyeojong tersenyum kecil
.

.

.

Jimin duduk di kursi kerja kekasihnya yang berada tepat di samping kamar tempatnya biasa tidur

"tae, kau kemana?"

Ia terus terusan menghela nafas kasar sembari mengotak atik laci meja

"kau tau aku merindukanmu"

"kau tak selingkuhkan?"

"kenapa kau pergi?,hiks"

Jimin mulai sesenggukan menghadapi memorinya berputar mundur

"hiks, kenapa menghilang di rumah sakit?"

"hiks tae, hiks"

Jimin merutuki dirinya sendiri yang tak terjaga kala taehyung sakit, jika ia tak tertidur maka ia akan tahu betul kemana kesayangannya itu pergi

"bogoshippo"

Sepersekian detik setelah jimin mengatakannya benda pipih silver miliknya berdering keras dan itu membuat moodnya bertambah buruk

"yobseo"

"hi sweety, merindukanku?"
Jimin mengerling jijik saat suara itu memasuki gendangnya

"jangan basa basi jeon!"

"hahaha, aku sudah didepan rumahmu sayang, kau tidak ingin melihatku?"

Jimin membelalak saat mendengarnya, ia tak mendengar suara kendaraan apapun sedari tadi, mana mungkin pemuda itu datang jalan kaki, pikirnya

Ia buru buru keluar dan membuka pintu utama, dan benar saja, ia melihat pemuda itu sedang tertegak tampan dihadapannya

"kau...."

"hai baby, aku merindukanmu"

"Beraninya kau bangsat!"

GAME OVER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang