bad storm

6 2 0
                                    

Ketika 2 orang anak pintar bertemu kau pasti tau apa yang akan terjadi bukan?

Ya begitu juga ketika Harleen dan Kai, mereka benar-benar bersaing dalam hal nilai dan mencari perhatian terhadap guru.

mereka sama-sama pintar, namun Harleen terkenal dengan sikap ketus dan wajah yang berbeda dengan orang-orang disekitarnya.

Dan Kai dikenal karena sikapnya yang tidak sopan dan nakal disekolah. Semua murid dan guru mengetahui persaingan dua center of school ini.

Harleen Ann yang terlahir dari keluarga serba ada, sangat berada... bersaing dengan seorang laki-laki bernama Arsya Rhakai yang terlahir dari keluarga yang tak memiliki apa-apa.

Pengaruh dari orang tuanya membuat Harleen sedikit lebih unggul di mata para guru. Ayahnya yang merupakan seorang pengusaha kaya raya dan politikus terkenal rela membayar biaya yang besar demi anaknya kerasan bersekolah disana.

Derajat sekolah kampung itu juga turut terangkat karena adanya Harleen. Orang berpengaruh di negara itu menyekolahkan anaknya di sekolah kampung, tentu saja sekolah itu bukanlah sekolah biasa.

Pagi itu ada sedikit perdebatan di ruang guru, mereka memperdebatkan siapa yang akan mewakili sekolah itu dalam sebuah perlombaan.

"Jika Harleen di ikut sertakan dalam perlombaan ini, tentu saja dia akan membawa pengaruh yang besar. Kau tau pengaruh orang tuanya" ucap salah seorang guru yang bersikeras agar Harleen dapat mewakili sekolah mereka.

"Tapi, salah satu persyaratan keikutsertaan perlombaan ini adalah 'harus warga negara dan telah terdaftar sebagai warga negara' sedangkan Harleen setengah warga negara asing ia belum bisa memilih kewarganegaraan" ucap kepala sekolah.

"Keputusan terakhir, Arsya Rhakai yang akan mewakili sekolah kita. Tapi Harleen akan menemaninya pada saat acara berlangsung" lanjut kepala sekolah.

Mereka semua setuju akan hal ini dan langsung memanggil dua orang tersebut ke kantor kepala sekolah. Namun tanggapan mereka hanyalah sekedar kata 'ya'.

Bimbingan belajar pertama dilakukan, orang tua mereka telah diberi tahu untuk menjemput mereka lebih sore.

Kai tak mengalami masalah apapun dalam memahami materi yang diberikan sangat banyak dan mendadak dalam waktu singkat. Harleen turut membantu nya dalam beberapa soal yang terlihat sulit.

Langit telah berubah menjadi sedikit berwarna jingga, mereka berdua menyusuri lorong-lorong sekolah yang gelap dan sempit.

Kai telah menaiki sepedanya, bersiap untuk pergi. Ia sadar bahwa Harleen hanya sendiri disekolah, semua guru telah pulang. Harleen sendirian.

"Kau mau menumpang?" Tawar Kai.
"Kemana arah rumahmu?" Harleen bertanya balik kepada kai yang menunjuk kearah yang berlawanan dengan rumahnya.

"Tapi aku akan merepotkan mu" ucap Harleen
"Tak apa, aku senang kalau kau yang merepotkan"

Deg...
Wajah Harleen merah padam mendengar ucapan Kai, sedangkan Kai hanya tersenyum miring seperti biasanya.

Harleen langsung menghindari percakapan yang mungkin akan menerbangkannya lagi ke angkasa dengan duduk di sepeda Kai.

"Apa kau bisa naik sepeda?" Tanya Kai
"Ya" jawab Harleen singkat.

Setelah itu tak ada percakapan lain kecuali Harleen yang menunjukan jalan. Mereka menikmati udara sore yang cukup sejuk, langit telah berubah warna menjadi biru tua.

Kai berhenti didepan rumah besar yang sangat berbanding terbalik dengan rumahnya. Pagar besar menjadi tempat perpisahan mereka.

"Terima kasih, Kai. Untung kau ada, kalau tidak mungkin aku masih disekolah sekarang... Kau mau mampir?" Tawar Harleen yang tersenyum.

"Tidak, terima kasih. Hari sudah gelap aku harus segera pulang" tolak Kai.

"Kau tau? Aku sangat senang bisa menghabiskan waktu denganmu dan berharap bisa melakukan ini lagi" sebenarnya Harleen sangat malu untuk mengatakan ini, namun seperti ada dorongan untuk mengucap ini.

"Kalau begitu ayo lakukan lagi hari Minggu. Apa kau sibuk? Kita bisa bersepeda ke perpustakaan negara lalu membaca disana seharian" tawar Kai.

" Baiklah, aku tak pernah sibuk dihari Minggu. Jemput aku didepan gerbang rumahku... Maksudnya... aku akan membawa sepeda sendiri. Tapi... Euhm, jemput aku" kata Harleen dengan gugup.

"Jangan lupa hari Minggu" teriak Kai dari kejauhan, kini ia mulai menjauh. Harleen masuk kedalam rumah besarnya dengan hari yang sangat senang.

  'aku senang kalau kau yang merepotkan' Harleen akan selalu mengingat kata-kata yang selalu terbayang di benaknya itu.

THE PHOENIX: A.R.A.HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang