Bel pulang sekolah berbunyi, semua siswa bersiap untuk pulang. Hari Jum'at memang hari yang menyenangkan karena sekolah pulang lebih awal.
Harleen keluar dari kelas dan melihat mobil yang menjemputnya sudah ada didepan gerbang. Ia tersenyum bahagia karena supirnya tiba tepat waktu.
Ia melewati sepeda Kai yang terparkir dan berpikir untuk menunggunya keluar kelas.
"Apa kau dijemput?" Orang yang ditunggu datang, ia tersenyum seperti biasanya.
"Ya, aku dijemput. Aku hanya menunggumu datang kesini" jawab Harleen.
" Buang-buang waktu saja menungguku" ucap Kai.
"Baiklah kalau begitu, jangan lupa hari Minggu" Harleen berlari kearah mobilnya sambil tersenyum.Jam tangan Harleen menunjukkan pukul 12.50, perutnya sangat lapar. Ia baru ingat kalau ia belum makan sejak pagi.
Ia melihat kearah meja makan dan tak menemukan apapun disana, tak ada satu orangpun dirumah. Ia berpikir untuk membeli makan diluar saja.
Dengan rambut tergerai sebahu ia menggunakan pleated skirt berwarna putih dan swearshirt kuning. Harleen keluar rumah sendirian, ia sudah terbiasa melakukan ini.
Sinar matahari yang terik membuatnya sangat menyala karena baju kuningnya. Ia sibuk berpikir, apa yang haru dipakainya untuk hari Minggu.
Brakk....
Harleen terpental jatuh, ia menabrak seorang laki-laki berpakaian putih rapih."Anda yang waktu itu kan?" Laki laki itu tersenyum, membuat mata besarnya tertarik keatas.
"Syafiq... Maafkan aku ya, aku selalu merepotkamu" Harleen menarik rok pendeknya sedikit kebawah, Ia sedikit tak nyaman.
"Kemana Anda akan pergi?" Tanya Syafiq
"Membeli makan, aku lapar. Kau tak bersekolah di asrama lagi?" Tanya Harleen.Mereka berdua berjalan menyusuri jalan yang sepi. Syafiq mengikuti dibelakang tanpa diminta.
"Tidak, saya berhenti" ucapnya sebelum ada keheningan yang menghampiri. Mereka berdua tak berucap apa apa lagi setelah itu sampai Harleen diantar menuju rumahnya.
Sebuah mobil hitam berhenti didepan gerbang saat Harleen pulang, itu mobil ayahnya.
"Syafiq, kenapa kamu disini?" Ayahnya datang menghampiri mereka berdua.
"Saya berhenti sekolah disana, saya pindah ke sekolah negeri dekat rumah. Tadi kebetulan saya melihat dia berjalan sendirian jadi saya temani dan antar pulang" jelas Syafiq.
"Oh kalian saling kenal... saya senang kalau kalian dekat. Kamu mau mampir?" Ayahnya tersenyum, menggoda anak perempuannya yang tak sama sekali berekspresi.
"Tidak, terimakasih. Saya harus pulang" Syafiq berpamitan, ayah Harleen memberinya beberapa lembar uang.
Harleen langsung membuka makanannya sesampainya ia didalam rumah, ia sangat kelaparan.
Ayahnya duduk di didepan Harleen sambil terus tersenyum aneh, ia tak pernah melihat ayahnya seperti itu.
"Jangan menatapku seperti itu! Menjengkelkan!" Teriak harleen kesal.
"Bagaimana kau bisa kenal dengan Syafiq?" Tanya ayahnya
"Ya..... Laki-laki pendiam itu menolongku waktu acara lamaran ayah"
"Aku sangat setuju jika kau menikah dengannya, dia orang yang sangat baik dan sopan"Harleen mengerutkan dahinya, mengapa ayahnya membahas tentang pernikahan?
"Ayah jangan bahas hal hal seperti itu, aku bahkan belum berumur 15 tahun. Lagipula siapa yang mau menikah dengan laki-laki pendiam dan membosankan seperti dia. Dengar ayah, aku menyukai orang lain" jelas Harleen.
Sementara itu di dapur ada seorang laki-laki sipit yang ikut mendengarkan percakapan ayah dan anak itu. Ia cukup senang karena Harleen ternyata tak menyukai laki laki yang ayahnya sebutkan.
Dalam hatinya 'pasti orang yang disukai Harleen adalah aku'.
Ia bergumam dengan percaya diri. Sedangkan orang yang benar-benar Harleen sukai alias kai sedang belajar di teras depan rumahnya.
"Arsya... Kau pasti tak percaya ini!" Syafiq pulang dengan senyum yang lebar.
"Kak, kau ini berisik sekali! Memang ada apa sih?!" Bentak Arsya.
" Aku bertemu perempuan berwajah Eropa yang pernah aku tolong dulu"Syafiq pernah bercerita bahwa ia pernah menolong gadis berwajah asing dan tak pernah lagi bertemu dengannya.
Ada perasaan aneh timbul di benaknya, perasaan penasaran yang terus menghantuinya. Ia memohon terus memohon kepada Tuhan agar mempertemukan mereka lagi, kapanpun itu.
"Terakhir kali aku bertemu dengannya, ia masih kecil. Namun sekarang ia sudah setinggi kau, Arsya" jelas Syafiq.
"Apa kau sudah tau namanya?" Kai ikut penasaran.
Ia menepuk dahinya, menyadari kebodohannya. Selama mereka bertemu tadi, ia tak pernah bertanya apapun, bahkan nama perempuan itu. Arsya ikut mengomeli kakaknya itu, karena terlalu bodoh.
"Selera kita ternyata sama, ya? Menyukai orang campuran negara luar" Kai tersenyum.
"Memang Harleen bule juga?" Tanya kakaknya.
"Ya, dia punya rambut coklat sedikit pirang sebahu dan mata coklat" jelas Arsya.
"Ya perempuan itu juga sama"Selera mereka memang sama karena mereka membicarakan dan menyukai orang yang sama, Harleen Ann. Mereka belum mengetahui fakta itu dan terus membicarakan Harleen setiap hari.
Maaf ya panjang banget,
Baca terus kelanjutan cinta segiempat antara Harleen, Kai, Syafiq, dan Sori.
Jangan lupa vote dan comment.
Luv from me
(Author)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PHOENIX: A.R.A.H
Romancemasih memanggilmu walau hanya bayangan, tak bisa melupakan memang menyakitkan. Tapi bagaimana seorang perempuan yang terkenal akan keberaniannya bisa runtuh hanya karena melihat hujan? "Kesalahan terbesar manusia adalah terlalu banyak menging...