0.5

2.1K 386 103
                                    

Perlahan tangan Renjun mendorong pintu kamar yang ditempati Jisung. Disana sudah ada sosok yang berdiri menjulang di samping Jisung. Renjun tersenyum samar. Ternyata masih ada orang yang peduli dengan adiknya.

Renjun terus tersenyum menatap Kun hingga sosok itu menoleh ke belakang. Perlahan tapi pasti, kakinya melangkah masuk kemudian berdiri tepat di hadapan pria bule tersebut.

"Hai Kak Kun", sapanya.

Kun tersenyum simpul. "Panggil Bang Kun aja kayak yang lain", ucapnya ramah. Sepertinya Kun mulai terbiasa dengan panggilan buatan Doyoung.

Kemudian keduanya berjalan agak menjauh menuju sofa di ujung kamar. Mereka tidak mau mengganggu istirahat Jisung.

"Maaf ya. Kalian baru disini beberapa hari tapi udah ngalamin kejadian kayak gini", ucap Kun tiba-tiba tanpa menatap sang lawan bicara. Pandangannya lurus ke arah Jisung yang terlentang di atas kasur.

Renjun menatap Kun sekilas, kemudian ikut mengarahkan pandangannya ke arah Jisung. Bibirnya tersenyum tipis. "Nggak papa. Kejadian ini juga nggak ada yang tau. Termasuk gue sama lo", balasnya.

"Gue nggak tau apa yang sebenarnya terjadi. Tapi semenjak kalian dateng, gue ngerasa ada yang aneh sama penghuni asrama ini", Kun menyerukan pikirannya.

Dengan cepat Renjun mengalihkan pandangan pada cowok di sampingnya. Alisnya terangkat. Dia tak paham dengan maksud ucapan Kun. "Maksudnya?", tanyanya.

Kun tertawa renyah. "Ya gitu. Lupain aja", balasnya

"Btw kenapa lo bisa ada di sini?", tanya Renjun tiba-tiba. Sejak tadi dia masih bingung dengan keberadaan sosok Qian Kun di kamar ini.

Kun menoleh, membalas tatapan Renjun yang sejak tadi dia abaikan. "Gue tadi denger suara berisik dari kamar ini. Gue kira ada apaan. Makanya gue samperin", paparnya.

Renjun mengangguk paham lalu kembali memfokuskan pandangan pada tubuh Jisung. Tubuh yang sejak tadi telentang tanpa ada pergerakan sama sekali.

Tunggu. Kenapa Renjun baru menyadarinya? Tubuh Jisung-

Tidak. Renjun menggelengkan kepala. Matanya yang sejak tadi memincing mulai kabur. Senyuman di bibirnya luntur. Tubuhnya gemetar. Hingga dia merasa tangannya di genggam seseorang.

Renjun menoleh. Ternyata itu adalah Qian Kun. Sosok yang kini memberikan tatapan yang sama sepertinya. Tatapan penuh ketakutan dan kekhawatiran.

"K-kak", panggil Renjun lirih. Suaranya bergetar hebat.

Kun menggelengkan kepala. Tangannya memegang tangan Renjun semakin erat. Kemudian keduanya melangkah mendekati ranjang, tempat dimana tubuh Jisung terbaring.

Perlahan tangan Kun terulur, bermaksud mengecek deru nafas Jisung. Tangannya yang gemetar mencoba merasakan hembusan napas yang keluar. Namun sampai tangannya kembali ke tempat semula, dia tidak merasakan apapun.

Di sampingnya Renjun menatap menuntut penjelasan. Kun hanya menggelengkan kepala membuat hati Renjun dikelilingi kekhawatiran. Tangannya yang gemetar mencoba memegang pergelangan adik sepupunya. Dingin. Itulah yang dia rasakan pertama kali.

Berulang-ulang Renjun memindahkan posisi jarinya untuk mencari denyut nadi Jisung. Namun percuma. Sekeras apapun dia mencoba, tangannya tetap tidak akan menemukan denyut nadi sang adik.

"Nggak mungkin", lirih Renjun. Kepalanya menggeleng seiring dengan tubuhnya yang mundur perlahan.

"Ini pasti cuman mimpi", gumamnya lagi. Kali ini tubuhnya langsung merosot menyentuh dinginnya lantai. Tangan kosongnya dia gunakan untuk menjambak rambut kuat-kuat, berharap bahwa ucapannya barusan benar adanya.

Save Me || NCT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang