7 Tahun setelah itu..
"Selamat datang di restoran kami"
Kai memperlihatkan lesung pipinya."Ih, kau ini! Besok kau mau pergi ke luar negeri dan masih sempat-sempatnya bekerja" ucap salah seorang rekan kerjanya.
Kai hanya tersenyum canggung, sudah 2 tahun ia bekerja disini. Semenjak ibunya meninggal dunia 2 tahun lalu, ia tak memiliki siapapun lagi untuk membiayai pendidikannya ke jenjang lebih tinggi.
Ia terpaksa bekerja untuk menghidupi dirinya. Tak pernah terpikir olehnya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.
Namun Tuhan berkata lain, seorang pemilik perusahaan beasiswa memberinya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan diluar negeri tanpa harus membayar sedikitpun.
Ia disuruh untuk memilih negara mana yang ia inginkan.
Dan entah mengapa terlintas dipikirannya seorang perempuan berambut cokelat muda yang sedang tersenyum.
Iapun tak menyangka akan mengisi formulirnya dengan nama negara yang ada di benua Eropa itu. Ia tak sadar saat menulisnya ia memikirkan perempuan itu.
Ia sebenarnya malu jika suatu hari bertemu dengan perempuan yang pernah ia bentak dulu. Iapun mengantisipasi dengan mempersiapkan kata kata jika perempuan itu kembali hadir menyapanya.
Tapi sisi positifnya, negara itu punya sistem pendidikan yang sangat baik. Jadi, ia bisa belajar dengan baik pula.
'seperti apa Harleen sekarang?'
'Apa ia tetap seperti yang aku tau?' 'Apa dia sudah punya pacar?'
'Tentu saja dia punya pacar, dia cantik dan kaya'
'bagaimana kalau kita bertemu nanti? Aku harus bilang apa?'Beribu pertanyaan ada dibenaknya saat ini. Sekarang ia sedang berada di dalam pesawat dengan anak anak yang menerima beasiswa lainnya.
Ia tak mudah beradaptasi dengan orang baru, ia hanya berdiam diri semenjak mereka lepas landas. Orang disebelahnya pun hanya tertidur pulas selama ini.
Selama 15 jam perjalanan ia hanya diam, tak bisa tidur. Kai tampak gugup.
Bis membawa mereka ke sebuah gedung asrama, Kai tetap menahan dirinya untuk tidak bersuara.
"Namamu siapa bocah?" Ucap seorang laki-laki bertubuh kurus dan cukup pendek."Arsya Rhakai" jawabnya singkat.
"Kai.. kau harus beradaptasi dengan kami. Kau tak bisa terus diam seperti patung di bundaran Hi"
Deg..
Seketika ia mengingat Harleen, karena ia satu satunya orang yang memanggil dirinya dengan nama Kai. Ia cukup lama terdiam."Tuh kan. Kau diam lagi, para perempuan terus membicarakan tentang mu"
"Ah, kau ini sok tau!" Ucap Kai
"Bukan sok tau, kau saja yang dari tadi terus diam dan tak mencari tau. Dengar ya, wajahmu itu sia sia jika kau hanya menahan diri untuk tak bergaul" ucapnya dengan ekspresi yang memancing emosi.
"Memang wajahku kenapa? Terlalu tidak enak dipandang?" Tanya Kai
"Agh, kau ini tak mengerti potensi wajahmu sendiri. Coba kau sapa para perempuan di belakang sana"
Kai menuruti saja kemauannya, Kai berharap agar tak sekamar dengan orang seberisik ini.
Kai melambaikan tangannya sambil tersenyum kebelakang, seketika para perempuan itu tertawa.
"Apa mereka gila?!" Tanya Kai yang kebingungan.
"Bukan mereka yang gila tapi wajahmu. Oh iya kita sekamar, pengumuman nya sudah dibagikan di grup"
Kai melihat layar handphone nya tertera nama ' Arsya Rhakai & Hilman Sahil'.
"Namaku Hilman salam kenal... Kita akan sekamar selama kurang lebih 4 tahun"
'Tidak!!!' Kai menahan teriakannya.
Baca terus untuk tau kelanjutannya
Vote dan isi kolom komentar untuk cerita yang lebih baik.
Luv from me
(Author)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PHOENIX: A.R.A.H
Romancemasih memanggilmu walau hanya bayangan, tak bisa melupakan memang menyakitkan. Tapi bagaimana seorang perempuan yang terkenal akan keberaniannya bisa runtuh hanya karena melihat hujan? "Kesalahan terbesar manusia adalah terlalu banyak menging...