4/10

5 1 0
                                    


sret...
jendela kamar harleen terbuka, seorang laki-laki mengendap masuk kedalam kamar dan langsung mencekik harleen yang setengah sadar.

"So... Sori lepas...kan!"Harleen tak dapat bernafas, ditambah dengan keadaan nya yang mabuk mempersulitnya untuk melepaskan diri.

"Untuk apa aku lepaskan? Harleen, ibuku sudah tiada! Kau yang membunuhnya!" Teriak Sori.

Ia merenggangkan cekikikan di leher Harleen dan matanya mulai berair.

'ini kesempatan untuk meminta tolong' gumam Harleen.

"Archieeeee....!" Teriaknya.

"Percuma kau lakukan itu! kamarmu kedap suara" Sori kembali mencekik Harleen, kali ini lebih kencang.

Sementara itu...
Archie yang setengah sadar merasa kurang nyaman tidur di kamar tamu yang sempit. Ia akan kembali ke kamar Harleen dan tidur di sofanya.

Ia sempoyongan berjalan menaiki tangga, beberapa kali juga terjatuh.
"Harleen apa kau...-"

Brakk...
Archie terkapar jatuh dilantai setelah Sori memukulnya di kepala. Harleen menarik napas panjang, tak ada yang bisa diharapkan lagi untuk menolongnya.

"Karena si rambut ayam itu, aku dan ibuku diusir dari rumah. Padahal dia yang bersalah"

"Ergh.. lepas... Sori" Harleen mengerang kehabisan napas, ia sudah di titik lemahnya.

"Keluargamu seharusnya mati saja! Kalian terlihat kuat karena uang..-"

Brakkk...
Sori terkapar jatuh. Archie memukulnya dengan sebuah botol minuman ber-alkoholnya yang lumayan berat.

Sori kembali bangun, Archie memukulnya kembali dengan benda itu. Ia terus memukul kepalanya hingga tak berbentuk dan darah tersebar dimana-mana.

Botol itu tak pecah, hanya kepala Sori yang mulai tak berbentuk dan berdarah darah.

Setelah melakukan aksinya, Archie dan Harleen saling bertatapan. Wajah Archie penuh dengan cipratan darah.

Archie muntah melihat semua kekacauan yang ia buat, lalu semua gelap.

Hai readers yang terhormat...
Baca dan vote terus cerita ini, ya
Luv from me
(Author)

THE PHOENIX: A.R.A.HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang