Rakyat Jelata 2

11 2 0
                                    

Harleen masuk kedalam rumah yang sesak itu setelah mendorong beberapa orang di pintu masuk.
"Ayaaah!" Jeritnya

Ayahnya membesarkan matanya mengisyaratkan agar ia tak berisik. Seorang pria tua beruban duduk didepan ayahnya, ia menggunakan penutup kepala yang memiliki warna  sama dengan rambutnya.
"Si 'bule' udah datang, sini 'bule' kita duduk" ajak pria tua
"Namaku Harleen bukan bule" jawab Harleen polos.

Semua orang tertawa mendengar ucapan Harleen, sedang ia kebingungan. 'apa yang harus ditertawakan?' gumam Harleen.

Ia segera duduk disamping ayahnya dan menatap sinis kearah pria tua.
"Kau tau, nak? Anak ini akan tumbuh menjadi salah satu orang yang berpengaruh di dunia. Jangan biarkan ia tumbuh dengan 'si ular', dia akan menjadi licik sepertinya" ucap pria tua pada Ayah Harleen.
"Dengar pria tua, ayahku tak percaya pada rama-..." Mulut Harleen ditutup oleh ayahnya yang sedang menanggapi si pria tua.

"Harleen bisakah kau menemani calon 'mama'-mu di ruang sana"
Harleen sebenarnya tau ia diusir dari ruangan ini, tapi sepertinya pergi dari ruangan membosankan ini lebih baik untuknya.

Harleen berjalan kearah ruangan dengan pintu yang diukir cantik. 'ruangan ini terlalu cantik untuk seorang rakyat jelata' gumamnya.

Kriett...
Ia membuka pintu yang menderit, 'berisik sekali' gumamnya. Seorang perempuan muda sekitar 17 tahun duduk dikelilingi oleh banyak perempuan yang lebih tua.

Ia kembali berpikir 'apakah ini tempat yang benar? Terlihat seperti tempat pelacuran murahan?' 

"Kamu Harleen, ya?" Sapa perempuan muda itu. Harleen hanya mengangguk sambil menatap sinis.

Perempuan muda itu mengajaknya duduk bersama mereka. Ya, mereka yang terus memuji Harleen sedari tadi.

Mereka menata rambut Harleen sedemikian rupanya, hingga rambut coklat terang yang kusut itu tertata rapih.
"Model Jaketmu sangat aneh, sebaiknya kau menggantinya" komentar wanita muda itu terhadap jaket biru denim Harleen yang terdapat lambang merk mahal 'g' di setiap sisinya.
"Kau akan menikah bulan depan, kan? Ayahku banyak bercerita tentang mu" Harleen tersenyum memamerkan lesung pipinya.

"Kau sangat manis, Harleen. Kau sangatlah terkenal, maafkan aku karena lupa memperkenalkan diri" ia membalas tersenyum.
"Namaku sulastriani, panggil saja sulas. Pakailah ini Harleen, terlihat cocok untukmu daripada jaket itu "

Ia menyodorkan baju berlengan panjang dengan warna merah terang dan bermotif ramai. Terlalu 'norak' bagi pandangan Harleen.

"Terimakasih nona culas, tapi Jaketmu tak sebanding dengan itu. Harga jaket ku dapat membiayai pernikahanmu"

Harleen segera berlari keluar dari pintu menabrak banyak perempuan yang menganga mendengar jawabannya. Jantungnya berdegup kencang, ini pertama kalinya ia berucap tak sopan seperti itu.

Ia harus menemukan udara segar, sangat sesak. Namun juga sangat bahagia. Ia tersenyum sambil melihat bintang dilangit.
'ibu banggakah kau padaku?" Gumamnya

THE PHOENIX: A.R.A.HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang