1.4

1.8K 341 74
                                    

Haii guys. Masih ada yang nungguin nggak wkwk
BTW book ini udah aku revisi dari chapter awal, jadi ada sedikit perubahan
Kalau mau ya baca aja
Tapi kalau nggak juga nggak papa, perubahannya nggak banyak banget kok
Intip chapter 1.3 aja biar nggak bingung pas baca chapter selanjutnya

Happy reading:D

---------------------------------

Berkali-kali Yangyang menoleh ke luar mobil. Tadi awalnya dia dan Chenle memang pergi bersama supirnya Chenle. Tapi di tengah perjalanan, sang supir mendapat telepon. Katanya dia harus cepat-cepat pulang karna istrinya mau melahirkan. Kebetulan sekali rumahnya ada di dekat asrama. Jadi ya, sekarang hanya tinggal mereka berdua.

"Kenapa sih kak?", Tanya Chenle geram. Dia lelah melihat Yangyang yang tidak bisa diam itu.

Yangyang menggeleng. Walaupun dalam hati dia merasa ada yang tidak beres. Tapi sebisa mungkin dia mengontrol sikapnya.

Chenle yang memegang kemudi pun hanya menghembuskan napas pelan. Semoga saja pelarian mereka tidak berujung petaka. Tapi bagaimana mungkin dia bisa tenang sedangkan-

"Kak! remnya blong",

Kedua penumpang mobil ini mendadak menjadi panik.

"Kok bisa?", Panik Yangyang. Dia menggenggam erat seat belt yang dia gunakan.

"Ya mana gue tau!", Kesal Chenle. Dia sedang panik dan Yangyang malah menambah kepanikannya.

"Tadi pas sama supir lo kayaknya baik-baik aja deh", ucap Yangyang.

"Sabotase. Kemungkinan mobil ini di sabotase pas kita ikut masuk ke rumah supir gue buat liat istrinya", terka Chenle.

Yangyang menghembuskan napas kasar. "Udah gue duga. Pelarian ini nggak bakal berjalan lancar. Nggak mungkin pelakunya biarin kita lolos gitu aja", pasrah Yangyang.

"Sorry kak, gara-gara gue lo jadi-", lirih Chenle. Dia menggantungkan ucapannya.

Yangyang tersenyum. "Nggak Papa. Kan gue sendiri yang mau ikut lo", balasnya. Kemudian Yangyang mengeluarkan ponselnya. Dia mengetikkan pesan untuk seseorang.

To : ***
Lo bilang, lo pingin balas budi sama gue kan?
Sekarang lo punya kesempatan. Gue minta supaya lo jagain adek gue. Jangan biarin dia kenapa-kenapa. Kalau lo tanya kenapa tiba-tiba gue ngomong gini, itu karna gue mau mati, agaknya. Gue naik mobil dan mobil yang gue naikin hilang kendali. Kalau gue selamet ya Alhamdulillah. Tpi kalau gue beneran mati, lo harus bener-bener lakuin permintaan gue. Kalau sampe adek gue celaka, gue gentayangin lo.

Setelah pesan itu terkirim, Yangyang kembali memasukkan ponselnya.

"Lo ngapain Kak?", Tanya Chenle. Dia bertanya tanpa menolehkan pandangan. Semaksimal mungkin dia berusaha untuk menstabilkan laju mobil.

"Bikin wasiat", balas Yangyang.

"Lo udah pasrah ya?".

"Udah".

"Sorry", lirih Chenle.

Yangyang berdecak. "Kan udah gue bilang lo nggak salah".

Chenle tersenyum. "Tapi kak-",

"Udah, jangan minta maaf lagi", potong Yangyang.

"Bukan itu. Gue mau ngomong sesuatu sama lo", ucap Chenle.

"Apa?", Kepo Yangyang. Walaupun diujung maut, rasa kepo masih tetap ada.

"Sebenernya, gue salah satu dari pelakunya",

Save Me || NCT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang