karma

7 2 0
                                    

"Harleen kau ingin ikut bersekolah di asrama ini atau bagaimana?" Tanya ayahnya yang bosan melihat anaknya tak memiliki kegiatan.

Setiap harinya Harleen hanya makan, tidur, buang air, dan menangis karena menelpon ibunya atau tertawa terbahak-bahak karena suara Archie yang menjengkelkan di telpon genggam nya.

"Aku ingin sekolah di rumah... Ya bagaimana? Archie itu bodoh sekali!" ucap Harleen yang tak fokus karena menelpon Archie.

" Tapi jika kau bersekolah disekolah umum, kau akan dapat banyak pengalaman" rakyat jelata menyahut secara tiba-tiba.

" Dengar, nona culas! Aku tak mengajakmu bicara, peduli setan tentang pengalaman! Aku bersekolah hanya untuk formalitas" Harleen kembali menempelkan telponnya ditelinga.

"Aku suka gayamu Harleen, kau keren" Harleen menyalakan mode speaker dari handphone nya, suara Archie menggema di seluruh penjuru ruangan.

Harleen tersenyum bangga sementara semua orang menganga karena perkataannya, ia pergi meninggalkan ruangan.

Perkataan Harleen dikabulkan, seorang wanita paruh baya gemuk dengan makeup yang terlihat seperti badut datang kerumahnya. Ayahnya bilang ini adalah guru terbaik disana.

"Dia cukup keras kepala, kau harus sedikit bersabar. Tapi jangan membentaknya, ia akan membalas dengan letupan yang sama" ayah Harleen memperingatkan

"Tenang saja aku sudah terbiasa dengan anak anjing.... Maksudku anak keras kepala" ucapan sang guru membuat ayahnya sedikit terkejut.

"Hai namaku Mrs. Evelyn, aku akan mengajarimu mulai hari ini" ucap wanita gemuk itu.

"Ayah aku tau kau sangat mengkhawatirkan aku, tapi kau tak perlu menyewa badut untuk menghiburku" Harleen tertawa renyah, ayahnya pun terlihat menahan diri agar tak tertawa.

"Kau sangat tak sopan nona muda! Kau harus belajar sopan santun!" Bentaknya.

" Tenanglah, Evelyn. Ini hari pertama, jangan bersikap kasar padaku apalagi membuat kebanjiran rumahku. Apa materinya?" ucap Harleen sedikit meledek karena setiap ia berbicara, air liurnya menyembur.

"Materinya adalah perkalian" Evelyn kembali berbicara, sang ratu meledek memakai helm di kepalanya.

"Aku sudah lancar perkalian, tak bisakah kita belajar yang lain saja. Ayo belajar ekuasi diferensial" Harleen berusaha menggaruk kepalnya dan ia lupa jika ia memakai helm.

"Itu loncatan yang sangat jauh, 16 kali 9?" Tanya Evelyn secara tiba-tiba
"Sama dengan 12 kali 12" jawab Harleen.
"Kau tak memberi jawaban, kau malah bertanya balik" Evelyn mulai naik darah atas jawaban Harleen.

"Tidak, aku memberi jawaban. Dengar jawabannya sama dengan 12 dikali 12, coba saja hitung" Harleen menjawab santai.

"Baiklah, 96 dikali 69" tanya Evelyn kembali.
"Sama dengan 12 dikali 552"
"Kau ini membuatku berpikir keras, nak"
" Itu karena kau ditindih oleh badan yang besar, jadi otakmu terhimpit lemak"

Byurr..
Baju mahal Harleen basah karena disiram oleh Evelyn yang mengguyurnya dengan air yang dihidangkan untuknya.

"Astaga, aku tak masalah dengan semua kebanjiran ini. Tapi air itu telah terkontaminasi ludahmu" Harleen menunjukan wajah meledeknya untuk jutaan kali.

"Aku dipermalukan disini, lihat saja karma akan datang padamu" Evelyn menunjuk Harleen yang tak sama sekali tak takut.

"Selamat tinggal, Evelyn" Harleen tersenyum sambil melambaikan tangannya.

THE PHOENIX: A.R.A.HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang