17

339 32 0
                                    

Asap mengebul tinggi dari cerutu yang dihisap jungkook dengan santainya,ia memulainya sejak jimin bangun dan memilih berdiri di balkon kamarnya,jika dihitung sudah satu jam jimin disana dan jungkook berfikir untuk menyelesaikan merokoknya,ia harus menjaga kesehatan

"Hei,kau tidak bosan seperti itu terus?"

Yang ditanya tidak bergeming seolah tidak ada niatan untuk menjawab ataupun kembali ke dalam kamar,jungkook hanya bisa memerhatikan apa yang dilakukan jimin setelah aksi taehyung di atas altar,itu membuat lelaki manis itu terus menangis dan terbengong

Jimin sendiri sedang merenung atas apa yang menimpanya sekarang,jika saja ia terus mengamati taehyung selama berdandan di gereja mungkin sekarang mereka sudah menikah dan taehyung sendiri tidak akan kabur,tidak tau apa yang menjadi konsekuensinya nanti,mungkin akan buruk.

"Jangan difikirkan terus,membuatmu cepat tua"

Jungkook menyusul ke arah balkon,bertumpu pada pagar pembatas tepat disebelah jimin.
Lelaki itu menatap manik yang menurutnya sarat akan kekecewaan,luka yang sangat tidak bisa dideskripsikan,sedari tadi Jimin hanya menatap bagaimana senja menghilang dari balik awan sore dan jungkook tidak ingin mengganggu gugat atas apa yang sedang difikirkan Jimin sekarang,ia butuh waktu

"Seperti senja" ujar jimin tiba tiba,akhirnya ia bicara setelah tiga hari insiden itu terjadi.

Jungkook memilih diam,mendengar apa yang selanjutnya lelaki manis itu ucapkan

"Taehyung seperti senja,indah memang,namun pergi tanpa pamit,rasanya sakit" terlihat jika jimin bergetar akan ucapannya,pelupuknya penuh dan meronta ingin keluar

Tanpa aba aba jimin mendekap tubuh yang lebih besar,membuatnya sesak nafas.jungkook sedikit lega,jimin sudah mau bicara dan ini pertanda yang baik.ia hanya bisa mengelus punggung jimin sayang karena ia sendiri belum pernah memiliki kekasih,tidak tahu kata yang tepat untuk orang yang tengah patah hati.

Ia akan menjaga kata sekarang,jimin sudah tidak terlalu larut dalam kesedihannya dan ia takut jika pria itu akan sakit hati terhadap ucapannya

"Hiks,s-sakit jungkook" jimin terus terisak dalam pelukan jungkook,tidak ada suara lain selain tangisannya,membuat jungkook merasa bahwa Jimin terlalu rapuh untuk dibuat sakit,hati yang terlalu lembut untuk diberi pukulan.

Sedikit banyak jungkook memberi tepukan dan elusan penenang, jimin sudah sedikit berhenti dari menangisnya

"J-jungkook"

"Ya?"

Jimin mengadah,melihat wajah tegas sang pemilik,jika dari bawah pemuda yang satu ini terlihat tampan,jungkook sendiri tengah menatap bagaimana wajah Jimin sekarang,sangat merah akibat tangisan dengan mata yang sangat sembab bagaimana bisa lelaki ini masih terlihat manis.

"I-ingin bicara"

Jimin kembali menyembunyikan kepalanya di dada jungkook sedangkan pria itu sibuk mendengarkan apa yang akan menjadi ocehan jimin,sangat lama lelaki manis itu berucap hingga ia kembali mengadah,melihat jungkook yang memerhatikannya

"A-ayo lakukan"

Jungkook menatap jimin lamat lamat,lama ia memperhatikan pria yang lebih pendek darinya,tangannya terangkat untuk mengusap jejak air mata yang tertinggal di pipi sang empu

"Kau yakin?dulu kau selalu menolaknya,bahkan mengganggap bahwa itu hanya bualan semata"jungkook berucap dengan tatapan lembut yang mana membuat jimin kembali menyembunyikan wajah

"Kumohon,ini sudah terlalu sakit"jimin mengeratkan pelukannya seolah memohon kepada yang lebih tua,ia berharap jungkook tidak akan menolak mengingat perbuatannya tempo lalu yang selalu berucap kasar ketika lelaki itu memberi info soal kekasihnya.

GAME OVER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang