10

492 38 0
                                    

Menunduk adalah yang jimin lakukan sedari tadi, pria didepannya tidak berhenti memakinya dari setengah jam yang lalu dan ia lelah, yang sanggup dilakukannya hanyalah menangis dan menangis

"Diamlah dasar bodoh! Kau tidak lelah menangis hah!" bentaknya kasar

Jimin hanya bisa memejamkan mata untuk itu, beruntunglah jungkook tidak sampai main fisik, dan sepertinya ia sedang ada masalah karena pemuda ini tidak pernah bersikap kasar padanya sekalipun tidak, terkecuali untuk mengumpat

Brak

Mata jimin membelalak lebar, nafasnya tercekat sekarang, apakah jungkook baru saja meninju pintu kayu tepat disebelah kepalanya? Sepertinya iya karena sudut matanya dapat melihat bahwa bagian itu hancur dan retak

Nafas jungkook memburu beriringan dengan pukulannya, ia tak ingin jimin menjadi target pemukulan dan berakhir babak belur, ia masih waras..

Mungkin seteguk tequila akan membuat otaknya sedikit tenang

"Keparat sialan!"

Jimin hanya bisa terpaku menatap jungkook yang berbalik menjauh, gerakan naik turun punggungnya sudah menjelaskan bahwa ia butuh sendiri dan tak ingin diganggu

Helaan nafasnya menandakan bahwa jimin lega tidak sampai dipukul oleh lelaki yang menjabat sebagai ketua mafia, badannya merosot jatuh dengan kepala yang tersembunyi dibalik kedua lututnya, jimin hanya bisa pasrah, ia akan berdoa pada tuhan nanti,berharap semua ini cepat selesai

Saat taehyung menariknya kembali maka jungkook tidak segan untuk merebutnya lagi,ia tak habis fikir,ia kira dengan taehyung yang membawanya kabur maka ia akan bebas,namun kenyataannya tidak,akhirnya ia juga berakhir disini lagi,dengan sakit hati yang makin menjadi,mental dan fisiknya tengah diuji.

"kaulah yang keparat jeon jungkook"
.

.

.

Waktu menunjukan pukul setengah sebelas malam dan jimin masih terjaga, ia tidak sedang memikirkan jungkook atau taehyung sekarang namun.....

Perutnya sudah keroncongan dari tadi siang dan belum ada satu pelayan pun yang masuk mengantar makanan, dirinya tidak bisa keluar mengambil makanan karena pintunya sendiri dikunci saat jungkook menyuruh salah satu dari mereka untuk menjaganya tetap didalam kamar

"ugh, lapar sekali"

Jimin tidak kuat!, dirinya mencoba tidur namun selalu gagal dengan bunyi yang keluar dari lambungnya, tidak biasanya jungkook lupa memberinya makan, pikirannya makin mendukung bahwa depresi yang dialami namja jeon itu cukup berat tapi mau bagaimana lagi, jimin benar benar lapar, ia akan nekat sekarang masalah jungkook marah atau tidak bisa diurus nanti yang penting kebutuhan perutnya terisi dulu

Tok, tok

"halo apakah ada orang?"

Hening, tidak ada sahutan dari luar iapun mengetuk pintu berkali kali dan hanya mendapati tanggapan kosong, tidak ada yang membalasnya

Jimin hanya menghabiskan waktunya untuk mengetuk pintu dan memanggil seseorang untuk meminta bantuan, semuanya nihil, jimin sendiri hanya bisa mendudukkan pantatnya lelah saat mulut dan tulang jarinya sudah dianggap tak berguna untuk mendapat jawaban

Namun aksinya untuk kembali tidur itu terhalang akan sebuah bunyi, pintu itu membuka kuncinya dengan disusul oleh kenop yang berputar, jimin refleks terduduk sopan diatas kasur untuk melihat siapa yang datang, ia berharap bahwa tuxedo hitam ala pelayanlah yang menyambut dengan nampan penuh akan makanan, tapi yang dilihatnya lain, pemandangan mata yang membuat jantungnya berdegup dua kali lebih kencang

Penampilan laki laki didepannya membuat otaknya berfikir bahwa ia akan mati sekarang juga, darah yang menghiasi hampir keseluruhan baju pria itu membuatnya bergidik ngeri, apalagi rambut coklatnya yang dipenuhi peluh menjuntai menutupi Kelopak dan itu benar benar terlihat seperti pembunuh bayaran

"e-eh" jimin tergagap

Dengan cekatan pemuda tadi mendekat dan langsung menggendong jimin bak karung beras, membungkam mulut yang ingin bertanya seolah tau apa yang akan terlontar dari bibir tebal itu

"jangan banyak tanya, aku harus menghabiskan waktu dua jam untuk melumpuhkan semuanya, berterima kasihlah dengan mood buruk yang sedang jungkookmu alami karena ia benar benar tidak dirumah, dan jimin......" pemuda itu berhenti sejenak untuk menyelesaikan kalimatnya

" aku bukan kekasihmu jika kau tidak lupa"

Sebelum melangkah lebih jauh, pemuda itu menimpali jimin dengan perkataan yang membuat empunya agak ketakutan

"satu lagi...... Tolong tutup matamu jika tidak ingin mati konyol"
.

.

.

Jungkook menyandar santai pada sofa maroon miliknya di ruang tengah, lehernya berbalik seratus delapan puluh derajat hingga bisa melihat apa yang ada didepannya saat ini

Netranya hanya menatap santai pada dua puluh tujuh penjaga yang mandi darah dari ujung pintu hingga tangga atas yang menghubungkan dengan kamar jimin yang terletak di lantai atas

Wajahnya pun kembali berbalik kearah semula, menyesap kembali nikotin yang sempat ia tinggalkan di sela jarinya kemudian menghembuskan asapnya jika terasa sudah memenuhi mulut, aktifitas itu ia ulangi berkali kali sampai akhirnya ia memilih mengambil jaket yang ia lempar asal saat baru memasuki area rumah, berdiri dan memilih meninggalkan ruangan yang baru ia singgahi beberapa menit lalu

"dasar bodoh, pion sudah digerakkan sebelum waktunya ternyata, huh!, jika kau yang memulai maka aku yang akan menyelesaikannya"

Jungkook melenggangkan kakinya keluar rumah sesekali menendang tubuh yang sudah tak bernyawa jika dirasa mengganggu jalan, tenaga kuda yang tertanam di mobil favoritnya akan terpakai sekarang

Koenigsegg gemera, ia tidak berguna jika hanya dipajang di garasi utama, perjalanannya kali ini akan memakan waktu lama jika mengandalkan yang ia gunakan sekarang

Mesin mobil sudah dihidupkan, ia benar benar menghargai yang memberinya ini untuk hadiah ulang tahun, tanpa basa basi ia langsung menginjakkan pedal gas, membelah jalanan kota seoul saat malam adalah kesukaanya

To be continue , warm greetings
Alita

GAME OVER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang