AS BAD AS A F*

5 3 0
                                    

Sudah 2 Minggu Kai tak masuk sekolah. Padahal beberapa hari lagi lomba akan berlangsung, Harleen masih tetap menunggunya untuk latihan.

Harleen menjadi tak fokus pada guru yang menerangkan pelajaran, ia selalu menatap kearah jendela.

"Hei, Harleen pacarmu pindah sekolah" ucap salah seorang teman perempuannya.

"Siapa? Aku tidak punya pacar" Harleen mengedikan bahunya.

"Arsya Rhakai, Kai. Dia tiba-tiba pindah sekolah, padahal dia yang akan mewakili sekolah ke olimpiade matematika tingkat nasional" jawabnya.

"Dia itu aneh, ya? Mungkin dia pindah sekolah karena kematian kakaknya" sahut murid perempuan yang lain.

"kalian tau? Kakaknya yang sudah meninggal itu tampan sekali" sahut yang lain.

"Kai juga tak jelek"
"Jangan bicara seperti itu! Pacarnya Kai ikut mendengar"
"Katanya, kakaknya Kai juga menyukai Harleen"

Semua murid di kelas itu saling sahut menyahut membicarakan tentang Kai dan kakaknya. Harleen cukup pusing berada disana karena suara mereka cukup untuk membuat telinga pecah.

'kakaknya Kai juga menyukai Harleen'
Kata kata itu selalu terbayang dibenak Harleen.

Ia tak ingin membicarakan apapun lagi sekarang, sudah tidak ada yang asyik didengar baginya. Pikirannya tak lagi fokus, kata kata itu tak berhenti berputar di kepalanya.

"Kalian, diamlah! Jangan membicarakan Kai terus! Harleen merasa tak nyaman kalau kalian terus bersikap seperti Mak comblang kepadanya!" Teriak sori.

Sebenarnya didalam hati sori, ia sedikit cemburu karena Harleen lumayan dekat dengan Kai.

Ia merasa tak nyaman jika teman-temannya terus menjodoh- jodohkannya Kai dengan Harleen.

Sepulang sekolah tanpa berganti pakaian, Harleen mengambil sepedanya di garasi. Ia akan kerumah Kai tanpa izin ke siapapun, sendirian.

Tak akan ada yang sadar jika ia keluar sendirian. Tak akan ada yang peduli terhadap Harleen.

Ia mengayuh sepeda sampai kedepan rumah kayu kecil disebuah gang sempit. Harleen ingat betul bahwa rumah itu adalah rumahnya Kai.

Perlahan, Harleen mengetuk pintu rumah yang tertutup.
"Kenapa kau ada disini?"

Harleen menoleh kearah belakang, pemilik suara itu Kai. Ia langsung memeluk kai dengan erat, walau sedikit canggung.

"Tolong jangan pernah pergi kesini lagi! Jangan pernah coba menemui ku lagi" Ucap Kai.

Harleen sedikit tertegun dengan ucapan Kai. Ia masih tak percaya Kai mengucapkan kalimat seperti itu.
"Apa maksudnya, Kai?" Tanya Harleen yang masih tersenyum.

"Jangan pernah panggil Kai lagi kepadaku! Anggaplah jika kita tak pernah bertemu! Pergilah Harleen!" Teriaknya.

'Harleen!'
Padahal Kai selalu memanggilnya dengan sebutan Ann. Harleen benar benar tak mengerti apa yang terjadi padanya.

"Kenapa kai? Jika aku memiliki kesalahan padamu kita bisa bicarakan ini baik baik" Harleen masih tersenyum.

"Pergilah Harleen! Kau kira selama ini aku selalu menemani karena aku menyukaimu? Kenyataannya tidak! Aku hanya kasihan padamu, karena kau tak punya teman!" Bentak Kai.

"Pergilah! Aku tak Sudi melihat anak dari tukang sogok!" Lanjut Kai.

Kepala Harleen sangat pusing dengan semua bentakan Kai. Akal sehatnya sudah tak berfungsi dengan baik, wajahnya merah padam dan matanya berkaca-kaca.

"Kalau begitu, aku pamit. Selamat tinggal, kau. Aku tau kau tak mau bertemu denganku lagi selamanya. Jadi... Selamat tinggal" ucap Harleen yang masih tersenyum manis walaupun matanya tak kuasa lagi menahan air mata.

Air matanya mengalir walaupun tak terlihat karena hujan yang mulai turun. Harleen mengayuh nya dibawah hujan, membuat seragam sekolahnya basah.

Sementara itu, Kai terus menatap kearah langit yang suram. Ia tau kata kata yang ia ucapkan sangat tidak sopan.

Tapi semuanya harus ia lakukan demi Harleen.

Hai readers yang terhormat, maaf ya aku gak nulis 2 hari ini.
Selamat hari raya idul Fitri bagi semua readers yang merayakan.
Luv from me
(Author)

THE PHOENIX: A.R.A.HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang